Demi-âme

10.9K 790 40
                                    

.
.
.

Mark keluar dari mobil dengah tertatih, kakinya terasa lemas saat melihat orang-orang mulai mengerumuni bus yang terguling tadi, sebagian korban yang masih sadar berusaha untuk keluar dari bus dengan memecahkan kaca, membuat orang-orang ikut membantu dengan membawa alat seadanya. Teriakan minta tolong saling bersahutan, kepanikan terjadi dimana-mana, dengan langkah pasti ia menuju ke arah bus tadi, ikut membantu orang-orang mengeluarkan para penumpang yang terluka ringan. Di tengah kegelisahannya ia mencoba untuk tetap tenang dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan, juga air mata yang tanpa sadar mengalir dengan deras.

"Tolong...tolong...ada orang hamil disini...tolong segera kesini!!!."

Mark tersentak dan langsung menuju ke sumber suara, ia naik ke bagian atas bus dan melihat seorang wanita yang terluka di bagian keningnya sedang merengkuh tubuh seseorang yang dicarinya sedari tadi.

"HAECHAN!!!."

Dengan kalap, ia memukul-mukul pintu darurat yang ada di bagian samping bus hingga membuat tangannya terluka, seseorang tiba-tiba datang dan menghentikan aksi Mark sembari menyodorkan palu padanya.

"Pakai ini!."

Mark mengangguk dan langsung memukulkan palu pada engsel pintu hingga terlepas, setelah itu Mark dan seseorang tadi mencabut pintu tadi dari tempatnya dan meletakkannya di samping, Mark segera turun dari ke bawah lalu menghampiri Haechan yang masih direngkuh wanita tadi.

"Haechan...Haechan bangunlah...sayang bangun!."

"Tidak ada waktu nak, kita harus membawanya ke rumah sakit, dia pendarahan!."

Wanita tadi berbicara pada Mark, dan Mark langsung melihat ke celana Haechan yang sudah basah oleh darah. Bukan hanya celana tapi darah juga membasahi wajah, tangan, dan kaki Haechan.

"Nak naikkan dia, lalu aku akan mengangkatnya dari atas!."

Mark melihat ke arah seseorang tadi yang ternyata seorang pria paruh baya, ia mengangguk, lalu mulai menggendong tubuh Haechan dengan hati-hati, berjalan ke arah pria tersebut yang sudah mengulurkan tangannya untuk mengangkat Haechan. Setelah usaha yang dilakukan Mark, wanita, dan pria tadi. Tubuh Haechan berhasil untuk naik ke atas, Mark lalu membantu wanita tadi untuk naik juga lalu setelahnya ia sendiri, Haechan dibaringkan di brankar lalu setelah itu dibawa masuk ke ambulans diikuti Mark yang ikut masuk kedalamnya.

.

"Jen."

Jeno tersenyum dan mengeratkan genggaman Jaemin di tangannya.

"Nana, kenapa terlihat gugup?."

Jaemin mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dan mencoba tersenyum pada Jeno.

"Tidak...aku hanya sangat bahagia...terima kasih sudah sadar dan kembali padaku!."

"Sama-sama...baby juga pasti senang bertemu Papanya lagi, iyakan sayang?!."

Jeno mengusap perutnya sayang diikuti Jaemin yang juga melakukan hal yang sama. Hingga pergerakan Jeno terhenti lalu tangannya menarik tengkuk Jaemin untuk mendekat padanya, alhasil wajah mereka saling berhadapan sekarang, Jaemin terlihat gugup saat Jeno mengecup singkat bibir Jaemin.

"Jaemin kenapa diam saja, ayo balas, Jaemin~...Jaem-."

Cup

Jaemin mendekat pada Jeno dan langsung mencium bibirnya, tidak hanya kecupan tapi juga melumat secara intens kedua belah bibir Jeno, Jeno juga ikut membalas ciuman Jaemin dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Jaemin, sementara kedua tangan Jaemin sendiri sudah merengkuh pinggang Jeno sekaligus mengelusnya sensual. Bunyi kecipak halus keluar dari pergulatan sepasang bibir keduanya, kurang lebih lima menit dan akhirnya mereka sama-sama melepaskan tautan mereka, mereka sibuk menetralkan nafas sambil bertatapan mata satu sama lain, keduanya tersenyum, hingga Jaemin membawa Jeno ke dalam pelukannya.

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang