Bab 14

1.5K 279 29
                                    


Sudah nyaris dua minggu berlalu semenjak Ali memintanya untuk pulang dari apartemen milik pria itu dan sejak itu pula Ali tak mencoba menghubungi dirinya.

Mikhayla membanting dirinya ke ranjang dengan mata terlihat menerawang menatap langit-langit kamarnya. Bayangan wajah tampan Ali dan Reihan datang silih berganti.

Ali dengan wajah dinginnya yang begitu mempesona serta Reihan dengan wajah tengil namun terlihat begitu memukau. Kedua Kakak beradik itu sama-sama memiliki pesona yang kuat meskipun dengan sifat dan karakter yang berbeda.

Ali acuh namun perhatian dalam waktu yang bersamaan dan Reihan yang ceria selalu bisa menghidupkan suasana namun sayang pria itu tidak menyukai dirinya.

Kembali helaan nafas Mikhayla terdengar. Jujur, hari-harinya mulai terasa sepi tanpa Ali, biasanya jika sedang galau seperti ini Ali akan datang untuk menemani dirinya. Pria itu akan melakukan apapun demi membuatnya kembali tersenyum.

Drrt.. Drrt..

Mikhayla buru-buru beranjak untuk meraih ponselnya berharap jika yang menghubungi dirinya adalah Ali namun sayangnya bukan. Justru nama yang terpampang disana adalah nama pria yang selama ini mengacuhkan dirinya.

Reihan.

Senyuman Mikhayla kembali terbit, rasa galaunya pada Ali pun menghilang dalam seketika. Reihan, pria pujaannya tumben sekali pria itu menghubungi dirinya.

Apa mungkin Reihan merindukan dirinya setelah beberapa hari ini ia bertekad untuk mendiamkan pria itu?

Mikhayla terlihat merapikan penampilannya padahal Reihan menghubungi dirinya melalui panggilan nomor bukan vidcall.

Tapi tetap saja ia harus terlihat cantik.

"Halo.." Sapa Mikhayla dengan suara lembutnya.

"Lo dimana?"

Senyuman di wajah Mikhayla sontak luntur saat mendengar suara ketus Reihan. "Di rumah. Kenapa?" Tanyanya tak bersemangat seperti tadi.

"Malam nanti Mami ngundang lo ke rumah!"

Kening Mikhayla sontak berkerut saat mendengar perkataan Reihan. "Memangnya ada acara apa?" Tanyanya penasaran.

"Jangan kepo lo! Jam 7 gue jemput!"

Tut.

Mikhayla sontak menjauhkan ponselnya saat panggilan tiba-tiba diputuskan oleh Reihan.

"Makan malam? Tumben sekali Reihan mau bela-belain jemput gue." Monolognya sendiri.

Tiba-tiba saja bayangan Ali kembali terlintas di kepala Mikhayla. Biasanya pria itu yang akan menjemput dirinya.

"Apa Ali benar-benar udah ngelupain gue ya? Masak sih dia marah cuma karena gue ambekin." Mikhayla benar-benar merasa pusing.

Sial!

Seharusnya ia bersiap-siap untuk nanti malam, jarang sekali kan Reihan bersedia menjemput dirinya seperti ini? Mikhayla harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.

Dan dia berharap semoga saja Reihan bisa kembali perhatian dan sayang padanya seperti dulu.

Mikhayla buru-buru beranjak menuju lemarinya. Ia harus tampil sempurna malam ini. Tak hanya Reihan tapi Ali juga harus terpesona dengannya, Mikhayla yakin setelah bertemu nanti malam Ali akan kembali mengemis-ngemis maaf darinya.

Ali mana bisa sih lama-lama dia cuekin! Nggak mungkin tahan pria itu.

"Kayaknya dress hitam ini cantik deh." Mikhayla mengambil salah satu koleksi dress miliknya lalu segala aksesoris yang akan semakin menambah pesonanya.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang