Bab 37

1.9K 326 17
                                    


Prilly menarik dirinya sehingga pelukan Gerald terlepas. "Maaf Bapak siapa?" Tanya Prilly datar yang berhasil mengoyak hati Gerald.

Dengan mata berkaca-kaca ia tatap putrinya. "Ini Papa Nak."

"Saya hanya mempunyai Mama tidak dengan Papa sepertinya Bapak salah orang." Sahut Prilly lagi masih dengan wajah datarnya.

Ali dan Farhan saling tatap begitupula dengan Reina dan Rahma yang urung melangkah setelah melihat Prilly didekap oleh Ayah kandungnya.

Cecilia dan Mikhayla juga turut menyaksikan kepedihan Gerald yang ditolak mentah-mentah oleh anak kandungnya.

"Sayang---"

"Maaf Pak sepertinya Bapak benar-benar harus memeriksakan diri sepertinya ada yang salah dengan Bapak. Permisi!" Prilly ingin beranjak namun Gerald kembali menahan lengannya.

Demi Tuhan, Prilly benar-benar ingin enyah dari tempat terkutuk ini. Ia memang pernah ingin bertemu dengan Ayah kandungnya tempo hari namun ketika melihat pria itu berdiri dihadapannya satu hal yang ingin Prilly lakukan adalah berlari sejauh mungkin.

Hati Prilly begitu sakit saat melihat orang yang sudah menelantarkan dirinya dan Ibunya justru hidup bahagia bersama wanita lain dan anak mereka. Prilly mengalihkan pandangannya pada Mikhayla yang ternyata juga sedang menatap dirinya.

Senyum miris sontak terbit dari sudut bibirnya, disaat dia dan Ibunya harus pontang-panting bekerja demi bertahan hidup pria yang mengaku sebagai Ayahnya justru melimpahkan kebahagiaan pada putrinya yang lain.

Adilkah ini?

Prilly tidak iri dengan kebahagiaan Mikhayla hanya saja ia merasa sedih juga sakit hati mengingat sosok Ayah yang seharusnya melindungi dirinya justru melakukan hal yang paling keji.

"Tolong kabulkan satu permintaan saya." Ucap Prilly yang sontak membuat wajah Gerald berseri-seri menatap putrinya dengan senyuman penuh kebahagiaan.

Cecilia mengepalkan kedua tangannya melihat bagaimana Gerald bersikap pada putrinya yang lain setelah menampar anaknya.

"Apapun akan Papa penuhin Sayang. Katakan apa yang kamu inginkan dari Papa?" Gerald meraih kedua tangan Prilly lalu menggenggamnya erat. Ia sangat bahagia karena putrinya menerima kehadirannya.

Namun sayangnya ucapan Prilly berikutnya berhasil meluluh lantakkan kebahagiaannya.

"Enyahlah dari kehidupan kami!" Tegas Prilly yang membuat mereka yang ada di sana terperanjat kaget.

Semuanya tidak menyangka jika Prilly bisa berkata setegas itu pada Gerald. Rahma hanya bisa menundukkan kepalanya, ia tidak ingin putrinya seperti ini tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak karena semua kesakitan dan penderitaan yang pernah mereka lalui tidaklah mudah sehingga wajar jika Prilly membentengi dirinya seperti ini.

"Kamu usir Papa?"

"Sejak awal saya memang tidak pernah memiliki Papa." Balas Prilly yang menghantarkan rasa sakit yang amat sangat tepat ke ulu hati Gerald.

Ia ditolak oleh putrinya sendiri.

Tanpa ada yang menyadari jika saat ini telapak tangan Prilly sudah mengeluarkan darah akibat genggaman tangannya yang begitu kuat sehingga kuku-kukunya yang panjang berhasil menebus telapak tangannya.

Prilly tidak memiliki pegangan apapun saat ini ia hanya bisa menguatkan dirinya sendiri untuk menghadapi situasi yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya.

Ali yang melihat tubuh Prilly bergetar buru-buru beranjak dan memeluk calon istrinya. "Kita pulang!" Ali segera meraih tubuh mungil Prilly ke dalam gendongannya lalu beranjak dari sana tanpa menghiraukan teriakan Gerald juga Mikhayla yang berusaha mengejar Ali namun sayangnya Reihan sudah terlebih dahulu mencekal lengannya.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang