Bab 22

1.6K 289 25
                                    


Rahma memegang erat tangan Reina keduanya duduk bersebelahan sedangkan Farhan sudah beranjak untuk membangunkan putra bungsunya. Reina yang meminta suaminya untuk membangunkan putra kedua mereka.

Reihan juga harus tahu perihal hubungan antara Mikhayla dan calon Kakak iparnya.

Prilly sendiri menempati sofa dihadapan Ibunya bersama dengan Ali yang sejak tadi tidak melepaskan genggaman tangannya walaupun sebentar. Ali tahu jika perihal yang disampaikan oleh calon mertuanya bukanlah sesuatu yang baik dalam artian menyenangkan untuk Prilly calon istrinya. Ali yakin jika hal tersebut akan menyakiti Prilly dan sebagai calon suami ia jelas harus mendampingi Prilly.

Ia akan menjadi sandaran untuk wanita yang sebentar lagi akan menjadi makmumnya. Mereka menikah memang tanpa cinta tapi Ali tidak akan menyepelekan kewajibannya sebagai seorang suami.

Ali akan memenuhi semua kebutuhan istrinya termasuk menjadi pelindung jika ada sesuatu yang menyakiti Prilly.

Intinya mulai sekarang kebahagiaan Prilly adalah hal yang utama.

Semoga saja Ali bisa memegang omongannya ini sampai kapanpun!

"Ma.."

Rahma menatap sendu putrinya. Ia tahu dirinya sudah termasuk licik dengan menjadikan keluarga Sudrajat sebagai pelindung putrinya tapi dia melakukan ini karena ia tahu jika dirinya tidak punya kuasa apapun untuk melawan keluarga Hutomo.

Gerald bukanlah lawannya, dia hanya janda miskin bagaimana mungkin ia bisa melawan si penguasa Gerald. Satu-satunya orang yang bisa menghantam kekuasaan pria itu adalah keluarga Sudrajat.

Jadi jika Prilly menikahi sulung dari keluarga Sudrajat jelas Gerald tidak akan berani macam-macam kalaupun pria itu gila dan ingin berbuat onar jelas nama Sudrajat yang akan disandang Prilly nanti akan membuat pria itu berpikir ulang sebelum membuat keonaran.

"Papa kamu sudah kembali Nak!" Satu kalimat yang keluar dari mulut Rahma sontak membuat tubuh Prilly menegang sebelum bergetar pelan.

Ia tidak tahu kenapa respon tubuhnya seperti ini. Ali yang sejak tadi tidak melepaskan genggaman tangannya jelas ikut merasakan getaran pada tubuh Prilly.

"Hei tenanglah! Saya disini semua akan baik-baik saja." Ali berusaha menyadarkan Prilly jika gadis itu tidak sendirian.

Farhan dan Reihan sudah bergabung di sana namun keduanya tampak diam sebelum Rahma kembali membuka suara tak hanya Prilly tapi Ali dan Adiknya Reihan juga sama terkejutnya dengan Prilly.

"Dan Papa kamu adalah Gerald Hutomo." Rahma sudah tidak bisa menyembunyikan tangisannya lagi. Kini wanita itu sudah tersedu-sedu dalam dekapan Reina yang turut menitikkan air mata.

Prilly sendiri sudah terlihat seperti cangkang kosong, jiwanya entah berada dimana sekarang. Ia benar-benar shock dengan apa yang Ibunya sampaikan. Ia kembali berusaha memutar ingatannya di masalalu untuk kembali mengingat wajah pria yang telah menghadirkannya ke dunia lalu malah mencampakkannya.

Ali dan Reihan saling menoleh sebelum keduanya kompak menatap Ibu dan Ayahnya dan saat melihat kedua orang tuanya menganggukkan kepalanya, keduanya kembali saling tatap.

"Nggak mungkin!"

"Ini benar-benar gila!"

Keduanya sontak berucap sampai akhirnya Ali tersadar saat tubuh Prilly tiba-tiba terjatuh kearahnya. Gadis itu kehilangan kesadarannya dan hal itu berhasil membuat seluruh keluarga Sudrajat terutama Reina memekik panik. Rahma jangan tanyakan lagi wanita paruh baya itu benar-benar terlihat pucat dan merasa sangat bersalah pada putrinya.

Reina berusaha menenangkan Rahma sedangkan Ali sudah menggendong calon istrinya menuju kamar tamu.

Reihan berlari menuju telepon rumahnya untuk menghubungi Dokter keluarga Sudrajat untuk segera datang memeriksa calon Kakak iparnya.

***

Ali tidak tahu kenapa jantungnya selalu berulah ketika melihat Prilly tak sadarkan diri seperti ini. Dulu kala insiden di dalam lift namun rasanya jantungnya tidak berdebar kencang seperti sekarang ini.

Ali nampak begitu cemas menatap wajah pucat calon istrinya. Detakan jantungnya semakin menggila saat tangan Prilly terasa begitu dingin dalam genggamannya.

Demi Tuhan, Ali benar-benar takut dan cemas sekali saat ini.

Berkali-kali pria itu mengusap-usap kepala Prilly berusaha untuk membangunkan gadis itu namun nihil Prilly masih terpejam sampai akhirnya Dokter datang dan memeriksa Prilly mengatakan jika kondisi gadis itu baik-baik saja, Prilly hanya shock. Barulah Ali bisa menghembuskan nafas leganya.

Kini Prilly sedang beristirahat di kamar tamu ditemani oleh Rahma dan Reina. Para pria kini sedang duduk berembuk di ruang tamu.

"Jadi keputusan lo gimana Mas?" Tanya Reihan pada Ali.

Ali menoleh menatap Adiknya. "Gue bakal tetap nikahin Prilly." Putusnya tanpa ragu.

Reihan menatap takjub Kakaknya namun ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusili sang Kakak.

"Terus gimana sama si Mikha? Bukannya lo rela mati buat dia!" Katanya mulai memancing.

Farhan yang sejak tadi memejamkan matanya sontak menoleh menatap sang bungsu lalu menggeleng pelan meminta Reihan untuk tidak mencari gara-gara disaat genting seperti ini.

Namun yang namanya Reihan mana paham maksud gelengan Ayahnya malahan dengan tengilnya ia mengedipkan matanya kearah sang Ayah yang membuat Farhan elus dada.

"Lo nggak perlu ikut campur!"

"Jelas dong gue harus ikut campur bukannya lo sendiri tahu niat Mami menjodohkan Prilly pertama kalinya dengan siapa?" Tanyanya dengan wajah songong yang nyaris membuat Ali melemparkan asbak kearahnya.

Ali memejamkan matanya lalu kembali membukanya. "Gue nggak bisa paksa perasaan gue sama Mikha." Katanya dengan senyuman kecut. "Dia suka sama lo--"

"Tapi gue nggak suka dia gimana dong?" Potong Reihan masih dengan wajah songongnya.

Kembali terdengar geraman Ali sebelum ia membuka suara Reihan terlebih dahulu berkata dan berhasil membungkam dirinya.

"Gue masalah kalau lo menikahi Prilly tanpa dasar cinta tapi satu hal yang harus lo ingat Mas. Detik dimana lo menjawab ijab kabul lo nggak hanya terikat janji pada orang tua Prilly ataupun Mami melainkan Tuhan." Reihan tidak lagi memberikan ekspresi tengilnya kali ini ia benar-benar serius berbicara pada Kakaknya.

Bahkan Farhan sendiri dibuat takjub dengan pembawaan diri putra bungsunya yang selama ini selalu membuat onar yang membuat umurnya lebih pendek beberapa tahun.

"Jadi sebagai Adik yang beriman dan taat beribadah gue harap lo mampu ngejaga janji juga ucapan lo hari ini ketika elo sendiri yang memutuskan untuk menikahi Prilly. Jangan sakiti dia Mas apalagi hanya untuk cewek yang lo sendiri nggak tahu belangnya gimana." Tutup Reihan yang membuat Ali terpekur diam.

"Gimana Pi? Udah cocok belum Rei gantiin Papi di perusahaan?" Reihan berbalik menggoda Ayahnya dengan menaikkan turunkan alisnya.

"Sontoloyo kamu!" Kata Farhan sambil melempar sendal rumah yang mengenai tepat di kepala Reihan.

Bukannya mengaduh Reihan justru tertawa sambil meraih sendal Ayahnya lalu membawa kabur. "Rei buang sendal murahan ini ya!" Katanya yang membuat Farhan panik dan mengejar putranya.

"Jangan macam-macam kamu Rei! Itu sendal couplean sama Mami kamu bisa digantung Papi sama Mami kamu!" Suara tawa Reihan terdengar beradu dengan teriakan heboh Farhan.

Sedangkan Ali hanya mampu menghela nafasnya melihat kelakuan dua pria kesayangannya itu. Bukannya membantu malah heboh sendiri.

"MAS ALI BANTU PAPI NIH SI REIHAN SONTOLOYO LEMPAR SENDAL PAPI KE GENTENG!!"

*****

PO hari ini terakhir yaa.. Langsung list nama yang ambil bbrpa dpt harga diskon. List nama ke wa 081321817808

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang