"Kamu masih mau di sini?"Mikhayla menoleh menatap Ali lalu tersenyum kecil. "Masih Al, disini nyaman." Katanya sambil menatap pemandangan indah dihadapannya.
Mereka sedang berada di apartemen Ali. Pemandangan dari balkon apartemen ini memang indah meskipun hanya hamparan gedung bertingkat namun cukup memanjakan mata terlebih di saat menjelang senja seperti sekarang ini.
Ali sendiri memilih diam sambil menghisap rokok yang ada ditangannya. Ali memang bukan perokok aktif namun ia tetap menghisap nikotin itu jika kepalanya sedang mumet seperti saat ini.
Mikhayla sudah menceritakan semuanya perihal yang Reihan lakukan padanya. Jika tidak ditahan Mikhayla mungkin saat ini Ali sedang membawa Adiknya kerumah sakit. Ya, Ali berniat kembali menghajar Adiknya yang kurang ajar itu.
Ali kembali menghembuskan asap rokoknya sampai membuat Mikhayla menoleh namun wanita itu tidak mengatakan apapun, ia tahu Ali sedang dalam mood buruk saat ini.
Keduanya kembali larut dalam keheningan sampai deringan ponsel Ali terdengar. Pria itu menjawab panggilan dari salah seorang pekerjanya.
Ali memejamkan matanya saat dirinya merupakan rapat penting besok pagi. Ia benar-benar membutuhkan seorang sekretaris untuk mengatur dan memberitahu jadwal dirinya. Ali mulai kelimpungan mengatur jadwalnya sendiri disaat perusahaannya sedang banjir proyek besar seperti ini.
"Baik. Terima kasih telah menghubungi saya." Ali memutuskan sambungan telepon lalu kembali menyebat rokoknya.
"Kenapa?" Tanya Mikhayla saat melihat wajah Ali semakin suntuk.
"Ada rapat penting besok dan aku lupa." Jawab Ali sebelum menarik kuat-kuat putung rokoknya lalu menekan batang rokok yang tersisa ke dalam asbak.
"Aku antar kamu pulang sekarang!" Putus Ali yang membuat Mikhayla menggelengkan kepalanya. "Aku masih mau di sini Al." Rengeknya pada Ali.
Ali mengusap wajahnya dengan kasar. "Kita tidak mungkin bermalam di sini berdua Mikhayla!" Tegas Ali menatap Mikhayla tajam. "Apa kata orang-orang nanti!" Lanjutnya yang masih belum bisa membuat Mikhayla mengubur keinginannya untuk bermalam di apartemen Ali.
"Orang-orang nggak akan tahu lagipula mereka tidak akan peduli dengan kita." Balas Mikhayla yang membuat kepala Ali semakin pusing.
Belum lagi masalah Ibunya yang sudah pasti akan memusuhi dirinya karena paksaan darinya tadi.
Kenapa hari ini rasanya masalah terus menerus mendatangi Ali.
"Pulang Mikha! Tolong kerjasama kamu, aku harus pulang dan menyiapkan materi untuk besok. Jadi tolong jangan membantah!" Ali menghela nafasnya.
"Kamu bos tidak mungkin kamu yang menyiapkan materi meeting sudah pasti kamu terima beres aja kayak Papa aku." Ujar Mikhayla yang nyaris membuat Ali mengumpat kasar.
"Aku bukan Papa kamu Mikha! Aku ya aku Papa kamu ya Papa kamu meskipun sama-sama memimpin perusahaan jelas peraturan diri kami berbeda!"
Mikhayla ingin kembali mendebat namun melihat wajah datar Ali membuat dirinya kembali mengurungkan niatnya dengan sangat terpaksa Mikhayla mengambil tasnya lalu beranjak keluar dari apartemen Ali.
Pria itu benar-benar menyebalkan hari ini! Lihat saja akan ia buat Ali mengemis-ngemis maaf padanya besok!
***
Reihan dan Reina terlihat begitu menikmati makan malam bersama Prilly dan Ibunya.
Meskipun makanan yang dihidangkan sangat sederhana Reihan dan Ibunya sangat lahap dalam menyantapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Chick-LitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..