Coeur large

12.7K 853 72
                                        

.
.
.

Mark dan Haechan memandang dua buah guci berisi abu anak-anak mereka yang saat ini tengah berada di lemari kaca bersama guci-guci lainnya, di laci yang lain. Air mata tidak hentinya keluar dari kedua netra mereka berdua. Mark memeluk Haechan dari belakang, menenggelamkan wajahnya di bahu Haechan, sedangkan Haechan sendiri berusaha tersenyum walau hasilnya miris sambil membelai kedua guci tadi.

"Anak-anak Mommy baik-baik ya disana, jangan nakal, nanti kalau waktunya sudah tepat, Mommy akan segera menyusul kalian, dan kita bertiga akan berkumpul kembali, sabar ya sayang!."

Mark semakin merapatkan kepalanya sambil menggeleng mendengar perkataan Haechan tadi.

"Mark hyung sudah lepaskan aku!."

Bukannya melepaskan Mark malah semakin mengeratkan pelukannya tanpa menyentuh bekas operasi Haechan.

"Aku lelah hyung!."

"Kita pulang?!."

"Ya aku akan pulang dengan Jongin hyung!."

"Tidak kau pulang bersamaku!!."

"Hyung aku lelah biarkan aku bersama Jongin hyung ya!."

"Tidak Chan, aku-."

"Mark!."

Jongin yang sudah berada di belakang keduanya memanggil sekaligus menepuk bahu Mark, Mark berbalik masih dengan sebelah tangan memeluk Haechan.

"Hyung."

"Biarkan Haechan pulang dengan hyung dulu ya!."

"Tapi hyung-."

"Haechan butuh waktu untuk menenangkan diri Mark!."

Mark berpikir sejenak sambil menoleh ke Haechan yang masih memandang guci anak mereka. Lalu menganggukkan kepalanya.

"Mau pulang sekarang?."

"Emm."

Dengan hati-hati Mark mengangkat Haechan ke dalam gendongannya ala bridal style dan berjalan keluar dari area pemakaman. Dalam gendongan Mark, Haechan dapat melihat Renjun, Chenle, Guanlin, dan Jisung berdiri sepanjang koridor gedung. Ia tersenyum ke arah keempatnya lalu mengalihkan pandangannya.

"Haechan."

"Haechan hyung~."

Renjun dan Chenle hendak menyusul Haechan tapi ditahan oleh Jisung dan Guanlin.

"Jangan sekarang!."

"Kenapa??."

"Haechan hyung masih tertekan!."

"Beri dia waktu sayang!."

"B-baiklah~."

Sementara di sudut gedung yang lain, Donghae dan Jaehyun juga berdiri memandang Haechan miris, dan rasa bersalah amat besar dari Donghae.

"Semua salah Daddy!."

"Dad."

"Ini semua tidak akan terjadi kalau Daddy tidak menentang hubungan mereka dan meragukan Haechan!."

"Daddy memang salah, tapi kita masih bisa memperbaikinya!."

"Daddy harap tidak akan kehilangan kesempatan itu!."

"Ya."

.

Jaemin menggendong Jeno memasuki kamar apartemen yang ditempatinya selama disini, diikuti oleh Tiffany di belakangnya yang membawa koper Jeno dari rumah sakit. Jaemin meletakkan Jeno dengan hati-hati di ranjang kamar tersebut, setelah itu menyelimutinya agar hangat karena cuaca dingin di luar lumayan ekstrim.

"Sudah nyaman?."

"Iya."

"Kalau begitu aku keluar sebentar ya!."

"Mau kemana?!."

"Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini sayang!."

"Tidak bisakah ditunda, aku ingin menghabiskan waktu denganmu Jaem~..."

"Hanya sebentar, beri aku waktu 30 menit, setelah itu aku akan kembali, kau bersama Mommy dulu ya!."

"30 menit tidak lebih!."

"Iya~...sudah ayo tidur, nanti aku bawakan makan siang, mau makan apa nanti?."

"Emm ingin kimchijigae!."

"Tidak-tidak, kau baru keluar dari rumah sakit sayang, jangan makan yang berat-berat dulu!."

"Tapi aku ingin itu Jaem~..."

"Jeno jangan bandel, mau masuk rumah sakit lagi?!."

"Mommy~..."

"Yang lain saja ya, atau kau ingin kue??."

"Emm bawakan cheesecake saja ya, kalau itu boleh kan?!."

"Iya nanti aku bawakan, kalau begitu aku pergi dulu ya!."

Jaemin mencium kening Jeno, lalu beralih berbicara pada Tiffany.

"Mommy aku titip Jeno ya!."

"Tenang saja, Mommy akan menjaga sekaligus mengawasinya supaya tidak macam-macam!."

"Mommy~..."

"Aku percaya pada Mommy, kalau begitu alu pergi dulu!."

"Iya hati-hati Jaem!."

Jaemin keluar dari kamarnya langsung keluar dari dalam apartemen. Sementara di kamar Tiffany beranjak duduk di sebelah Jeno. Ia mengusap surai Jeno ketika Jeno sudah mulai menangis.

"Jangan menangis sayang!."

.

.

.









































TBC

Iya tau singkat, emang belum niat buat up tapi gegara ni komen 1 bikin emosi,

Iya tau singkat, emang belum niat buat up tapi gegara ni komen 1 bikin emosi,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anjeng, gw emosi banget
Tolong ini wp ya isinya fiksi semua lah kebanyakan, yakali gw buat wp dari rl tokoh, kn gw jg nggk tau + nggk kenal bambangggggg...anjeng emosi bener, di keterangan depan aja dah ada peringatan kalo 18/21+ tu gw lupa, trs ada rape n violence, kalo nggk suka knp baca, kalo mau baca fact bkn disini tempatnya, disini tempat org numplekin imajinasinya, haduh sumpah langsung males lo gw kalo kyk gini, seketika ide td mau lanjutin menguap gegara baca ni komen 1, gw sbnernya nggk trllu baperan tp emng males aja diganggu, sok kalo mau komen anjeng bla bla bla nggk pa", tp kalo yg kyk gini nggk perlu dibales dah auto gw blok, aduh nggk tau nih masih mood lanjut apa nggk kalo ceritanya kyk gini, sorry ya guys, kasih gw waktu🙃🙃🙃

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang