Bab 27

1.7K 294 28
                                    


Ali tidak bisa berpikir jernih ketika mendengar teriakan kesakitan Mikhayla lalu isak tangis pilu gadis itu. Ia benar-benar khawatir terjadi hal buruk pada Mikhayla bahkan ia sampai melupakan keberadaan Prilly yang duduk tepat disampingnya.

Pria itu terlihat mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju salah satu cafe di mana Mikhayla berada.

Sedangkan ditempat lain Mikhayla terlihat puas saat mengetahui jika Ali sedang menuju ke tempatnya. Ia hanya ingin mengetes Ali ternyata pria itu masih seperduli itu padanya.

Sekarang ia hanya perlu berakting kesakitan supaya Ali semakin iba dan menaruh perhatian padanya. Setelah ia tahu jika hari ini pria itu telah melakukan fitting bersama calon istrinya.

Gadis kampung yang benar-benar membuat Mikhayla muak. Memangnya apa sih yang dilihat dari gadis itu? Sepertinya mata Tante Reina benar-benar sudah dibutakan dengan kepolosan gadis itu padahal jelas-jelas dia lebih baik kemana-mana.

Sejak awal memang sudah dirinya yang ditakdirkan untuk menjadi pendamping Ali bukan Prilly atau wanita manapun. Jadi jangan salahkan dirinya kalau dia kembali merebut Ali, toh sebenarnya yang perusak disini adalah Prilly bukan dia.

Mikhayla kembali tersenyum lebar saat melihat mobil yang ia yakini milik Ali dengan segera ia meringis sambil memegang kakinya seolah-olah dirinya benar-benar terjatuh.

Tak lama setelahnya mobil yang dikemudikan oleh Ali kini tepat berhenti didepan Mikhayla yang sedang 'merintih' menahan rasa sakit.

Ali segera keluar menghampiri Mikhayla. "Kamu kenapa? Kenapa bisa jadi gini ha?!" Mikhayla tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya tatkala Ali memarahinya tanda pria itu khawatir padanya.

"Nggak tahu tadi ada cowok minta nomor hape aku nggak aku kasih jadinya di dorong sampe gini." Mikhayla mulai mengarang cerita lainnya. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Ali apakah pria itu akan cemburu atau biasa saja.

Namun sayangnya Ali tak memberi respon seperti yang ia harapkannya pria itu tampak datar saja sambil memeriksa kakinya.

Mikhayla tentu saja kecewa namun ia berusaha tetap terlihat bahagia karena Ali sudah perduli padanya.

"Kamu bisa jalan sendiri?"

Mikhayla menggeleng manja. "Nggak bisa kaki aku sakit banget." Katanya sambil meringis kesakitan.

Ali terlihat menghela nafasnya sebelum mengambil ancang untuk menggendong Mikhayla. Ali tidak memperhatikan raut wajah Mikhayla yang terlihat kesenangan bahkan dengan tidak tahu dirinya ia memeluk erat leher Ali sebelum menyenderkan kepalanya di dada bidang pria itu.

Ali membawa Mikhayla ke mobilnya dengan hati-hati ia dudukkan Mikhayla di kursi penumpang sebelahnya. Setelah memastikan Mikhayla duduk nyaman ia segera berlari menuju pintu sebelahnya.

Ali mengemudikan mobilnya menuju sebuah klinik yang sontak membuat Mikhayla menggeleng resah. Bisa-bisa ia ketahuan berbohong jika Ali benar-benar membawanya ke klinik.

"Aku baik-baik aja kok Al cuma ngilu dikit. Gimana kalau kita ke apartemen kamu aja?" Tawar Mikhayla yang membuat Ali menoleh menatapnya bingung.

"Kamu keseleo yang harus kamu datangi itu klinik bukan apartemen aku." Kata Ali yang membuat raut wajah Mikhayla berubah. Pria ini sudah tidak seperti dulu lagi, jika dulu Ali tidak akan pernah mengatakan tidak jika ia sudah berkeinginan sesulit apapun tetap akan pria itu penuhi tapi sekarang tanpa pikir panjang Ali justru menolaknya.

Mikhayla baru akan mencerca Ali disaat matanya tanpa sengaja menangkap sebuah benda kecil yang biasa disebut dompet terletak disamping kanannya.

"Ini punya siapa?" Tanyanya sambil memperlihatkan dompet kecil ditangannya.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang