Tidak terasa hari bahagia itu datang juga. Tepat pukul 10 pagi Ali sah menjadikan Prilly sebagai istrinya. Kini Prilly sudah menyandang status baru sebagai seorang istri."Anak Mama cantik sekali." Prilly menatap Ibunya dengan pandangan berkaca-kaca.
Bukan mudah ia berada di titik sekarang dimana ia dan Ali bersatu dalam ikatan pernikahan. Masih ia ingat dengan jelas bagaimana Ali berusaha meluluhkan hati Gerald meskipun harus dibumbui dengan ancaman yang akhirnya membuat Gerald tidak memiliki pilihan lain selain menikahkan putrinya dengan Ali.
"Bukankah selama ini kau mencintai Mikhayla?"
Pertanyaan sang Ayah kala itu berhasil menembus relung hati Prilly yang paling dalam. Ia bisa merasakan genggaman tangan Ali yang mengerat pada bagian tangannya.
Dengan tenang Ali menjawab pertanyaan Gerald. "Saya hanya menyayangi Mikhayla layaknya Adik, teman dan sahabat perihal semua itu terlihat seperti mencintai dimata Om jelas itu bukan salah saya."
Gerald menggertakkan giginya, ia benar-benar tidak bisa berbuat banyak jika yang ia lawan adalah sulung dari keluarga Sudrajat. Pertikaian dua keluarga konglomerat ini jelas bukan hal baik terutama untuk bisnis-bisnis yang mereka kembangkan bersama.
Gerald menatap Prilly yang sejak tiba hanya duduk diam seolah dirinya tidak ada dihadapan putrinya, jangankan berbicara menatap kearahnya saja tidak. Prilly benar-benar membenci dirinya.
"Jika Papa memberikan restu apa kamu akan bahagia dengan pria ini?" Tanya Gerald pada Prilly.
Secara perlahan Prilly mendongakkan kepalanya sehingga kini dirinya bertatapan dengan sang Ayah.
"Saya akan bahagia." Jawabnya dengan begitu tegas tanpa keraguan.
Gerald terlihat terluka ketika putrinya tanpa pikir panjang menyatakan kebahagiaannya dengan pria lain tapi tidak dengannya yang notabene adalah Ayah kandung Prilly sendiri.
Ali dan Prilly memang sengaja membuat janji temu dengan Gerald dan ternyata pertemuan yang mereka lalui tidak seburuk bayangan Prilly bahkan ketika ingin beranjak pergi Prilly masih bisa merasakan tatapan penuh penyesalan yang Ayahnya berikan namun sayangnya hati Prilly sudah terlanjur sakit sehingga untuk saat ini ia belum bisa menerima kehadiran Ayahnya.
"Nak kenapa melamun? Ayok keluar suami kamu udah nunggu tuh." Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali ia tidak sadar berapa lama ia melamun sampai-sampai kini kamar pengantinnya sudah dipenuhi oleh beberapa orang selain Reina dan Rahma.
Akad nikah dilaksanakan di kediaman Prilly seperti permintaan gadis itu sendiri dan syukurnya dari pihak Ali semuanya setuju sehingga jadilah kediaman Prilly yang sederhana disulap menjadi pelaminan yang luar biasa indah.
Ternyata benar, uang dan kekuasaan bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin berubah menjadi mungkin contohnya seperti apa yang Prilly alami sekarang. Ia tidak menyangka jika dirinya akan berdiri di tengah mewah dan megahnya pelaminan bersanding dengan sulung dari keluarga Sudrajat.
"Kamu cantik saya suka." Ujar Ali yang sontak membuat wajah Prilly merona malu.
Prilly hanya bisa melirik sekilas suaminya. "Mas juga tampan." Balasnya dengan ekspresi malu-malu yang membuat Ali gemas setengah mati.
"Ekhem!"
Ali dan Prilly sontak mendongak menatap Reihan yang sudah naik keatas pelaminan bersama sahabatnya. Ali dan Prilly memang sama-sama sepakat untuk mengadakan resepsi dihari yang sama dengan akad nikah mereka sehingga jangan heran jika area perumahan Prilly kini berubah menjadi lautan manusia.
Ali yang merupakan pewaris dari Sudrajat jelas sangat menarik perhatian publik dengan kabar pernikahannya.
"Selamat ya Mas bahagia dunia akhirat sama Mbak Prilly." Ujar Reihan dengan senyum tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
ChickLitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..