Mikhayla mengemudikan mobilnya tanpa tahu arah setelah meninggalkan kantor Ali. Ia membawa kekesalan juga kemarahannya pada Prilly hingga membuat dadanya terasa panas sejak tadi.Ia benar-benar benci dengan keberanian gadis kampung itu yang begitu berani melawan dirinya.
"Argh! Dasar jalang sialan!" Makinya sambil memukul setir mobilnya beberapa kali.
Mikhayla butuh peralihan dari semua kekesalannya ini dan satu-satunya hal yang terlintas di kepalanya adalah sex. Ia butuh pelepasan juga kenikmatan yang mampu membuatnya terbang ke awang-awang dan melupakan masalahnya sejenak.
Mikhayla segera menepikan mobilnya lalu meraih ponselnya untuk menghubungi laki-laki yang bisa memberikan kepuasan untuk dirinya.
"Halo Dam?"
"Iya Mikhayla Sayang.. Kenapa kamu rindu kehangatanku hm?"
Harusnya Mikhayla marah dengan kalimat mengejek itu namun alih-alih marah Mikhayla justru merasa terangsang dengan suara berat Damar.
"Lo dimana?" Tanya Mikhayla dengan suaranya yang terdengar serak pertanda gairahnya semakin berkobar.
"Apartemen. Aku tunggu kamu di sini Sayangku.."
Dengan sengaja Damar mendesahkan suaranya yang membuat Mikhayla semakin blingsatan. Mikhayla segera melajukan mobilnya kembali menuju apartemen Damar setelah mendapat notif dari pria itu yang menyebutkan alamat lengkap apartemennya.
Mikhayla benar-benar tidak ingin memusingkan apapun lagi sekarang urusan Ali biar besok ia pikirkan lagi bagaimana caranya supaya pria itu kembali tunduk dikakinya.
Perbuatan Ali tadi malam jelas akan mendapat balasannya. Mikhayla tidak akan semudah itu memaafkan pria yang sudah menurunkan dirinya dipinggir jalan layaknya jalang.
***
Reihan baru saja keluar dari rumahnya ia butuh udara segar untuk merefresh otaknya yang tiba-tiba mumet akibat rasa bersalahnya pada sang Ibu.
Baiklah, Reihan akan menceritakan tentang kisahnya sedikit. Sebenarnya ia sudah tahu bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari kedua orang tuanya.
"Ini siapanya Ali?" Tanya Cecilia muda ketika Ali datang bersama bocah kecil. Usianya dengan Ali memang tidak berbeda jauh namun Reihan kecil masih sangat mengingat setiap kata yang keluar dari mulut Tante Cecilia.
"Ini Adik Ali Tante." Jawab Ali sambil mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kecil Reihan.
Reihan menatap Kakaknya lalu Tante dihadapannya. "Oh anaknya teman Mami kamu yang mati kelindas kereta apa itu ya?"
"Tante kalau ngomong tolong dijaga, ini Adik aku bukan anak teman Mami!" Marah Ali kecil sebelum menyeret tangan Adiknya untuk menjauh dari kediaman keluarga Hutomo. Mereka sebenarnya Ali berniat untuk memperkenalkan Reihan pada teman dekatnya namun ia marah karena Cecilia sudah menghina Adiknya.
"Tenang aja nanti Mas aduin sama Mami kalau Tante Cecilia ngatain Adik." Ujar Ali begitu manis.
Kala itu Reihan memang tersenyum lebar menatap Kakaknya tanpa ada yang tahu jika bocah kecil itu terus menyimpan perkataan itu sampai detik ini. Sejak tahu dirinya hanyalah orang luar sebisa mungkin Reihan menempatkan diri sampai akhirnya ia dewasa dan melupakan siapa dirinya sebenarnya karena ia terlalu nyaman dengan kasih sayang melimpah yang keluarga Sudrajat berikan padanya.
Tapi hari ini Reihan bersungguh-sungguh ketika mengatakan dirinya menyesal karena sudah menyakiti hati seorang wanita yang merawat dan menjaganya seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan Reihan kerap melihat jika Ibunya lebih membela dan menyayanginya daripada Ali yang notabene putra kandungnya sendiri.
"Maafin Rei Mi. Rei benar-benar nggak tahu diri, udah Mami sayang begini eh rei malah nyakitin hati Mami." Lirihnya dengan pandangan berkaca-kaca.
Sudahlah Reihan akan mendatangi sahabatnya sebentar untuk menenangkan dirinya. Ia butuh kegilaan Bima untuk kembali mewaraskan pikirannya.
Dengan segera Reihan menginjak pedal gas mobilnya menuju kediaman sahabatnya. Ia juga masih penasaran tentang cerita Bima perihal Mikhayla yang menghabiskan malamnya bersama Damar.
***
Begitu tiba di apartemen calon suaminya, Prilly sudah dihadapkan pada kekesalan yang nyaris membuatnya mengacak-acak isi dapur Ali.
Pria itu hanya cengengesan tak jelas sambil menggaruk tekuknya yang sama sekali tidak gatal. "Eum saya lupa jika disini tidak ada persediaan makanan." Ujarnya yang membuat sinar mata Prilly berubah menjadi laser yang siap mencari bagian tubuhnya untuk dicabik-cabik.
Prilly benar-benar kesal, jika tidak ada persediaan makanan lalu apa yang harus dia masak?
"Kita belanja dulu gimana?" Tawar Ali yang dengan sangat terpaksa diangguki oleh Prilly. "Makanya lain kali dipastiin dulu Pak ada atau nggak bahannya kan bolak-balik kita jadinya." Omel Prilly sambil melangkah meninggalkan dapur Ali.
"Iya nanti kan itu jadi tugas kamu." Jawab Ali yang sontak membuat langkah Prilly terhenti. Ali ikut berhenti menatap Prilly dengan kernyitan di dahinya. "Kenapa?"
Prilly masih belum menjawab hanya pandangannya saja semakin fokus pada laki-laki dihadapannya ini. "Jika saya bertanya satu hal yang sangat bersifat pribadi apa Bapak bersedia menjawabnya?"
Meskipun bingung dengan pertanyaaan Prilly yang tiba-tiba seserius ini Ali tetap menganggukkan kepalanya. "Selama saya bisa maka saya akan jawab."
Prilly masih belum membuka suaranya ia masih menimang haruskah Ali tahu perihal kedatangan Mikhayla ke kantor laki-laki itu tadi?
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang menganggumu?" Tanya Ali perhatian.
"Bukan hanya mengganggu Pak tapi sesuatu yang sudah terjadi ini bahkan ngebuat saya berpikir ulang untuk melanjutkan perjodohan kita." Ujar Prilly yang jelas sangat mengejutkan bagi Ali. Bukankah masalah mereka sudah selesai? Lalu kenapa Prilly tiba-tiba menjadi ragu seperti ini?
"Tunggu dulu. Memangnya saya bukan kesalahan lagi?" Tanya Ali bingung.
Prilly menggelengkan kepalanya. "Rasanya disini saya dan Ibu saya yang salah Pak." Ali semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan calon istrinya ini.
"Kamu jelasin sama saya sebenarnya ada apa? Apa yang sudah terjadi hm?" Ali tidak sadar ketika tangannya tiba-tiba terulur menyentuh pelipis Prilly. "Kamu terlihat sangat tegang dan tertekan. Apa menikahi laki-laki seperti saya benar-benar membuatmu tidak nyaman?" Tanya Ali bersungguh-sungguh.
Jangan tanyakan kenapa Ali pria datar dan kaku itu bisa bertanya sejelas itu pada Prilly.
"Saya hanya tertekan memikirkan bagaimana kehidupan Bapak nanti setelah kita menikah. Pak kalau misalnya Bapak mencintai wanita lain saya rela memba---"
Cup!
Mata Prilly terbelalak lebar saat Ali tiba-tiba melumat bibirnya dengan kuat dan tanpa ampun. Ia tidak menyangka jika Bos sekaligus calon suaminya ini bisa menyerangnya secara tiba-tiba.
Ali sudah menutup matanya rapat-rapat dengan mulut terus bergerak mengecup, melumat meraup sebisa mungkin bibir tipis yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya sejak kejadian di lift beberapa waktu lalu.
Jika dulu adalah sebuah kecelakaan maka yang ini adalah murni keinginan Ali. Dan dia akui bibir Prilly akan menjadi satu-satunya bibir yang akan membuatnya candu.
"Egh.. Pak.."
"Jangan dorong saya atau saya benar-benar akan kehilangan kewarasan saya yang hanya tinggal sedikit." Suara serak dan berat Ali berhasil membuat tubuh Prilly menegang kaku.
Kenapa suara laki-laki kaku ini terdengar begitu seksi dan panas di telinganya?
*****
Promo!! 3 pdf 110k. List ke wa 081321817808 hanya untuk 3 orang beruntung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
ChickLitNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..