"Persiapan pernikahan anak-anak sudah mencapai 90 persen tinggal persiapan mental mereka aja 10 persen lagi."Ali dan Prilly serta seluruh keluarga mereka sedang makan malam bersama di sebuah restoran yang khusus Farhan sediakan untuk orang-orang tersayangnya.
Ia tahu akhir-akhir ini terlalu banyak masalah yang menimpa termasuk renggangnya hubungan Ibu dan anak antara Reina dan Reihan. Sejak Reina tahu jika Reihan sudah mengetahui perihal masa lalu yang selama ini mati-matian ia tutupi rasanya ia terlalu takut untuk mendekati putra bungsunya lagi. Reina takut Reihan pergi darinya meskipun sampai detik ini Reihan masih berada disisinya namun hatinya tetap tidak tenang.
Malam ini Reina mencoba untuk kembali ceria mengabaikan Reihan yang sering kali ini berbicara dengan dirinya.
"Semoga pernikahan anak-anak sukses ya Mbak." Ucap Rahma yang diaminkan oleh semuanya kecuali Prilly gadis itu tampak tidak bersemangat malam ini sejujurnya Prilly memang sudah kehilangan semangatnya sejak pertemuan terakhirnya dengan Ali di apartemen setelahnya mereka hanya bertemu di kantor itupun hanya di pagi hari karena setelahnya Ali dan asisten pribadinya Alex akan menghabiskan waktunya seharian diluar kantor dengan meninjau lapangan.
Bisa dikatakan selama beberapa waktu terakhir ini hubungan keduanya mengalami banyak kemunduran.
Ali melirik kearah calon istrinya yang terlihat sekali sangat tidak nyaman dengan pembicaraan tentang pernikahan mereka.
Reina dan Rahma terlibat percakapan seru sedangkan Reihan hanya bisa melirik Ibunya dengan tatapan sendu. Ia benar-benar merindukan Ibunya.
Farhan yang menyadari tatapan sendu putranya menepuk pelan pundak Reihan. "Mami kamu nanti juga balik lagi kayak dulu. Sabar aja! Lagian kamu juga ada-ada aja ngomong kayak gitu secara terang-terangan sama Mami kamu." Farhan menggeleng pelan. "Kan kamu tahu Mami kamu sensitif banget kalau urusan anak-anaknya." Lanjut Farhan lagi.
Mereka yang berkumpul disana seolah-olah punya dunia sendiri kecuali Prilly yang memang sejak menduduki kursinya lebih memilih diam daripada ikut menimbrung.
"Kamu baik-baik saja?"
Prilly menoleh menatap Ali lalu mengangguk pelan. "Baik Pak." Jawabnya singkat. Ia masih enggan berlama-lama berinteraksi dengan pria ini ia masih mengingat bagaimana Ali waktu itu secara tidak langsung pria ini menyatakan jika ada wanita lain dihatinya.
"Jika kamu masih kepikiran perihal waktu itu saya akan---"
"Sudah Pak saya juga tidak berminat lagi untuk mengetahui perihal hati Bapak kalau memang Bapak mencintai perempuan lain silahkan jujur dihadapan para keluarga." Prilly melirik Ibunya yang sedang bercakap dengan Reina juga Reihan yang sedang tertunduk lesu di samping Ayahnya.
"Saya tidak keberatan untuk membatalkan pern---"
"Katakan sekali lagi dan saya benar-benar akan mencium kamu sampai kehabisan nafas didepan keluarga besar kita." Ancam Ali yang membuat Prilly sontak memutar matanya malas.
"Cium cewek---"
"Ali.."
"Loh Reina kalian disini juga ternyata.."
Semua yang ada dimeja makan sontak menolehkan kepalanya menatap kearah samping meja di mana seorang wanita dengan dandanan yang terlihat berlebihan itu berdiri bersama putrinya menyapa keluarga Sudrajat.
Mereka adalah Cecilia dan Mikhayla, Ibu dan anak yang kebetulan sekali merasa sangat beruntung karena bertemu dengan keluarga Sudrajat.
Prilly melirik calon suaminya yang sedang memangku tatapan pada sosok wanita cantik yang berdiri tak jauh dari meja mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
ChickLitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..