Setelah berjam-jam menghabiskan waktunya di butik akhirnya Prilly bisa bernafas lega. Meskipun rasa kesalnya masih ada pada pria yang sedang mengemudi dengan santai disisinya saat ini.Ali yang merasa dirinya ditatap terus menerus oleh calon istrinya menoleh lalu menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kamu terpesona dengan saya?" Selain banyak bicara Ali sekarang juga kerap kali menggoda calon istrinya.
Prilly mendengus pelan. "Bapak kali yang terpesona sama saya makanya tadi betah banget liat saya gonta-ganti belasan gaun tadi." Balas Prilly yang dijawab dengusan oleh Ali.
"Itu karena gaun yang kamu kenakan terlalu terbuka dan saya tidak suka."
"Kenapa tidak suka kan yang pakek saya bukan Bapak."
"Ya kan kamu nikahnya sama saya kamu pikir saya rela berbagi tubuh istri saya dengan orang lain?"
Wajah Prilly sontak bersemu ia tidak menyangka jika Ali akan menjawab segamblang itu.
"Mulai posesif Anda ya Bapak Ali.." Kali ini Prilly yang mengerling jahil kearah calon suaminya.
Tawa Ali terdengar lepas, rasanya bersama Prilly pria itu kerap kali memperdengarkan suara tawanya. Jika Reihan ada disini mungkin Ali akan digoda habis-habisan sama Adiknya itu.
"Wajar posesif sebentar lagi kamu akan menjadi tanggung jawab saya." Kata Ali yang membuat wajah sumringah Prilly berubah kecut. Ternyata ia hanya sebatas tanggung jawab. Batinnya miris.
Lalu apa? Kau berharap menjadi bagian penting dihidup pria ini? Mimpi saja.
Prilly mengalihkan pandangannya keluar jendela. Suasana diluar mulai gelap karena kemacetan yang sempat mereka alami membuat mereka lebih lama menghabiskan waktu dijalan.
"Kamu kenapa?" Tanya Ali saat melihat Prilly terdiam dengan menatap keluar jendela.
"Nggak apa-apa Pak. Saya cuma lapar." Kilah Prilly tak sepenuhnya bohong. Setelah makan siang bersama Ali tadi ia tidak menelan apapun lagi selain air mineral karena terlalu sibuk membereskan pekerjaan supaya mereka bisa pulang lebih awal karena mereka harus ke butik terlebih dahulu.
Walaupun pada akhirnya mereka tetap saja pulang seperti biasanya karena pekerjaan yang mereka kerjakan tidak selesai tepat waktu ada beberapa yang harus Prilly kaji ulang bersama Ali.
"Bagaimana kalau kita makan malam dulu?" Tawar Ali yang membuat Prilly menoleh menatap dirinya.
"Saya yang milihin tempatnya ya?" Ali mengangguk setuju. "Yess! Udah lama banget nggak ke sana." Kata Prilly sambil bertepuk tangan. Gadis itu terlihat bahagia sekali seolah lupa dengan kekecewaannya beberapa waktu lalu.
Ali tanpa sadar tersenyum kecil melihat wajah cerah calon istrinya.
***
"Kamu yakin kita makan disini?" Tanya Ali sangsi pasalnya Prilly membawanya ke sebuah warung tenda yang duduknya saja hanya di atas tikar yang digelar di atas tanah berumput.
Prilly sudah terlebih dahulu mengambil tempat sedangkan Ali masih berdiri sambil melihat ke sekitarnya. Tempatnya memang sangat sederhana namun pengunjungnya cukup ramai.
"Bersih kok Pak tempatnya. Sini duduk!" Prilly menepuk tikar di sebelahnya.
Ali masih sangsi namun dengan sangat terpaksa ia mengambil tempat di sisi Prilly. Meja kecil dihadapan mereka terdapat sebuah keranjang yang diisi dengan berbagai jenis kerupuk.
Prilly mengambil satu plastik kerupuk lalu membukanya. "Bapak mau?" Tawarnya pada Ali yang dijawab gelengan kepala oleh laki-laki itu.
Prilly terlihat mengedikkan bahunya tanda tak perduli. Wajar saja jika Ali seperti ini toh dia seorang Tuan muda kaya raya jelas makan ditempat lesehan seperti ini belum pernah ia lakukan. Biasanya pria itu makan di restoran mahal dengan harga sepiring makanan bisa mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah jelas sangat berbeda dengan Prilly yang hidup sederhana sejak kecil makan ditempat seperti ini sudah hal biasa baginya.
"Mau pesan apa Neng?"
Prilly tersenyum lebar saat menerima buku menu yang diprint pada satu kertas yang sudah terlihat lecek. Ali jelas tidak akan mau menyentuh kertas itu jadilah Prilly yang berinisiatif untuk memesan makanan.
"Nasi uduknya dua, pakai ayam yang dada Bang ya terus ikan ini juga sama apa lagi ya?" Prilly terlihat kebingungan. "Bapak mau pesan apa?" Tanyanya pada Ali.
Ali menoleh menatapnya. "Apa aja yang penting steril." Jawabnya yang membuat Prilly meringis merasa tak enak pada Abang-abang yang berdiri di depan meja mereka.
Abang itu tersenyum maklum, dilihat dari pakaian yang Ali kenakan saja ia sudah tahu jika pria ini bukan dari kalangan biasa jadi sudah wajar jika laki-laki itu bersikap seperti sekarang ini.
"Semua makanan disini bersih dan steril kok Pak." Bisik Prilly pada Ali yang hanya dibalas gelengan tak percaya oleh pria itu. Tak mau memperpanjang lagi Prilly segera mengatakan pada Abang yang berjualan beberapa menu lain yang dia inginkan.
Setelah Abang-abang itu pergi kini Prilly kembali fokus pada kerupuknya sampai akhirnya ia dikejutkan dengan tindakan Ali yang tiba-tiba meletakkan jas milik pria itu di atas paha Prilly yang lumayan terbuka. Hari ini Prilly memang mengenakan rok span yang panjangnya hanya sampai selutut dan ketika ia duduk rok itu memperlihatkan nyaris setengah pahanya dan Prilly baru sadar ketika Ali mengatakannya.
"Paha kamu kemana-mana." Kata pria itu acuh namun mampu membuat senyuman di wajah Prilly terbit. "Makasih calon suami." Godanya dengan sengaja mencondongkan tubuhnya kearah Ali lalu berbisik tepat di telinga pria itu.
Ali tersenyum kecil tangannya terangkat untuk menyentuh kepala Prilly namun tiba-tiba ponselnya berdering dan nama Mikhayla terpampang jelas di sana.
Prilly segera mengalihkan pandangannya setelah melihat nama si penelpon yang tertera di layar ponsel calon suaminya.
Ali menoleh menatap Prilly sekilas sebelum menjawab telepon dari Mikhayla. Ia baru sadar jika selama ini ia benar-benar sudah mengabaikan gadis itu.
"Halo Mikha.."
Prilly berusaha biasa saja saat mendengar suara lembut Ali menyapa wanita lain tepat disampingnya. Ali kembali menoleh menatap Prilly yang masih terlihat santai mengunyah kerupuk miliknya dan tak lama pesanan gadis itu tadi sudah datang.
Prilly tersenyum ramah pada Abang-abang yang mengantar makanannya tanpa menghiraukan Ali ia mulai mencicipi pesanannya.
"Aku lagi diluar." Suara Ali kembali terdengar lembut tanpa sadar Prilly kembali tersenyum kecut.
"Baiklah. Tunggu di sana jangan kemana-mana aku akan segera tiba!" Suara lembut Ali berubah khawatir dan dengan terburu-buru pria itu beranjak meninggalkan Prilly yang terpaku.
Ali benar-benar berlari menuju mobilnya bahkan tanpa berpamitan padanya. Entah apa yang terjadi pada Mikhayla sampai-sampai Ali pergi terburu-buru seperti itu. Prilly tersenyum miris, pria seperti itukah yang akan ia nikahi? Apa kabar rumah tangganya nanti jika hal ini kembali terjadi setelah mereka resmi menikah?
Prilly tidak akan menangis, ayolah ia bukan gadis cengeng yang hanya karena hal sepele seperti ini akan menangis meskipun jujur hatinya benar-benar sakit ketika Ali memilih pergi bahkan tanpa pamit seolah-olah pria itu sedang menegaskan setidak berarti itu dirinya bagi Ali.
Sepeninggalan Ali, Prilly kembali melanjutkan acara makannya meskipun sakit hati tapi urusan perut ia jelas tidak akan sampai mengabaikannya. Perut tetap nomor satu.
"Nggak apa-apa hari ini dia ninggalin gue lihat saja besok gue bakal balas lebih sakit dari ini." Gumam Prilly sebelum melahap nasi uduk kesukaannya dengan begitu bersemangat.
Namun tetap saja mata gadis itu tidak bisa menyembunyikan sakit hatinya.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
ЧиклитNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..