Première punition

9.3K 623 14
                                    

Jaemin menyetir dengan senyum tampan tersemat di bibirnya, di sampingnya tepatnya kursi penumpang, terdapat satu box cheesecake pesanan sang istri tadi pagi ketika ia berangkat bekerja.

"Apa Jeno akan menyukainya, bagaimana kalau aku salah beli tadi, apa aku cari cheesecake dari toko lain lagi?!."

Jaemin menghembuskan nafas pelan, mencoba menenangkan diri, ia harus yakin kalau Jeno akan menyukai cheesecake yang ia bawa kini, setelahnya tersenyum karena merasa konyol dengan situasinya sekarang, ia benar-benar bertekuk lutut dengan Jeno setelah dulu benar-benar sangat membencinya. Tapi hatinya terasa lega saat ini, ada secercah kebahagiaan saat memutuskan untuk membahagiakan Jenonya, 'Nya', apakah Jeno akan menjadi miliknya selamanya. Beberapa pikiran buruk bermunculan di kepalanya hingga ia kehilangan fokus berkendara dan hampir menabrak mobil di depannya yang tengah berhenti di lampu merah, tak ayal ia pun segera menekal pedal rem dan membuat mobil terhenti seketika sebelum menyentuh mobil di depannya, namun naas, kepalanya terhantam kemudi cukup keras hingga mengeluarkan darah, Jaemin mengangkat kepalanya dari kemudi dan menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memijatnya pelan, merasa pusing dan belum lagi jantungnya yang berdetak lumayan kencang membuatnya sedikit kesakitan, di tengah ambang kesadarannya, ia melihat seseorang mengetuk-ngetuk kaca mobilnya yang tertutup rapat, hingga ia menyerah dan gelap menguasainya dirinya.

.

Renjun dan Chenle sudah pulang sedari tadi, tapi Haechan masih tertahan di rumah Jeno dan Jaemin, sengaja Jeno menahan Haechan karena permintaan kakaknya, Mark. Lalu dengan seribu alasan, ia berhasil membuat Haechan tertahan di rumahnya sampai Mark datang, ketiganya kini tengah makan malam bersama sambil diselingi obrolan ringan, walaupun hawa canggung masih menguasai.

"Jaemin akan pulang jam berapa Jen?."

"Emm mungkin sebentar lagi hyung!."

"Apa tidak pa-pa kalau hyung mengantar Haechan-."

"Tidak perlu Mark hyung, aku bisa pulang sendiri!."

"Eh tapi-."

Terdengar nada dering dari bunyi ponsel Jeno yang diletakkan di atas meja tempat kini ia makan, ia pun langsung mengangkat panggilan itu setelah melirik Mark dan Haechan meminta ijin untuk mengangkatnya.

"Hallo."

"Selamat malam, apakah benar ini dengan keluarga Tuan Na Jaemin?!."

"Ah iya, saya Jeno, ini siapa dan darimana ya?!."

"Kami dari rumah sakit Jaeguk ingin memberitahukan bahwa Tuan Jaemin tadi mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di unit gawat darurat-."

Plop

Ponsel seketika jatuh ke lantai sebelum ia selesai mendengarkan seseorang di panggilan tadi, air mata keluar dari kedua mata Jeno membuat Mark dan Haechan khawatir lalu beranjak mendekatinya.

"Jen ada apa?!."

Jeno tidak menjawab, akan tetapi malah semakin menangis, Mark meraih ponsel Jeno yang terjatuh di lantai lalu mendengarkan penuturan dari panggilan tadi, sedangkan Haechan dengan sedikit tertatih berhasil meraih tubuh Jeno yang bergetar lalu memeluknya berusaha menenangkan. Mark menyelesaikan panggilan tadi dan menatap Jeno khawatir.

"Jen."

Jeno mengalihkan pandangannya dan melihat Mark.

"Jaemin...benar??!."

Dengar berat hati, Mark mengangguk, seketika tangisan Jeno menggema disana, membuat Mark dan Haechan panik.

"Jaemin hiks Jaem hiks hiks~..."

Jeno terus menangis hingga ia merintih kesakitan merasakan kram di perutnya. Kedua tangannya sontak mencengkram perut bulatnya sambil sedikit meremat.

"Ahh~ sakith hiks sakit~..."

Un Mauvais Amour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang