Bab 4

1.6K 259 16
                                    


Rahma terus memaksakan kakinya untuk melangkah memasuki rumah sakit. Ia berharap apa yang terjadi hari ini hanyalah sebuah mimpi. Sejak membesarkan putrinya sendirian sebisa mungkin Rahma menjaga Prilly hingga gadis itu tumbuh dewasa tanpa cacat namun hari ini gadis kecil kesayangannya justru berakhir mengenaskan di rumah sakit.

Hati Rahma sakit sekali. Bahkan sejak mendapat telepon dari seseorang yang katanya menolong Prilly, tangannya tak henti bergetar.

"Lindungi putriku Tuhan.." Lirihnya sambil terus memacu langkahnya. Rahma memanggil seorang Suster untuk menanyakan kamar putrinya di rawat dimana.

Setelah mendapat petunjuk dari Suster itu, Rahma kembali melangkahkan kakinya menuju kamar sang putri. Sekuat tenaga Rahma menahan air matanya seharusnya saat ini mereka sedang menghabiskan waktu bersama namun sayangnya yang terjadi justru sebaliknya.

Jika bisa digantikan Rahma akan menggantikan posisi putrinya, lebih baik ia yang terbaring sakit dari pada putrinya. Prilly adalah segalanya untuk Rahma, satu-satunya harapan dan tumpuan Rahma untuk terus bertahan di dunia ini.

Rahma masih bisa berdiri tegak ketika suaminya, pria yang ia pilih sebagai imamnya justru meninggalkan dirinya disaat mereka seharusnya berbahagia dengan kehadiran putri mereka namun yang terjadi justru sebaliknya. Pria pengecut itu memilih pergi dan meninggalkan Rahma dalam penderitaan.

Satu-satunya alasan Rahma bertahan di dunia ini hanyalah Prilly. Rahma sebatang kara, ia tidak memiliki sanak saudara sehingga ketika menikah dengan suaminya ia tak di dampingi oleh siapapun sedangkan suaminya yang memiliki keluarga besar dihari bahagianya juga tidak ditemani oleh sanak keluarga.

Benar, Rahma nekat menikahi pria yang keluarganya saja tidak menerima kehadirannya. Rahma terlalu dibutakan oleh cinta tetapi semua itu sudah lewat dan Rahma sama sekali tidak menyesali pernikahannya.

Karena dari pernikahan itu Rahma memiliki Prilly yang menjadi sumber kebahagiaan dirinya.

Rahma mengusap air matanya dengan kasar saat melihat kamar inap putrinya sudah didepan mata. Tanpa menunggu lama Rahma segera membuka pintu kamar itu dan matanya sontak terbelalak saat melihat sang putri terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Tak peduli dengan orang-orang yang ada di sana Rahma segera berlari menghampiri ranjang dimana putri kesayangannya berada.

"Ya Tuhan anakku!"

Prilly yang tidak benar-benar tidur perlahan membuka matanya. Ia kesusahan bergerak karena rasa pusing yang terus mendera dirinya. Dokter sudah memeriksa dan memastikan Prilly baik-baik saja, rasa pusing yang ia alami akan menghilang dengan sendirinya.

Prilly juga sudah meminum obat yang diresepkan oleh Dokter untuk mengurangi rasa sakit juga pusing yang ia alami.

"Mama.."

"Iya Sayang. Ini Mama Nak." Prilly tersenyum lebar saat menyadari jika Ibunya benar-benar ada disini.

Dengan manja Prilly memeluk Ibunya dan semua itu disaksikan oleh seluruh keluarga Sudrajat yang ada di sana.

Reihan tiba-tiba memeluk Ibunya juga membuat Reina tertawa pelan. "Rei suka yang manja-manja gitu Mi." Ujarnya pada sang Mami.

Reina kembali memperdengarkan tawanya. "Kalau suka usaha dong!" Reihan melirik sekilas kearah Mikhayla yang masih betah berada di sana tentu saja dengan Ali yang begitu setia menemani sang putri.

Mikhayla dan Ali juga menoleh menatap Reihan. "Rei akan berjuang Mi, mungkin kejadian hari ini adalah jalan Rei untuk lepas dari jeratan masa lalu yang membuat Rei muak." Kata Reihan dengan mata menghunus tajam pada Mikhayla yang sontak menundukkan kepalanya.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang