8. Distrust

1.8K 168 77
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang saat Agara membuka matanya. Cahaya dari jendela yang memang tidak ditutup sejak kemarin seketika membuat silau, ditambah dengan angin menerpa tubuhnya yang tidak ditutupi oleh kain. Laki-laki itu memilih untuk menanggalkan pakaian dan hanya menyisakan celana panjang untuk dibawa tidur semalam.

Agara yang merasa kepalanya masih pusing bangun dengan pelan, tangannya terjulur mengambil segelas air yang ada diatas nakas samping tempat tidur dan menghabiskan isinya. Setelah itu ia menaruh lagi gelas tersebut dan meraih ponsel yang tergeletak disebelah gelas yang sudah kosong. Ibu jarinya menekan tombol yang ada disisi benda itu, layarnya menyala dan mata laki-laki itu menjadi sedikit melebar saat melihat ada notif pesan yang belum sempat ia baca, terlebih saat mengetahui siapa orang yang mengiriminya pesan tujuh belas jam yang lalu.

Jarinya bergerak memasukkan passcode dan langsung menuju aplikasi messages, kemudian menekan kolom bulat yang dibawahnya menampilkan nama kontak, Agara menekan ikon telpon bersamaan dengan suara ketokan pintu yang terdengar dan beberapa detik kemu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarinya bergerak memasukkan passcode dan langsung menuju aplikasi messages, kemudian menekan kolom bulat yang dibawahnya menampilkan nama kontak, Agara menekan ikon telpon bersamaan dengan suara ketokan pintu yang terdengar dan beberapa detik kemudian tanpa menunggu persetujuannya pintu itu langsung dibuka.

Caleb masuk begitu saja kedalam kamar.

"Ga, ada yang nyari nih."

Agara sudah akan membuka mulut untuk bertanyaa saat suara ponsel dan gadis yang berdiri dibelakang Caleb tertangkap oleh telinga dan matanya. Gadis yang sedang ia hubungi itu ada dihadapannya sekarang, menatap layar ponsel yang berbunyi kemudian beralih melihat kearah dirinya yang masih duduk diatas tempat tidur dalam keadaan bertelanjang dada.

"Yaelah, orangnya udah disini masih pake telpon-telponan segala."

Suara dari Caleb seketika menyadarkan keduanya, Gianna langsung menolak panggilan tersebut dan memasukkan ponselnya kedalam tas, sementara Agara langsung menurunkan ponselnya dari telinga.

"Noh Gi, baru bangun dia, marahin deh pacarnya, semalam doi mabuk parah sampe bajunya kotor kena muntah."

"Berisik lo Le, keluar sana."

Caleb terkekeh menggoda. "Yaudah deh, gue cabut dulu ya, nyokap udah nelpon nih nyuruh pulang karena minta dianterin ke salon. Dadahh!."

Laki-laki itu langsung berbalik pergi, meninggalkan kedua orang yang masih berada di posisinya masing-masing.

"Kamu mau berdiri disana sampai kapan?."

"Apa?."

Agara tersenyum, kemudian bangun dari tempat tidur. "Masuk Gi, sini duduk."

Cukup lama Gianna diam dan menimbang-nimbang untuk melangkahkan kaki memasuki ruangan itu sebelum pada akhirnya kakinya maju menginjak lantai yang berbahan dasar kayu solid bewarna classic walnut tersebut. Gadis itu diam-diam melihat sekeliling, cukup takjub karena baru pertama kali melihat kamar tidur senyaman ini. Dinding diruangan ini berwarna abu-abu dengan diisi barang-barang yang dominan coklat. Ruangan itu terang walaupun tidak ada satu lampu pun yang menyala, satu-satunya penerangan berasal dari jendela besar yang ada di salah satu sisi ruangan.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang