26. More Facts

1.4K 138 87
                                    

Dela tidak tau entah keputusannya untuk datang sepagi ini bisa dibilang tindakan yang sopan, sekalipun tempat yang ingin dituju adalah rumah keluarga dekatnya sendiri. Sudah tiga hari berlalu sejak kepalanya mulai diisi penuh dengan pilihan 'beri tahu atau tidak' keputusan 'baik atau buruk' yang bahkan rasanya benar-benar menghantui dirinya. Maka setelah berpikir panjang ia putuskan hari ini untuk menemui sepupunya, memberitahu apa yang membebani dirinya selama beberapa hari ini. Keputusan untuk bertemu sepagi ini bukan tanpa alasan karena mengingat dua jam lagi ia harus masuk kuliah untuk kelas pertama hingga nanti sore untuk kelas terakhir.

Maka mau tidak mau, Dela hanya punya kesempatan di pagi ini untuk menemui Gianna.

Perempuan itu baru saja akan menjalankan mobilnya saat melihat pagar besi tempa mewah didepannya terbuka, namun ia kembali harus bersabar sesaat setelah melihat ternyata ada mobil lain yang keluar dari dalam, melewati pagar tersebut kemudian berjalan pergi.

"Kayak bukan mobilnya om Abhi, siapa yang datang nemuin om Abhi sepagi ini?" gadis itu berbicara pada diri sendiri sebelum kembali menginjak pedal gas dan memasuki pekarangan kediaman kakak tertua keluarga Nolan tersebut.

"Terima kasih ya mba— eh Dela?"

Nadin sedekit berseru setelah matanya tak sengaja beralih dari menu yang baru saja disajikan diatas piringnya kepada perempuan yang berjalan kearah ruang makan. Suara wanita itu berhasil mengalihkan perhatian Abhimana dan Arla yang juga ikut mengelilingi meja bundar tersebut.

"Pagi, om, tante, sorry kalau Dela ganggu pagi-pagi gini." Dela berjalan menyalami satu persatu orang dewasa yang ada disana.

"Oh gak dong, gak ganggu kok Del, ayo ikut sarapan."

"Makasih tante, kebetulan tadi sebelum kesini Dela udah sarapan."

"Kenapa Del? ada titipan or something dari papa kamu yang buat kamu harus mampir kesini?" tanya Abhimana sembari memotong omelet yang tersaji dipiringnya.

Dela menggeleng. "Gak ada om, Dela kesini mau ketemu sama Gia, dia masih dikamar ya?"

"Loh, memangnya tadi didepan kamu gak ketemu?" Nadin bersuara. "Gianna nya baru aja pergi."

"Pergi?" Dela berpikir, mengingat sesuatu. "Oh, jadi tadi itu mobil—"

"Iya, itu mobil manajer nya Agara, dia kesini untuk jemput Gia."

"Oh gitu... emangnya Gianna mau kemana?"

"Mau pergi ke Bali sama Agara." giliran Arla yang menjawab, nada suaranya terdengar semangat.

"Lebih tepatnya nemenin Agara selama tour lima belas kotanya." Nadin menimpali. "Semalam Agara dateng minta ijin mau ajak Gianna pergi ikut dia tour, ya karena Gia nya juga gak ada kerjaan kan, daripada di sini juga gak ngapa-ngapain mending ikut nemenin."

"Yaaa, bisa dibilang nemenin pacar kerja sekaligus refreshing juga sebelum nanti dibuat pusing ngurusin persiapan engagement." Arla berbicara lagi, sebelum kemudian tersipu-sipu.

Mendengar penjelasan dari tantenya, kening Dela mengkerut, "Engagement? emangnya siapa yang mau tunangan, Tan?

"Lah, ya adik kamu itu." jawab Arla lagi sembari menikmati sandwich buah ditangannya.

"Gianna mau tunangan? sama—siapa?" Dela terbata-bata, nampak terkejut. "Agara?"

Arla mengangguk.

"Iya Del, om belum sempat cerita ke Papa kamu tentang berita ini, tapi ya— secepatnya mungkin om akan kerumah kamu lagi untuk bilang ke Papa dan Mama kamu." ujar Abhimana. "Agara sama Gianna direncanain akan tunangan setelah Agara selesai dengan tour lima belas kotanya itu, nanti setelah mereka sudah kembali ke Jakarta lagi, kita akan adakan pertemuan keluarga besar, ya mungkin Agara juga akan kita ajak ke Bandung untuk ketemu sama Nainai."

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang