Malam harinya di kediaman Sudrajat, Reina langsung mengutarakan keinginannya untuk mempekerjakan Prilly di perusahaan putranya.Ali sudah berhasil mendirikan perusahaannya sendiri diusianya yang baru memasuki kepala tiga. Ali memiliki kepintaran juga keuletan yang membuat dirinya sesukses itu diusia mudanya.
"Ali nggak butuh karyawan baru Mi." jawab Ali sambil memakan makanannya. Entah kenapa ia merasa enggan sekali membahas perihal gadis yang dirawat di rumah sakit itu.
Sejak kemarin Ibunya terus saja membahas perihal gadis itu bahkan sampai berniat menjodohkannya dengan Reihan. Dan hal itu membuat Ali enggan, ia merasa berkenalan dengan gadis itu adalah sebuah kesialan.
Tak hanya untuk Reihan tapi ternyata untuk dirinya juga.
"Ya nggak apa-apa kamu tambah karyawan kan itu perusahaan kamu!" Kekeuh Reina yang membuat Ali menghela nafasnya lalu mendongak menatap Ibunya.
"Mi itu memang perusahaan Ali tapi di sana ada peraturan yang tidak bisa Ali langgar sesuka hati Ali Mi."
"Halah! Masak nambah satu karyawan termasuk pelanggaran. Ubah aja peraturan perusahaan kamu itu." Reina tak menyerah begitu saja dengan penolakan putranya. "Pokoknya Mami mau kamu terima Prilly di sana."
"Kenapa harus di perusahaan Ali? Kenapa nggak di perusahaan Papi aja?" Tanya Ali tak habis pikir dengan sikap Ibunya.
Reina mengedikkan bahunya acuh. Sebagai satu-satunya wanita di rumah ini jelas kedudukannya sangat penting ia selalu dijadikan ratu oleh tiga pria kesayangannya ini.
Jadi apapun keinginan Reina jelas mereka akan berlomba-lomba untuk memenuhinya tapi bagi Ali tidak untuk kali ini. Ia tidak suka wanita itu merusak kenyamanan hidupnya hanya karena kebetulan menjadi korban kenakalan Adiknya.
"Intinya Mami ingin Prilly kerja di perusahaan kamu." Putus Reina yang membuat Ali menghela nafas berat. "Ali butuh seorang sekretaris Mi bukan karyawan biasa." Ali masih melontarkan alasannya untuk menolak mempekerjakan Prilly di perusahaannya meskipun alasan kali ini tak sepenuhnya bohong, Ali memang sedang mencari sekretaris untuk membantu dirinya mengatur jadwal.
Sekretaris lamanya sudah mengundurkan diri karena harus mengikuti suaminya yang pindah kerja keluar negeri.
"Wah itu lebih pas lagi!" Pekik Reina yang membuat Ali membelalakkan matanya sedangkan Reihan mati-matian menahan tawanya, wajah Kakaknya saat ini benar-benar terlihat lucu.
"Besok Prilly sudah keluar dari rumah sakit, ia perlu istirahat beberapa hari. Eum kayaknya minggu depan dia sudah bisa bekerja sama kamu." Reina mengatakan hal itu tanpa memperhatikan wajah pias putra sulungnya.
Farhan sendiri terlihat tidak terlalu menghiraukan pembicaraan istri dan anaknya itu karena ia tahu apapun yang Reina minta anak-anaknya pasti akan mengabulkannya.
Ali hanya bisa pasrah ketika Ibunya sudah memutuskan maka itu yang seharusnya terjadi.
"Mau kemana kamu Rei?" Farhan menatap putra bungsunya bingung. "Makanan kamu belum habis tuh!" Katanya lagi.
Reihan menatap Ayahnya dengan tampang polos yang membuat kaki Ali gatal ingin menendang Adiknya.
"Rei ada janji penting Pi." Katanya dengan kerlingan menggoda kearah Kakaknya. Reihan sedang mengejek Ali yang tidak pernah keluar rumah dengan alasan berkencan. Pria itu sepertinya benar-benar ingin meriah sertifikat jomblo sejak lahir.
Ali sendiri hanya bisa mendengus kesal menatap malas wajah tengil Adiknya.
"Malam ini sama siapa Dek?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Chick-LitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..