"Kamu beneran yakin bisa menyelesaikan masalah ini kan?"Bram yang sedang menyesap kopinya menoleh menatap Cecilia. "Kamu ngeraguin kemampuan aku?" Tanyanya pada wanita yang sedang bergelayut di lengannya itu.
"Bukan begitu Sayang hanya saja aku takut kalau kamu nggak berhasil bisa-bisa kamu yang habis ditangan mereka." Kata Cecilia dengan sorot mata terlihat khawatir.
Jelas ia khawatir, ia sudah kehilangan Gerald tentu ia tidak ingin kehilangan Bram lagi. Meskipun Bram tidak sekaya Gerald setidaknya pria ini bisa memberikan kepuasan di ranjang yang selama ini tidak pernah ia dapatkan dari Gerald.
Cecilia akan mengatakan alasan dibalik ia dan Bram berselingkuh setelah ia menikahi putra dari keluarganya Hutomo. Bram yang tidak memiliki pekerjaan yang mentereng jelas ditolak di keluarga besarnya yang rata-rata pengusaha sukses hingga akhirnya Cecilia dipaksa menikahi Gerald yang ternyata juga mengalami hal yang sama dengannya hanya saja Gerald sampai menikahi perempuan miskin bahkan sampai memiliki anak.
Dulu Cecilia pernah berusaha untuk melupakan Bram mantan kekasihnya namun saat mengetahui bahwa dirinya mengandung benih pria itu, rasa tertariknya pada Bram kembali muncul bahkan semakin menggila saat Gerald tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang Bram berikan selama ini. Menurut Cecilia permainan ranjang Bram sangat membosankan.
Dan semuanya semakin kacau saat Bram kembali menemuinya. Disanalah perselingkuhan itu terjalin, Cecilia bertahan dengan Gerald hanya karena kekayaan pria itu selebihnya Gerald sama sekali tidak ada artinya bagi dirinya.
"Aku akan baik-baik saja. Setelah masalah ini selesai kita akan segera pergi meninggalkan negara ini bersama Mikhayla, kita akan membangun keluarga bahagia di negara lain." Ujar Bram sambil mengusap lembut kepala Cecilia yang sudah bersandar di dadanya.
Semenjak memutuskan keluar dari rumah suaminya, Cecilia memutuskan untuk tinggal bersama Bram dan juga Mikhayla.
Meskipun pernikahan yang ia jalani tanpa cinta namun tetap saja hatinya sakit ketika suaminya lebih memikirkan mantan istrinya daripada dirinya dan semuanya semakin kacau setelah Gerald mengetahui semua rencananya dengan Bram.
Gerald memang membebaskan dirinya tapi Cecilia yakin pria itu tidak benar-benar membiarkan dirinya hidup tenang jadi satu-satunya cara supaya ia dan Bram bisa hidup tenang adalah dengan melenyapkan Gerald juga mantan istri dan anaknya selain ketenangan putrinya juga akan mewarisi seluruh kekayaan Gerald Hutomo.
Cemerlang sekali idenya Cecilia bukan?
"Bagaimana keadaan putri kita?" Tanya Bram sambil menatap sendu kearah pintu kamar yang tak jauh dari sofa yang mereka tempati.
Cecilia turut menoleh dan menatap sejenak pintu kamar putrinya. "Mikhayla baik-baik saja." Jawabnya singkat.
"Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika darah yang mengalir ditubuhnya adalah milikku bukan Gerald Hutomo." Ucap Bram dengan suara lirihnya.
Sebrengsek-brengseknya Bram hatinya tetap saja terluka saat putri kandungnya secara terang-terangan melayangkan tatapan kebencian padanya. Mikhayla benar-benar tidak menyukai kehadirannya, lihat saja sejak Bram tiba di apartemen putrinya itu lebih memilih mengurungkan dirinya di dalam kamar.
"Sudah jangan terlalu kamu pikirkan nanti Mikhayla juga akan nerima kamu sebagai Ayah kandungnya." Cecilia mengusap lembut dada Bram. "Yang penting sekarang kamu selesaikan dulu tugas kamu dan aku akan menyelesaikan bagian ku, nanti malam kita akan meninggalkan negara ini." Lanjut Cecilia yang disetujui oleh Bram.
"Aku akan berangkat sekarang. Kamu tunggu saja kabar kematian bocah itu tepat dihari pernikahan mereka." Bram memperlihatkan seringaian kejinya sebelum benar-benar berangkat ia terlebih dahulu menggagahi Cecilia di atas sofa.
Suara desahan mereka terdengar beradu memenuhi seantero ruangan dan tanpa mereka sadari seluruh percakapan juga percintaan mereka disaksikan langsung oleh Mikhayla.
Mikhayla tersenyum miris sebelum berbalik ia menurut rapat pintu kamar yang sengaja ia renggangkan guna menguping pembicaraan kedua orang tuanya.
"Ternyata sifat jalangku benar-benar turunan dari Mama." Desahnya dengan senyuman penuh kemirisan.
***
Prilly tidak menyangka jika akhir dari pesta pernikahannya adalah pertumpahan darah.
Pesta yang ia pikir akan menjadi sejarah paling membahagiakan bagi dirinya dan Ali ternyata harus berakhir dengan pekikan kesakitan dari seorang Mikhayla.
"Apa yang kamu lakukan Mikhayla?!" Teriakan Ali terdengar memecahkan keheningan setelah suara dentuman pistol tadi.
"Kamu baik-baik aja kan Al?" Tanya Mikhayla dengan suara lemahnya.
Ali memangku kepala Mikhayla. "Jangan banyak bicara darah kamu semakin keluar!" Katanya khawatir.
Prilly ikut berjongkok di sebelah Mikhayla yang terbaring dengan dada yang terus mengucurkan darah.
"Mikhayla! Maafin Papa Nak!" Teriakan Bram terdengar sebelum pria itu menghampiri putrinya ia sudah terlebih dahulu diringkus oleh pihak kepolisian.
Alex datang bersama polisi meskipun kedatangannya terhitung terlambat karena Bram sudah terlebih dahulu melepaskan tembakannya. Niat pria itu ingin membunuh Ali dan Prilly namun sayangnya peluru miliknya justru menembus dada sang putri.
"Panggi ambulans cepat!" Pekik Ali yang segera dilaksanakan oleh Alex.
Reihan dan yang lain kini ikut mengerubungi Mikhayla yang mulai kesusahan berbicara bahkan untuk bernafas saja wanita itu terlihat kesulitan.
Suara teriakan dan raungan Bram masih terdengar meskipun tubuhnya sudah ditarik paksa menjauh dari area kejadian.
"Aku senang di akhir hayat aku bisa merasakan kembali hangatnya pelukan kamu Al." Ujar Mikhayla dengan senyuman tipisnya.
"Uhuk!"
Prilly merobek gaun yang ia kenakan untuk menyeka darah yang baru saja dimuntahkan oleh Mikhayla.
Mikhayla menoleh menatap kearah Prilly yang sedang menyeka darah di mulutnya. "Prilly maaf--"
"Jangan banyak bicara Mikhayla kamu harus bertahan sebentar lagi ambulans akan datang." Potong Prilly dengan wajah yang mulai bersimbah air mata.
Meskipun ia dan Mikhayla tidak memiliki hubungan darah tapi disaat seperti ini Prilly tetap merasakan kesedihan juga takut kehilangan. Mikhayla wanita baik hanya saja lingkungan kehidupan wanita itu yang kurang baik sehingga membentuk pribadinya yang seperti ini.
Mikhayla meraih tangan Prilly lalu ia satukan dengan tangan Ali. "Aku sadar kesalahanku sangat banyak apalagi sama kamu Prilly tolong maafkan aku dan aku berdoa semoga kalian bahagia sampai tua. Setelah ini tidak akan ada lagi Mikhayla yang akan menganggu kalian." Senyum sedih Mikhayla membuat dada Prilly semakin sesak.
"Ajalku sudah dekat." Lanjutnya lagi.
Mata Mikhayla nyaris terpejam sampai suara berat Gerald terdengar membuat mata itu kembali terbuka meskipun terlihat sangat terpaksa.
"Bertahan Nak! Papa di sini!" Ujar Gerald yang mengambil tempat disamping Prilly.
"Terima kasih sudah menjadi Papa yang baik untuk Mikha selama ini. Dan sekarang Papa bisa bahagia bersama putri kandung Papa." Mikhayla tersenyum lemah. "Mikha pamit Pa!" Dan Mikhayla benar-benar pergi untuk selamanya dalam dekapan Ali, pria yang sangat ia cintai.
*****
Up terakhir untuk cerita ini ya sayang...
Khusus untuk hari ini dan besok bakalan ada promo spesial idul Adha.. Untuk pdf sabar yaa pengetikan jalan terus meskipun kondisi aku masih belum benar-benar fit.
Pdfnya bakalan tetap dikirim Sayang..
Yang mau promo pdf silahkan chat ke wa 081321817808
Dimulai dari harga 50k untuk 2 pdf slot terbatas yaa..

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Literatura KobiecaNext story setelah Manisnya Luka End. Insyaallah cerita ini nggak kalah menarik kok jangan lupa baca lalu vote dan komennya yaa..