Bab 32

1.8K 310 38
                                    


"Rei bangun Nak! Udah siang gini masak kamu masih tidur aja. Bangun dong! Kawanin Mami nyari catering buat acara Mas kamu ayok!" Reina terus melayangkan pukulan kecil pada bokong putra bungsunya.

Reihan memang terlelap dengan posisi telungkup sehingga memudahkan Reina untuk memukuli bokong seksi putranya.

"Sebentar lagi Mi." Katanya dengan suara teredam bantal.

"Udah siang loh Nak! Acara Mas kamu tinggal hitungan hari nanti nggak keburu!" Reina kembali melayangkan pukulannya pada bokong sang putra.

Meskipun dengan sangat berat hati Reihan tetap beranjak dari posisi nyaman lalu duduk lemas di atas ranjang sambil memelas berharap kerendahan hati Ibunya untuk membiarkan dirinya kembali terlelap namun sayangnya Reina justru semakin brutal menarik lengannya untuk segera bangun dan mandi.

"Mami mau cari catering kemana sih? Kan ada langganan Mami biasanya ngapain dicari lagi Mam?" Reihan mengacak-acak rambutnya yang mulai memanjang dengan asal, ia tidak perduli bagaimana bentuknya saat ini yang pasti ia akan selalu terlihat tampan.

Reina merapikan helaian rambut putranya dengan lembut. "Mami udah kurang sreg sama mereka jadi rencana mau cari lain udah ada beberapa rekomen dari followers Mami kok kita tinggal samperin aja untuk buktiin cocok apa nggak sama kita."

"Gaya-gayaan banget followers-followers, Rei aduin Papi nih ya kalau Mami belakangan ini aktif banget di Instagram." Reina sontak menepuk mulut putranya hingga membuat Reihan mengaduh kesakitan.

Dan kesempatan itu jadikan Reihan untuk merebahkan kembali kepalanya di pangkuan sang Ibu yang langsung disambut usapan lembut di kepalanya.

Reina memang sangat memanjakan Reihan berbanding terbalik dengan putra sulungnya selain karena Ali memang sudah mandiri dari kecil laki-laki kaku itu juga sangat mengerti jika Adik bungsunya selalu ingin menghabiskan waktu dengan Ibu mereka jadi yang tua ngalah aja.

"Mi.."

"Kenapa Sayang Mami?" Reina masih setia mengusap-usap lembut kepala putranya.

"Apa nanti pas Rei nikah Mami bakalan sibuk dan semangat kayak gini juga?" Tanyanya yang membuat kening Reina berkerut dalam. "Maksud kamu gimana Nak? Kamu mau nikah? Kamu nggak hamilin anak orang kan?" Mata Reina sontak terbelalak kaget menatap putranya yang semakin menyembunyikan wajahnya diperutnya dengan tatapan ngeri.

"Dih apaan sih Mami main tuduh-tuduh aja. Rei masih suci Mi. Suci banget." Dalam hati Reihan berkali-kali meminta ampun karena sudah membohongi wanita yang paling ia cintai ini.

Ibu tidak perlu tahu apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Mikhayla tempo dulu. Lagian Reihan juga nggak sadar saat melakukannya jadi anggap saja ia masih perjaka ting-ting sampai saat ini.

"Iya putra bungsu Mami memang paling suci." Gemas Reina menciumi pelipis putranya berkali-kali.

Reihan terkekeh geli sebelum merenggangkan pelukannya pada perut sang Ibu lalu menatap Reina dengan pandangan penuh ketulusan.

"Rei bakalan tetap mencintai dan menyayangi Mami sama Papi sampai kapanpun meskipun Rei tahu kalau Rei bukan anak yang lahir dari rahim Mami." Ujar Reihan penuh ketenangan namun mampu membuat dada Reina berdebar kencang.

Wajah cantik wanita paruh baya itu tampak memucat kedua tangannya juga terasa begitu dingin setelah mendengar apa yang putranya katakan.

"Rei kamu ngomong apa sih Nak? Kamu anak Mami sama Papi! Kamu anak kesayangan kami Rei!" Reina memekik pelan sebelum beranjak dari duduknya hingga membuat kepala Reihan yang ada dipangkuannya terjatuh.

Tubuh Reina terlihat bergetar ketika memaksakan kakinya untuk keluar dari kamar Reihan. "Reihan putraku! Tolong siapapun jangan ambil Reihan dariku!" Ujarnya berkali-kali dengan tetesan air mata.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang