Bab 19

1.6K 285 51
                                    


Suasana di meja makan kediaman Sudrajat terasa begitu hangat terutama interaksi Reina dan Prilly yang benar-benar terlihat seperti Ibu dan anak. Reina begitu perhatian pada Prilly bahkan sampai makanan Prilly saja wanita itu ambilkan dan hal itu berhasil menimbulkan rasa iri di hati Mikhayla.

Gadis yang menempati posisi di sebelah Ali itu terlihat sekali dari ekspresi wajahnya jika saat ini ia sedang dilanda kecemburuan. Biasanya jika berkumpul seperti ini fokus dan perhatian Reina hanya tertuju padanya.

Tapi sekarang sejak kedatangannya Reina hanya menegurnya sekali tadi sedangkan selebihnya perempuan itu terlihat acuh padanya. Apa yang membuat Reina bersikap dingin seperti ini padanya?

"Kamu suka capcay nggak Sayang?" Tanya Reina pada Prilly yang sengaja ia suruh tempati kursi disebelahnya.

Prilly menoleh menatap Reina lalu mengangguk pelan. "Suka Tante." Jawabnya kalem.

Disebelahnya ada Reihan yang melirik gadis ini dengan tatapan genitnya. "Calon mantu idaman Mami memang omnivora sekali ya?" Ejeknya yang membuat Prilly dan Reina serentak menoleh dan menatap tajam kearahnya.

Tawa Reihan terdengar pria itu terlihat mengangkat kedua tangannya. "Ampun para Nyonya." Pria itu memang tengil sekali.

Reihan tanpa sengaja menoleh menatap kearah Kakaknya yang sedang memicing tajam kearahnya. Jika dilihat-lihat sejak tadi Kakaknya yang dulu selalu mengutamakan Mikhayla itu kerap kali menoleh tepatnya mencuri pandang kearahnya dan Prilly.

Jangan bilang Kakaknya benar-benar sudah jatuh hati pada sekretarisnya ini?

Wah! Benar-benar berita yang mengagumkan sekali pemirsah!

Melihat ketidaksukaan di wajah Kakaknya membuat Reihan semakin gencar menggoda Prilly. Ia ingin melihat sampai sejauh mana Kakaknya mampu menyembunyikan perasaannya sendiri.

"Pril ambilin timun dong!" Katanya dengan suara sengaja ia buat semanja mungkin. Prilly yang tak sadar perubahan pria disampingnya ini meraih piring timun lalu menyerahkannya pada Reihan.

Reihan menatap Prilly sambil menggerakkan dagunya ke arah piringnya. "Ambilin!" Pintanya manja yang membuat Prilly memutar matanya malas namun tangan gadis itu tetap meraih beberapa potongan timun lalu ia letakkan di piring Reihan.

"Terima kasih my future wife." Reihan dengan sengaja memelankan suaranya di bagian akhir supaya Prilly tidak mendengarnya namun Ali yang duduk berhadapan dengannya sudah ia pastikan pria itu mendengar dengan jelas suaranya.

Lihat saja cengkraman pria itu pada sendok dan garpunya yang sampai menonjolkan urat-urat tangannya yang diam-diam membuat nyali Reihan sedikit ciut. Bagaimana tidak ia sudah merasakan sendiri bagaimana sakit dan kuatnya pukulan sang Kakak tempo itu.

Bahkan kala itu urat ditangan Ali tidak sampai menonjol seperti sekarang. Jika sekarang pria itu memukulnya sudah dipastikan dua atau tiga giginya akan rontok.

Mikhayla juga turut merasakan perubahan Ali, sejak tadi pria itu hanya bertanya satu kali padanya selebihnya Ali terlihat sibuk melirik kedekatan Reihan dan Prilly.

Sialan! Apa ia sudah terlambat? Tidak. Ia tidak akan membiarkan Ali melupakan dirinya, satu-satunya cinta yang Ali miliki harus dirinya. Hanya dirinya yang berhak memiliki pria ini bukan wanita lain.

Jika sang anak-anak sibuk saling tatap karena kekesalan maka Farhan sibuk meyakinkan istrinya untuk memulai pembicaraan mereka yang menjadi tujuan utama diadakannya makan malam bersama ini.

Reina menghela nafasnya lalu mengangguk pelan, sebelum memulai semuanya ia pandangi wajah Prilly dan Mikhayla secara bergantian untuk mencari kemiripan dua gadis yang ternyata sama-sama putri dari Gerald Hutomo.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang