Seorang pria tampan terlihat sedang tersenyum-senyum ketika melewati lorong rumah sakit. Dengan penuh semangat ia membalas sapaan demi sapaan para suster yang wajahnya begitu cantik-cantik.Ah, rasanya kok Reihan betah disini ya.
Apa Reihan pindah tinggal ke rumah sakit saja? Lumayan tiap hari dapat cuci mata seperti ini. Seger oi!
"Halo Mbak cantik! Nanti malam ngedate yok!" Ajak Reihan pada salah seorang Suster yang melewati dirinya.
Suster cantik itu terlihat tersenyum-senyum sendiri, ia grogi digoda pria setampan Reihan.
"Reihan!!"
Senyuman di wajah Reihan sontak memudar saat melihat sosok cantik lainnya yang sedang berlari kearahnya.
"Kamu nggak apa-apa Rei?" Tanya sang gadis yang sama sekali tidak mendapat respon dari Reihan.
"Siapa yang nyuruh lo kemari?" Tanya Reihan dingin.
Wajah cemas gadis itu kini berubah nelangsa. Reihan, pria yang sudah belasan tahun ia cintai semakin hari semakin dingin padanya. Dia, Mikhayla atau kerap disapa Mikha.
"Rei--"
"Diam Mikha! Gue benar-benar bosan lo dekatin kayak gini terus!" Potong Reihan kesal. "Lo nggak capek ngejar-ngejar gue terus? Lo kayak nggak ada harga dirinya tau nggak!" Reihan berjalan meninggalkan Mikha yang terpaku setelah rentetan kalimat yang keluar dari mulut Reihan mampu menyakiti relung hatinya yang paling dalam.
Reihan tidak pernah berubah, sejak kejadian itu pria yang dicintai Mikha sepenuh hati itu berubah dingin dan tak tersentuh.
"Kenapa kamu kayak gini Rei?" Lirih Mikhayla sendu. "Aku kangen kamu yang dulu." Tetesan air mata Mikhayla mulai berjatuhan. Tak perduli dimana ia berada, Mikhayla ingin sekali menyerah tapi hatinya selalu menjerit-jerit memanggil nama laki-laki yang baru saja menyakiti hatinya.
Sedangkan di tempat lain terlihat seorang gadis yang sebelah tangannya terpasang infus mulai mengerjapkan matanya. Kepalanya yang terperban, luka-luka di bagian sikunya membuat penampilannya terlihat begitu mengiris hati.
"Eugh.."
"Kamu sudah bangun Nak?" Reina segera menghampiri ranjang pasien dimana gadis berwajah cantik yang menjadi korban kenakalan putranya mulai membuka mata.
Prilly kembali mengerjapkan matanya beberapa kali, ia belum sadar dimana dirinya berada saat ini hanya rasa sakit yang mendera tubuhnya sehingga membuat ringisan pelan dari mulutnya terdengar.
"Pi cepetan panggil Dokter! Anak cantik ini sepertinya kesakitan sekali!" Reina mendorong-dorong bahu suaminya yang membuat Farhan mendengus pelan meskipun begitu laki-laki berwajah tegas itu tetap melaksanakan perintah istrinya.
Sedangkan di sudut ruangan tepatnya disofa panjang warna coklat tua terlihat seorang pemuda yang bersidekap menatap tanpa minta drama yang sedang dimainkan oleh Ibunya.
Reina terlihat sangat khawatir sehingga kekhawatirannya yang berlebihan itu membuat Prilly ketakutan.
Ali yang tidak tahan melihat wajah pias gadis yang baru sadar itu sontak berhenti lalu berjalan menghampiri Ibunya.
"Mami jangan berlebihan begini. Dia nggak akan kenapa-napa." Suara tegasnya jelas menarik perhatian si pasien.
Prilly menoleh menatap Ali begitupula dengan Ali yang tanpa sengaja terpaku pada tatapan bening gadis cantik ah ia baru menyadari jika gadis yang menjadi korban Reihan ini memiliki wajah yang cantik dengan tatapan yang begitu teduh namun tegas.
"Saya kenapa?" Tanya Prilly akhirnya. Ia masih bingung dengan kondisi dirinya.
"Kamu kecelakaan." Jawaban singkat yang keluar dari mulut Ali membuat Prilly bungkam.
Bayangan kejadian naas yang menimpa dirinya tadi kembali terlintas di kepalanya ketika dirinya terjatuh lalu seketika bayangan Ibunya yang cemas menunggu dirinya membuat Prilly tersentak.
"Mama!!" Pekik Prilly refleks dirinya bangkit dan seketika rasa pusing kembali mendera hingga dirinya meringis sambil memegang kepalanya.
Prilly nyaris tersungkur ke lantai jika saja tangan kekar Ali tidak refleks memegang bahunya. Aroma parfum yang menguar dari tubuh laki-laki yang menahan tubuhnya membuat Prilly memejamkan matanya.
Aromanya nikmat sekali.
"Kamu baik-baik saja?"
Suara bariton milik pria ini semakin membuat perasaan Prilly tidak menentu. Ada apa dengan dirinya?
***
"Saya harus pulang Nyonya.."
"Jangan Nyonya panggil saja Tante Nak kalau mau panggil Mami juga boleh." Reina tersenyum hangat pada gadis cantik didepannya ini.
Entah kenapa Reina merasa gadis manis ini memiliki hati yang begitu baik, sepertinya cocok dengan salah satu putranya.
"Mama saya akan khawatir kalau saya tidak pulang Nyo--Tante.." Prilly meralat panggilannya ketika mata Reina memicing saat dirinya akan memanggil dirinya dengan panggilan Nyonya.
"Biar Tante yang hubungin Mama kamu ya." Reina merogoh tasnya untuk meraih ponselnya lalu menyodorkan benda pipih itu ke hadapan Prilly yang semakin kikuk dengan sikap ramah wanita dihadapannya ini.
Prilly menatap Reina yang sedang menatapnya dengan pandangan teduh. "Saya pulang saja Tante." Lirih Prilly sebelum kembali berusaha untuk beranjak dari ranjangnya. Hari sudah sore dan ia harus segera pulang, Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya Ibunya saat ini.
"Akh!" Pekik Prilly saat kepalanya kembali terasa sakit. Tubuhnya benar-benar terasa remuk.
"Ya Tuhan! Mas Ali! Reihan! Papi!!" Reina berteriak memanggil seluruh anggota keluarganya yang membuat kepala Prilly semakin pusing.
Pintu ruangan inapnya terbuka lebar memperlihatkan seorang pria tampan lainnya, diikuti dengan seorang pria paruh baya juga laki-laki yang membuat dadanya berdebar tadi.
Prilly juga melihat sosok gadis cantik yang berjalan beriringan dengan pria tampan itu. Prilly kembali memejamkan matanya saat rasa sakit kembali mendera.
"Kamu baik-baik saja?" Prilly tidak sanggup menjawab kepalanya hanya mengangguk satu kali. "Mami kayaknya dia geger otak deh Mi!" Celetuk pria yang memegang lembut bahunya.
"Apasih kamu Nak!" Reina menepuk keras dada putra bungsunya.
"Biar Papi panggilkan Dokter." Farhan beranjak keluar dari ruangan.
Mikha masih setia berdiri di samping Ali yang perlahan mulai meraih tangannya. Mikha mendongak menatap Ali lalu tersenyum lembut. "Aku baik-baik aja." Ujarnya lirih.
Ali sangat mengerti bagaimana perasaan gadis cantik yang sejak kecil sudah ia jaga dengan sepenuh hati. Namun sayangnya Mikhayla justru menjerumuskan dirinya ke dalam lubang penderitaan dengan mencintai laki-laki bajingan seperti Adiknya.
"Mami jaga baik-baik ya si cantik mana tahu nanti jadi menantu Mami ya kan?" Celetukan Reihan membuat jantung Mikhayla seperti diremas. Ali yang merasakan kesakitan gadis itu segera menatap Reihan dengan tatapan tajamnya yang sama sekali tidak membuat Reihan gentar apalagi takut bahkan dengan berani laki-laki berwajah tampan itu memeluk ringan bahu gadis yang masih membungkuk sambil memegang kepalanya.
"Sepertinya gadis seperti ini yang selama ini Reihan cari Mi. Gimana? Mami setuju nggak?" Tanya Reihan pada Ibunya namun matanya menyorot lurus kearah Ali dan juga Mikhayla yang sedang menatap kearahnya.
Dasar bedebah sialan!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
ChickLitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..