20. The Trapped

1.7K 153 70
                                    

Note : saran baca part yang ini sambil denger media musik yang sudah aku sisipin hehe

——————

"Kamu sendiri gimana, pernah disakitin?"

Sedetik setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Agara. Ditempatnya, Gianna terpaku. Secepat datangnya kilat, bayangan tentang seseorang yang beberapa waktu lalu hadir sekarang kembali memenuhi isi kepalanya. Senyum dibibirnya, sorot matanya saat sedang menatap, aroma khas tubuhnya saat berada didalam dekapannya, suara lembutnya saat memanggil. Semuanya, hampir semua hal yang pernah dirinya lalui degan laki-laki itu beputar seperti sebuah film, iya seperti potongan-potongan sebuah film lengkap dengan ending seorang perempuan sedang menangis didepan sebuah rumah yang sudah tidak berpenghuni.

Gianna menelan ludah sebelum perlahan menoleh pada Agara yang masih diam ditempatnya, sorot matanya memperjalas bahwa laki-laki itu tengah menunggu jawaban.

"Pernah," jawabnya, terdengar seperti tercekat saat mengatakan hal itu.

"Kenapa?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Gianna untuk yang keberapa kali menelan ludah lagi, matanya menatap lurus pada Agara yang sekarang juga menatap kearahnya lekat.

Tidak ada yang tau tentang 'masalah itu' kecuali saudara sepupunya, Dela dan juga Bian. Bahkan, sampai saat ini pun ia tidak pernah sama sekali menceritakan tentang apa yang sudah terjadi terhadapnya kepada kedua sahabatnya. Suasana yang sedang terjadi, sorot mata Agara saat bertanya, entah bagaimana mampu membuat dirinya menjawab dengan jujur pertanyaan dari laki-laki itu.

Sekarang, apakah ia akan benar-benar memberitahu semuanya kepada Agara?

"Gia..."

"Saya gak tau." jawab Gianna pelan, wajahnya berubah sendu. "Apa dia sadar kalau tindakannya itu nyakitin saya atau gak, tapi—"

Gianna menghentikan perkataannya. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak, matanya terasa panas, yakin sebentar lagi ia akan menangis. Kepalanya tanpa sadar menggeleng. Jangan, jangan disini.

Melihat perubahan yang terjadi pada perempuan didepannya serta merta membuat Agara yang tadinya sempat terpaku selama beberapa detik akhirnya berjalan medekat, ia tidak tau kenapa, tapi nampaknya ada sesuatu yang tidak beres disini.

"Gi, ada ap—"

"Kak Agaaa!"

Agara menemukan dirinya berdecak didalam hati, merasa sedikit kesal karena suara itu muncul pada waktu yang tidak tepat. Laki-laki itu melihat kearah Gianna didepannya yang sekarang seperti terlihat berusaha menormalkan suasana kembali, dan hal itu semakin membuat Agara yakin jika memang terjadi sesuatu pada perempuan itu sebelumnya.

"Kak?" Aquila melongokan kepalanya dari balik pintu, melihat dua orang didalam ruangan itu secara bergantian.

"Manggil nya kenapa mesti teriak dulu sih, dek?"

"Hehe." gadis yang ditanya itu tertawa kecil. "Sorry, kirain udah gak di studio."

"Kenapa emangnya?" tanya Agara lagi.

"Ayo makan, katanya mau nyusul."

"Kan tadi kakak udah bilang, kamu makan duluan aja."

"Gak mau." Aquila sekarang masuk, berjalan mendekati dua orang yang masih tidak beranjak dari tempatnya. "Masa makan sendirian sih? lagian kak Aga sama kak Gianna juga belum makan kan? yaudah ayo makan bareng aja."

"Kamu makan duluan aja ya, kak Aga masih mau ngomong dulu sama—"

"Yaudah ayo, kak Gia temenin."

Agara spontan menoleh pada Gianna yang baru saja bersuara, ingin melihat secara detail bagaimana ekspresi diwajahnya. Perempuan itu sekarang sedang tersenyum, raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kesenduan seperti apa yang ia lihat beberapa menit yang lalu.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang