Bab 1

5.8K 318 33
                                    


"Prilly!!"

"Sebentar Ma!" Teriakan dari lantai atas terdengar menyahuti panggilan keras dari Ibunya. Dia Prilly gadis manis yang berusia sekitar 23 tahun dan sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kotanya.

Prilly Agustia Fitri adalah putri tunggal yang hanya hidup bersama Ibunya setelah Ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan sang Ibu saat usianya masih sangat belia dulu.

Prilly tidak tahu bagaimana ceritanya yang pasti ia tahu jika dirinya hanya dibesarkan seorang diri oleh Ibunya.

Prilly sedang menyiapkan perlengkapan perkuliahannya, meskipun hidupnya pas-pasan namun Prilly bersyukur karena Tuhan menganugerahi dirinya otak yang cerdas sehingga ia bisa menyelesaikan perkuliahannya lebih cepat dari yang ia bayangkan. Saat ini ia sedang menyusun skripsi yang mungkin sebentar lagi akan rampung.

Prilly ingin segera lulus dan bekerja supaya Ibunya tidak perlu lagi banting tulang demi membiayai hidup mereka. Prilly tidak pernah mengeluh ia justru bersyukur karena dengan kerasnya kehidupan yang ia jalani ia tumbuh menjadi sosok gadis yang kuat.

Prilly bukanlah gadis cengeng meskipun pernah berkali-kali ia menangis dalam diam ketika ia merindukan sosok Ayah. Prilly tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ada kalanya ia menginginkan dekapan hangat sang Ayah namun sayangnya sang Ayah tak pernah kembali setelah belasan tahun meninggalkan dirinya dan sang Ibu.

"Nak cepat Sayang! Nanti kamu terlambat!" Suara cempreng Rahma -Ibunda tercinta Prilly kembali terdengar.

Prilly sudah beranjak menuju pintu kamarnya segera mempercepat langkahnya. "Selamat pagi Ibu Rahma yang paling cantik dan baik hati wanita kesayangan dari Prilly Agustia Fitri." Prilly tertawa bahagia setelah menggoda Ibunya.

Tawa ceria itu menular pada Rahma, wanita yang masih memiliki paras yang cantik itu benar-benar merasa hidupnya begitu lengkap setelah kehadiran putri kecilnya yang kini sudah menjelma menjadi sosok gadis yang begitu cantik.

Rahma sudah banyak melewati kepahitan sejak suaminya memilih pergi dan menikahi wanita lain, pria yang pernah sangat ia cintai itu rela meninggalkan dirinya dan putri mereka hanya karena godaan dari seorang wanita malam.

Rahma sudah memaafkan semua tindakan menyakitkan suaminya dimasa lalu tapi tidak untuk melupakan. Sampai matipun Rahma tidak akan melupakan semua kelakuan keji suaminya terutama ketika pria itu meninggalkan putri tercintanya.

"Mama hari ini kerja?" Tanya Prilly yang dijawab anggukan kepala oleh Ibunya. Rahma bekerja di salah satu cafe sebagai juru masak pekerjaan yang sudah bertahun-tahun ia tekuni untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya juga putri semata wayangnya.

"Hari ini Mama nggak usah kerja ya?" Rahma mendongak menatap putrinya dengan kening berkerut. "Kenapa Nak?"

Prilly tersenyum lebar. "Hari ini Prilly gajian, sebaiknya kita habiskan sedikit gaji Prilly dengan jalan-jalan dan makan diluar, bagaimana Ma? Mama setuju kan?" Prilly terlihat begitu bersemangat. Selain mahasiswi ia juga seorang pekerja paruh waktu, Prilly sangat pandai mengatur waktunya sehingga ia bisa bekerja tanpa mengganggu jadwal perkuliahannya.

"Sebaiknya uangnya kamu tabung Nak." Prilly sontak mengerucutkan bibirnya. "Kan udah di tabung terus uangnya Ma tiap bulan jadi bulan ini kalau uangnya nggak ditabung kayaknya nggak apa-apa deh." Prilly kembali memamerkan cengirannya pada sang Ibu yang membuat Rahma gemas sekali dengan putrinya ini.

"Ya sudah tapi bulan depan uangnya harus ditabung lagi ya Nak? Katanya kamu mau buka usaha sendiri." Prilly menganggukkan kepalanya. "Pasti Mamaku Sayang." jawabnya ceria.

Prilly tidak merasa kekurangan jika dalam hal kasih sayang, walaupun ia tidak memiliki sosok Ayah disampingnya tapi bersama Ibunya ia sudah mendapatkan semuanya meskipun terkadang ia juga merindukan sosok Ayahnya tapi bersama Ibunya semua sudah terasa cukup.

Prilly sudah bahagia.

***

"Prilly!"

"Ya?"

"Akhirnya lo datang juga!" Prilly terlihat mengerutkan keningnya. "Kenapa Sya?" Dia Raisya teman letingnya.

Raisya berparas cantik dan baik namun Prilly tak begitu akrab dengannya pasalnya Raisya terlalu pemilih dalam berteman dan Prilly tidak merasa cocok berteman dengan orang seperti itu selain ia tidak memilih teman kasta mereka juga berbeda.

Raisya merupakan putri dari seorang pengusaha, Ibunya juga anggota Dewan jelas Prilly yang bukan siapa-siapa tidak cocok masuk dalam pertemanan gadis itu.

"Pak Fuad dari tadi nanyain lo terus." Mata Raisya sontak memicing. "Lo ada main ya sama beliau?" Tuduhnya yang membuat Prilly memghela nafas panjang. "Gue sama dia cuma sebatas dosen pembimbing dan mahasiswi yang butuh bimbingan itu aja nggak lebih." Jawab Prilly malas. Ia benar-benar muak dengan rumor-rumor tidak jelas itu. Sejak Pak Fuad yang merupakan salah satu dosen tertampan di kampus menjadi dosen pembimbing dirinya, rumor tentang dirinya ada 'main' dengan Pak Fuad mulai terdengar terlebih ketika Pak Fuad yang terkenal killer itu terlihat begitu ramah dan baik pada Prilly. Semakin memanas saja jika di antara mereka telah terjadi sesuatu padahal keduanya sama-sama menjaga profesional masing-masing. Pak Fuad sebagai dosen pembimbing dan Prilly sebagai mahasiswi yang perlu bimbingan.

"Nggak percaya gue! Kalau lo memang nggak ada apa-apa sama Pak Fuad nggak mungkin skripsi lo bakalan cepat di acc begitu." Raisya melirik kearah berkas yang Prilly bawa.

Skripsinya yang sudah nyaris rampung dan itu berkat ketekunannya bukan karena ada apa-apanya dirinya dengan Pak Fuad.

"Sudah ya Sya gue mau ketemu Pak Fuad dulu, mau konsul bab terakhir." Ucap Prilly sebelum melenggang pergi meninggalkan Raisya yang mengatai dirinya. "Udah miskin masih aja belagu!"

Sudah, Prilly tidak akan terpancing ia harus segera bertemu dengan Pak Fuad lalu bimbingan supaya ia bisa segera mengajukan berkas-berkas sidang. Prilly ingin segera menyelesaikan pendidikannya lalu melamar kerja di sebuah perusahaan yang sudah lama menjadi target dirinya.

Prilly ingin merubah nasibnya, ia ingin membahagiakan Ibunya yang mungkin selama ini belum ia bahagiakan secara memadai mengingat bagaimana perjuangan beliau dalam membesarkan dirinya.

Prilly tersenyum lebar saat mengingat janjinya bersama sang Ibu. Nanti sore mereka akan menghabiskan waktu bersama.

"Ah jadi nggak sabar ajak Mama makan di restoran baru itu." Gumam Prilly sebelum memasuki ruangan milik Pak Fuad. "Semoga semuanya lancar dan memuaskan." Ucapnya sebelum benar-benar menghilang ke dalam ruangan dosen pembimbingnya.

*****

Ketemu lagi di cerita baru sebenarnya aku belum rampung banget nyiapin kerangka cerita ini, tapi karena ngerasa ada yang aneh kalau nggak nulis dan update jadi aku putusin buat Update cerita baru ini.

Ikutin aja alurnya yaa, semoga cerita ini juga memuaskan kalian seprti cerita2ku sebelumnya. ❤️

Dan untuk cerita ini aku bakalan adain giveaway buat 2 orang yang bakalan aku umumkan di akhir cerita nanti. Khusus buat yang rajin vote juga komen dan juga untuk yang rajin tag kawannya di cerita ini. Jadi jangan malas2 vote, komen dan tag kawannya ya sayangku biar kesempatan menang kalian sebagi besar.

Untuk hari ini aku juga adain promo yang mau cuss ke wa 081321817808 semua PDF READY YAAA..

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang