"Rei kamu kok diam aja sih? Nggak kangen sama aku?"Reihan menatap malas gadis cantik disampingnya. Sejak tadi ia terlihat lebih sibuk dengan ponselnya daripada meladeni gadis cerewet disampingnya ini.
"Gue lagi sibuk Emi--"
"Elijah! Nama aku Elijah bukan Emi!" Protes gadis bernama Elijah itu dengan wajah cemberut yang membuat Reihan semakin bosan saja.
Ck! Darimana sih temannya dapat cewek bawel seperti ini? Ingatkan Reihan untuk menendang bokong Bima nanti ketika mereka bertemu.
Reihan dan Bima adalah sekumpulan pria-pria playboy yang secara tidak sengaja menjadi dekat karena kerap kali berbagi pengalaman mereka dalam berpetualang bersama berbagai jenis perempuan sehingga akhirnya keduanya menjadi lebih dekat dan bersahabat baik sampai detik ini.
Reihan dan Bima juga sering 'mengoper' koleksi-koleksi perempuan kesayangan mereka namun hari ini Reihan justru merasa sial karena menerima 'operan' Bima yang cerewetnya ngalahin Neneknya.
Ah, Reihan jadi merindukan madam Oma kesayangannya.
"Reihan..." Elijah kembali merengek sambil menempelkan dadanya yang bulat pada lengan kekar Reihan. Gadis itu bermaksud menggoda Reihan namun alih-alih tergoda Reihan justru merasa jijik.
Dia memang playboy tapi dia bukanlah pria murahan yang memanfaatkan keadaan untuk menggrepe-grepe anak gadis orang meskipun mereka sendiri yang senantiasa menyodorkan diri untuk di grape-grepe oleh Reihan seperti yang Elijah lalukan tapi Reihan menolak keras perbuatan melecehkan itu.
"Duduk yang tenang Emi--Elijah sebelum gue tendang lo Antartika!" Ancam Reihan yang justru disambut gelak tawa oleh Elijah.
Dengan genitnya Elijah menjawil dagu Reihan yang sontak ditepis oleh pria itu. "Selain tampan ternyata kamu romantis juga ya? Aku suka.."
Ditendang ke Antartika romantis? Coba jelaskan bagian mana dari kalimat itu yang menyiratkan sebuah keromantisan?
Benar-benar gila gadis ini!
"Jauh-jauh lo dari gue!" Hardik Reihan yang sama sekali tidak diindahkan oleh Elijah. Gadis itu justru semakin menempelkan dirinya pada Reihan.
Reihan sudah kehabisan akal jika tahu gadis yang ia temui sejenis Elijah ini, Reihan akan memilih menemani Ibunya menjemput Prilly di rumah sakit.
Sial!
"Minggir lo!" Reihan menarik tangannya dari belitan Elijah sampai akhirnya matanya tanpa sengaja melihat sosok gadis yang familiar di matanya.
Reihan menyentak Elijah lalu beranjak meninggalkan gadis itu yang bersiap untuk mengejar prianya namun sayangnya Elijah justru disuguhi pemandangan yang menyakitkan hatinya.
Reihan pria pujaannya sedang mencium seorang gadis tepat di tengah restoran yang jelas menarik perhatian pengunjung yang lain.
"Cowok brengsek!" Maki Elijah sebelum mengambil tasnya lalu beranjak meninggalkan restoran dengan hati yang menjerit pedih.
Reihan jahat!
Sedangkan Reihan segera mendorong tubuh gadis yang ia jadikan tameng untuk melepaskan diri dari Elijah dan gadis yang ia cium itu adalah Mikhayla.
"Rei---"
"Gue nggak sengaja!" Potong Reihan lalu beranjak meninggalkan Mikhayla yang mematung ditengah-tengah restoran.
Hatinya berdenyut perih, Reihan benar-benar memperlakukan dirinya serendah ini. Reihan menciumnya tanpa permisi lalu pergi begitu saja bahkan pelacur sekalipun tidak semenyedihkan dirinya saat ini.
Tanpa sadar satu persatu air mata Mikhayla menetes, gadis itu sedang meratapi kesialan nasibnya mencintai pria bajingan seperti Reihan benar-benar ujian terberat dalam hidupnya.
***
"Silahkan masuk Mbak, maaf rumah kami jelek dan kotor begini." Rahma membuka lebar pintu rumahnya mempersilahkan Reina dan Ali masuk.
Rumah dengan bentuk minimalis itu terlihat begitu asri dengan tanaman kecil yang ada disebelah teras. Rumahnya tidak besar namun cukup nyaman.
"Duduk Mbak! Nak Ali." Ali mengangguk pelan sebelum mendaratkan bokongnya di atas sofa kecil yang ada di ruang tamu rumah Prilly.
Prilly sendiri memilih untuk duduk di lesehan sambil bersandar pada dinding, kepalanya terasa berat mungkin karena terlalu lama berada di dalam mobil. Mereka memang terjebak macet tadi bahkan waktu yang mereka habiskan disana lebih lama daripada jarak tempuh ke rumah Prilly.
"Rumah Mbak nyaman sekali." Puji Reina apa adanya. Reina tidak berbohong rumah Prilly memang nyaman sekali.
Rahma yang mendengar dari dapur tersenyum, ia tak langsung menjawab setelah menyiapkan minuman serta makanan ringan untuk Reina dan Ali, wanita itu kembali ke ruang tamu.
"Masak sih Mbak." Candanya yang dijawab anggukan kepala oleh Reina. "Mbak suka berkebun?" Tanya Reina yang dijawab anggukan kepala oleh Rahma.
"Lumayan Mbak. Saya juga suka koleksi bunga-bunga keladi. Mbak mau liat?" Reina langsung menganggukkan kepalanya dengan mata berbinar. "Ayok Mbak!"
Kini hanya tinggal Ali dan Prilly di dalam rumah sedangkan kedua Ibu cantik itu sudah keluar untuk melihat-lihat koleksi bunga yang ada di taman kecil milik Rahma.
Prilly terlihat memejamkan matanya, selain pusing ia juga merasa jengah berada di dalam ruangan hanya berdua dengan laki-laki yang selalu membuat jantungnya berdebar kencang.
"Kamu pusing?"
Perlahan Prilly membuka matanya yang langsung bertubrukan dengan mata elang milik Ali. Keduanya saling tatap, jika Prilly memang sejak awal sudah terpesona dengan pria ini tapi kenapa Ali juga terlihat begitu betah menatap mata hazel Prilly.
Ali baru menyadari jika gadis ini memiliki warna mata yang cantik juga tatapannya yang sendu namun penuh ketegasan seolah melambangkan kepribadian Prilly yang tegas dan mandiri. Mungkin, itu hanya tebakan Ali saja.
Keduanya masih saling tatap sampai akhirnya suara deringan ponsel Ali terdengar hingga keduanya serempak mengalihkan pandangan mereka.
Ali fokus ke ponselnya sedangkan Prilly memilih menatap keluar rumahnya.
Mikha calling...
"Halo Mikha?!" Prilly tidak bisa menahan kepalanya untuk tidak menoleh ketika suara Ali terdengar khawatir saat kembali menyebut nama gadis itu.
"Kamu kenapa Mikha? Kamu dimana sekarang? Cepat kasih tau aku kesana sekarang!" Tanpa pamit Ali segera beranjak dengan ponsel menempel di telinganya kanannya.
Prilly hanya bisa menatap kepergian Ali dengan helaan nafas panjang. "Gila masa iya gue jatuh cinta sama dia? Jelas-jelas dia tuh bucin akut sama cewek yang kemarin." Prilly melihat sendiri bagaimana tatapan memuja yang Ali layangkan setiap kali menatap Mikhayla ketika gadis itu datang dihari pertama ia dirawat.
Prilly juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana Ali memperlakukan Mikhayla layaknya seorang ratu dan jujur Prilly berharap suatu saat ia akan mendapatkan perlakuan serupa dari pria yang benar-benar mencintai dirinya.
Dan Prilly berdoa semoga pria itu bukanlah Ali. Kenapa? Karena Prilly tidak ingin makan hati karena kekasihnya lebih mementingkan gadis lain daripada dirinya.
Prilly yakin sampai kapanpun Ali tidak mungkin bisa lepas dari Mikhayla. Bayangkan saja bagaimana terlukanya dia jika Ali pergi tanpa pamit seperti sekarang ini karena dihubungi oleh Mikhayla.
Tak!
Prilly memukul kepalanya dengan cukup keras. "Ck! Ngapain menghayal sampai mendalami peran begini sih Pril! Belum tentu juga si Ali mau sama lo! Udah ah mending tidur aja daripada makin ngelantur disini." Akhirnya Prilly benar-benar beranjak menuju kamarnya.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Genç Kız EdebiyatıNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..