23. Jealous

2.1K 157 76
                                    

Mungkin bagi Agara hari ini adalah hari yang tidak pernah ia duga akan terjadi. Baru kemarin rasanya dunia disekitarnya terasa runtuh saat mengetahui bahwa orang yang dirinya inginkan nampak begitu sulit untuk di jangkau. Baru kemarin rasanya ia memutuskan untuk mundur bahkan sebelum ia sempat melangkah maju, baru kemarin rasanya ia memilih untuk terpaksa melupakan perasaannya sendiri. Namun hari ini, secara jelas apa yang ia mau itu berada disini, di hadapannya. Membuka kembali harapan yang tadinya mulai hilang, menambah kembali rasa yang ada semakin menjadi besar.

Hembusan angin dengan suasana cerah ditambah pemandangan dari rooftop ini seolah ikut mendukung kebahagiaan yang Agara rasakan. Berada disini bersama perempuan yang ia mau, berdiri disampingnya, dengan perasaan yang sudah ia curahkan. Sejak tadi, Agara tidak bisa begitu saja berhenti tersenyum, bukan main merasa senang.

Gianna, perempuan itu tau tentang perasaannya dan memberinya kesempatan untuk memperjuangkan itu.

"Kamu tuh jarang quality time disini ya?"

Agara menoleh, melihat kearah Gianna yang baru saja bersuara. Perempuan itu sedang melihat pemandangan di depannya, rambutnya yang tergerai seolah seperti menari karena hembusan angin, dan di mata Agara pemandangan itu justru malah kalah dari pemandangan dihadapan mereka saat ini.

Matanya terus menatap lurus, memandangi wajah perempuan disebelahnya dan samar-samar tersenyum kecil, sorot matanya penuh kekaguman. Dimata Agara, Gianna seperti sebuah karya luar biasa dari sang pencipta.

"God, she's so beautiful." gumam Agara.

Mendengar ada suara yang masuk ke telingnya, Gianna ikut menoleh, melihat kearah laki-laki yang baru saja bersuara. Agara tengah menatap kearahnya lekat.

Gianna refleks menjadi salah tingkah, pasalnya Agara nampak terus menatap kearahnya, seolah tengah menilai keseluruhan wajahnya. Perempuan itu kemudian berdeham, berusaha mengembalikan suasana, usahanya itu ternyata berhasil saat Agara tiba-tiba mengerjap, seperti tersadar dari sesuatu.

"Ka—kamu tadi ngomong apa?" tanya laki-laki itu, berusaha menghilangkan rasa canggungnya.

"Hah, apa?"

"Itu tadi, kamu nanyain apa ke saya?"

"Gak, itu—apa," Gianna berdeham lagi, "Kamu tuh jarang quality time disini ya? saya baru tau kalau ada tempat dengan view sebagus ini dirumah kamu."

"Oh—itu, iya, karena lebih sering di studio sih, hampir jarang banget disini."

Gianna mengangguk pelan. Perempuan itu kembali dengan pemandangan didepannya, tidak benar-benar fokus kesana sebenarnya. Pikirannya malah memikirkan hal lain, entah kenapa suasana antara dirinya dan Agara jadi terasa awkward, terlebih saat beberapa menit yang lalu mereka baru saja terlibat dalam obrolan yang serius sehingga berakhir dengan Agara yang mengungkapkan perasaan kepadanya. Ia bingung harus bagaimana, sementara jantungnya masih terus berdebar sejak tadi.

"Gia," suara Agara terdengar.

Reflek perempuan yang dipanggil itu menoleh. "Iya?"

Ditempatnya Agara nampak sedang berpikir, antara salah tingkah dan juga bingung. Seperti ingin mengatakan sesuatu namun tidak tau bagaimana cara menyampaikannya.

"Kenapa?" Gianna kembali bertanya.

"Umm—," Agara memijat bagian belakang lehernya, seperti menimbang-nimbang sebelum akhirnya perlahan membuka mulut. "Kalau mulai sekarang kita ngobrolnya itu biasa aja, kamu keberatan gak?"

"Biasa aja? maksudnya?"

"Ya maksudnya— kita ngobrol biasa aja, gimana ya ngomongnya?" Agara nampak bingung sendiri. "Itu loh, kita jangan pake panggilan saya-kamu lagi, ya yang biasa aja, kayak gimana saya ke Ale, gimana kamu ke teman-teman kamu."

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang