9. Support System

1.8K 178 68
                                    

"Buat mama aku ini sebenarnya siapa, ma?."

Wanita didepannya itu menatap Agara dengan raut wajah yang penuh artian. Terkejut, sedih, dan menyesal itu yang dapat pemuda itu lihat saat matanya menelusuk dalam pada kedua mata ibu-nya.

Apa sekarang wanita didepannya ini mengerti betapa terpuruk ia selama ini karena merindukan—

"Agara, kamu denger mama gak sih?."

Sedetik setelah suara itu masuk ketelinganya. Agara langsung tersadar, menyadari bahwa apa yang ia lihat adalah sebuah khayalan serta harapannya semata. Dirinya tidak akan pernah bisa mengatakan hal itu kepada ibu-nya, setengah matipun ia berusaha maka dirinya tidak akan pernah bisa.

"Kalau emang Anya hamil yaudah nikahin aja, mama yakin kok fans kalian akan support, beritanya juga pasti bakalan tenggelam gitu aja." Clara berbicara lagi.

"Aku gak ngehamilin dia ma, apa yang aku jelasin di press confrence kemarin adalah kebenarannya."

"Terus maksud klarifikasi manager nya apa?, gak mungkin kan mereka bohong."

Agara menghela napas pelan. "Kenapa gak mungkin?, kenapa mama lebih percaya aku yang bohong dari pada mereka?."

"Ini maksudnya kamu lagi ngebantah mama?."

"Aku ngebantah untuk membela diri, menjelaskan ke mama kalau aku gak bersalah, dan aku sama sekali gak punya kewajiban untuk bertanggung jawab tentang hal yang gak aku perbuat."

Wanita itu mendelik. "Kamu udah berani melawan mama?."

"Gak." Agara menggeleng. "Absolutely not, sejak kapan aku pernah melawan mama?, selama ini aku selalu mengiyakan apa yang mama bilang, bahkan aku gak pernah mengoreksi apapun perkataan mama tentang aku, aku selalu-"

"Ck, cukup. Mama lagi gak mau beradu argumen dengan siapa-siapa, sekarang, terserah kamu mau melakukan apa, mama sama sekali gak peduli." ucap Clara, mengangkat tangan kanannya. "Yang paling penting adalah segera selesaikan masalah kamu sama Anya, jangan sampai karir kamu benaran hancur karena masalah ini, memangnya kamu mau hidup melarat?, gak kan. Kamu harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa adanya dampak buruk untuk karir kamu."

Wanita itu sudah akan berbalik pergi sebelum menghentikan langkahnya dan kembali menatap kearah anak laki-laki yang bediri dibelakangnya.

"Satu lagi, mama gak tau kamu ketemu sama perempuan itu dimana dan kenapa bisa kamu menjalin hubungan sama dia." lontarnya, matanya mengarah pada pintu yang sedikit terbuka. "Tapi satu hal yang harus kamu ingat, jangan terlalu percaya dan jangan mau dibodohi."

"Kenapa mama ngomong gitu?."

"Kamu nanya kenapa?, di konferensi pers kemarin kamu kelihatan sudah cinta mati banget sama dia, kalau orang udah terlalu cinta dia akan lupa segala hal, bahkan harga dirinya sendiri, dia gak akan sadar kalaupun sedang dibodohi." Clara mendengus remeh. "Dan mama lihat perempuan yang kamu sebut pacar itu berpotensi untuk membuat kamu seperti lelaki bodoh yang akan berlutut dibawah kakinya, dia cantik dan muda, dia bisa menjual itu untuk menaklukan kamu kan?, jaman sekarang perempuan mana yang gak tergila-gila kalau ketemu laki-laki mapan yang bisa memenuhi segala kebutuhannya, sekali dapat ya gimanapun caranya pasti gak akan dilepas."

Sekali lagi Agara dibuat terkejut akan apa yang ibu-nya katakan. Selalu ringan dalam mengatakan apapun, tidak pernah berpikir untuk menyaring kalimat agar tidak menyakit orang-orang yang mendengarnya.

"Mama belum kenal dia, mama gak bisa memberikan penilaian padahal mama sendiri belum tau dia seperti apa."

"Mama gak perlu kenal lebih dulu untuk tau dia perempuan seperti apa."

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang