Une décision

12K 531 18
                                    

.
.
.

Jeno saat ini tengah berada di rumah sakit, ia dirawat karena mengalami kontraksi beberapa hari yang lalu, karena tidak ingin mengambil resiko, Jaemin memutuskan agar Jeno menginap di rumah sakit untuk memantau kondisinya dan juga bayi mereka, mengingat beberapa hari ke depan Jeno juga akan menjalani operasi persalinan kehamilannya. Saat ini ia sedang ditemani oleh Daddy-nya yanh kebetulan sedang mempunyai waktu senggang karena Jaemin belum pulang dari kantornya. Dari tadi Jeno menggenggam tangan Daddy-nya berada di atas perutnya sambil mengelusnya pelan.

"Sakit, perlu Daddy panggilkan dokter?!."

"Tidak Dad, tidak sakit kok."

"Tapi dari tadi kamu meringis terus, kalau sakit bilang ya, jangan ditahan oke."

"Emm, Daddy elus lagi perut Jeno."

"Iya-iya~."

Donghae meneruskan kegiatannya tadi mengelus lembut perut Jeno. Sesekali tangan satunya ikut mengusak rambut sang anak, bila dilihat dari semenjak kehamilannya hingga sekarang, Jeno tampak lebih manis dan menggemaskan, apa mungkin aura seorang ibu mulai muncul dari dalam dirinya sehingga Jeno jadi agak berubah seperti sekarang.

"Cantik."

"Hah??."

"Sekarang Jeno jadi cantik dan imut, apa yang Jaemin lakukan sampai anak Daddy berubah seperti ini."

"Eh, Jaemin tidak melakukan apapun kok."

Jeno terlihat agak panik dan itu tidak luput dari pandangan Donghae.

"Daddy tidak menyalahkan Jaemin Jen~..."

"Ugh begitu, syukurlah hehe..."

"Justru Daddy harus berterima kasih yang banyak pada Jaemin, karena membuat Daddy bisa melihat sisi lain dari anak bungsu Daddy ini."

"Daddy~..."

"Pertahankan ya Nak, Daddy melihatmu menjadi lebih bahagia sekarang, Daddy melihatmu lebih memiliki tujuan hidup, dan kalau itu dengan cara kau menjadi milik Jaemin, Daddy senang, Daddy akan mendukung kalian, jadi berjanjilah pada Daddy ya!."

"A-aku...a-aku hiks~..."

"Atau sebaliknya, kau tidak bahagia nak?!."

Jeno menggeleng lalu memeluk sang Daddy.

"Jeno bahagia Dad."

"Daddy senang kalau kau bahagia sayang!."

'Jaemin maaf hiks~...'

.

Setelah beberapa hari menginap di rumah sakit, tiba saatnya Jeno melahirkan, saat ini ia dan Jaemin berada di ruang operasi ditemani oleh Jaemin yang duduk di sampingnya. Hodungnya sudah terpasang selang canula, juga infus yang tertempel di punggung tangan kanannya. Wajah mereka juga sangat berdekatan saling menatap satu sama lain, tangan Jaemin menggenggam sebelah tangan Jeno yang tidak terinfus, sedang satunya lagi membelai rambutnya lembut.

"Takut?."

"Sedikit, tapi juga tidak sabar."

"Sama."

"Peterpan ya, Papa suka?."

"Suka, mau peterpan atau wendy, aku suka semua, kalau Mama?."

"Sama, Mama ingin segera melihatnya Pa."

"Papa juga. Ma, Papa ingin bicara sesuatu dengan Mama, boleh?."

"Bicara apa Pa?."

Jaemin mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Jeno, lalu mengecup bibirnya sekilas.

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang