"Sumpah ya... gak ada yang bisa ngalahin enaknya seblak mang Asep, emang the best banget ini seblak dari dulu, kalau ke Bandung gak mampir buat makan seblak ini gak lengkap banget rasanya."
Gadis berambut sepunggung itu terus mengoceh, mengatakan hal yang sama tentang 'betapa enaknya' makanan yang beberapa menit lalu dibawanya masuk kedalam mobil. Tak peduli seberapa terlihat tidak nyamannya menikmati makanan berkuah itu hanya menggunakan styrofoam sebagai wadah. Yang jelas, ia menikmatinya.
"Lo yakin gak mau nih Gi?" Lula kembali bersuara, menoleh kearah perempuan yang justru malah menampilkan wajah masem sedari tadi.
"Iya mbak Gia, ini enak banget loh."
Gianna yang ditanya itu berdecak. "Daripada kamu pamerin betapa enaknya makanan itu, mending sekarang kamu nyalain mobil terus kita lanjut jalan ke venue."
"Lo kira Danca punya kekuatan super seribu tangan apa? gimana cara nya nyetir kalo masih makan begitu."
"Ya makanya kalian berdua udah dong makannya." Gianna tiba-tiba merengek pelan. "Harusnya kita udah nyampe ke venue dari tadi, lo nih ribet deh pake segala mampir beli jajanan, cireng lah, cilok, sekarang seblak. Ntar kan juga bisa kalau mau jajan."
"Ya gak bisa lah, konser nya Agara tuh pasti selesainya malem banget, sedangkan seblaknya mang Asep udah habis kalo malem."
"Penting banget sampe tau jadwal tutupnya si mang seblak itu."
"Ya pentinglah, dia kan tempat langganan gue kalau ke Bandung, tempat langganan semua pencinta seblak kayaknya."
"Tapi gak harus—"
Drttt...Drttt...
Suara ponsel tersebut sontak mengalihkan perhatian Gianna, tangan perempuan itu bergerak merogoh isi tas kecil yang ia bawa sebelum kemudian menempatkan benda tersebut didepan wajahnya, menerima panggilan video dari laki-laki yang sudah berpisah dengannya sejak dua jam yang lalu.
"Kalian dimana?" suara berat Agara terdengar dari seberang telpon, wajahnya muncul memenuhi layar.
"Masih di jalan, Ga." jawab Gianna. "Nih nemenin bocah SD, bentar lagi semua jajanan se-Bandung raya ini bakal di beli sama dia."
"Dih, gak gitu juga." Lula merespon tak terima sekilas sebelum kembali menyantap makanan didepannya.
"Itu mobilnya gak jalan ya?"
"Gak...." Gianna sudah merengek, menampilkan wajah kesal. "Bete banget aku, si Danca udah kehasut sama godaan nya Lula, jadi ikut makan juga, udah aku bilang makanan nya bisa dibawa ke tempat acara aja, terus makan disana, sama Lula nya dibilang gak enak kalo udah dingin, jadinya mereka masih makan nih disini, menikmati banget lagi makannya, semobil jadi bau kencur ini."
Agara yang masih berada ditempat hanya diam, fokus melihat perempuan yang sedang sibuk mengoceh. Sesekali sudut bibirnya terangkat, merasa sedikit lucu melihat ekspresi pacarnya yang sedang mengomel.
"Kamu sih, harusnya tadi bolehin aku pergi bareng kamu."
"Alasan, bilang aja mau berduaan lama-lama." suara Lula terdengar menimpali.
"Ya kalau iya kenapa, masalah buat anda?"
"Males banget Gia bucin."
"Yaudah sih, tutup mata, tutup telinga aja kalau emang saudari Lula merasa terganggu, okey?"
"Nyenyenyenye..."
"Ih... Ga, lihat deh, nyebelin banget kan?"
Agara terkekeh, mendengar kedua sahabat yang tiba-tiba jadi saling lempar kata tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
RomanceGianna Edrea Nolan, seorang gadis yang bisa dibilang biasa-biasa saja, tidak terlalu tertarik mengikuti trend, tidak peduli dengan berita dunia maya atau sejenis nya walaupun ia adalah putri tunggal dari pemilik salah satu stasiun televisi terbesar...