36. Many Sides of Regret

1.3K 103 89
                                    

"Are you okay?"

Sejak mobil yang dikendarai oleh Agara berhenti didepan rumah bergaya minimalis dengan mesin yang masih menyala, pertanyaan barusan adalah kalimat pertama yang terucap dari mulut Gianna terlebih selama beberapa menit menahan diri untuk tidak mengatakan apa-apa sesaat setelah melihat laki-laki di samping nya justru malah diam dan melamun.

"Oke kok, gak apa-apa." jawab yang ditanya dengan gumaman sambil melepas seat belt yang sebelumnya ia gunakan.

Walaupun menjawab demikan, Gianna tau ada kegelisahan yang menyelimuti Agara, dan hal tersebut terlalu mudah untuk dibaca.

Agara menghela napas pelan, matanya beralih menatap kearah rumah yang pagarnya masih tertutup.

Laki-laki itu terlihat resah dan sikapnya itu terlalu kelihatan.

"Ga," panggil Gianna dengan pelan. Posisi tubuhnya berubah, menghadap kearah kekasihnya itu, bersandar pada kursi dengan bahunya.

"Kamu tau gak Gi?" Agara kembali bersuara.

"Hmm, apa?"

"Semenjak Mama pulang ke Indonesia lagi, aku cuma pernah datang ke rumah ini dua kali, pertama disaat aku datang untuk lihat-lihat sebelum setuju untuk beli rumah ini, dan yang kedua waktu aku nganterin Mama sama Aquila dari airport kesini." ujar Agara. "Setelah itu aku gak pernah lagi dateng ke rumah ini."

Gianna terdiam, ia tau betul apa alasan yang membuat Agara tidak berkunjung kerumah ibu kandungnya itu dalam waktu yang lama, tapi— Gianna tidak menyangka bahwa hubungan antara Agara dan Clara sebelum ini memang sejauh itu.

"Kila selalu minta aku untuk bisa main ke sini, tapi aku selalu jadiin jadwal aku yang padat sebagai alasan untuk gak bisa menyanggupi permintaan Kila." Agara berbicara lagi. "Aku gak tau kenapa, tapi setiap aku punya keinginan mencoba untuk datang ke rumah Mama, aku sama sekali gak punya keberanian untuk itu, aku takut Mama marah, aku takut gak dibolehin masuk, aku takut kehadiran aku gak diterima disini. Kamu tau sendiri kan omongan nyelekit Mama yang bisa bikin kamu ngerasa bersalah walaupun sebenarnya kamu gak salah apa-apa."

Agara menelan ludah dalam.

"Walaupun sekarang dari cerita kamu aku tau kalau Mama punya alasan untuk bersikap kayak gitu, tapi tetap aja aku masih ngerasain hal yang sama kayak sebelumya, aku masih takut—"

"Sayang, tujuan aku bawa kamu untuk ketemu sama tante Clara hari ini supaya kamu bisa lihat sendiri dan denger sendiri apa yang masih membuat kamu bingung dengan sikap dari Mama kamu." Gianna tersenyum. "Kalian harus bicara, dari hati ke hati supaya gak ada yang ditutupi dan terasa mengganjal lagi."

"Ya tapi nanti aku didalam harus gimana?"

"Sampein apa yang mau kau sampein, tanya apa yang selama ini pengen kamu tau." jawab Gianna, tangannya  menyentuh pundak Agara, seolah ia bisa menyalurkan kekuatan yang dirinya punya untuk laki-laki itu. "Everything will gonna be okay, itu yang selalu kita percaya kan?"

Agara menelan ludah sekali lagi. Ketika menemukan dua manik mata Gianna yang menatapnya dengan ketenangan, ia bisa langsung menemukan keberanian untuk melakukan apapun yang sebelumnya membuat dirinya ragu.

"Ayo," Gianna menepuk pundak Agara lagi sebelum tangannya terulur mengambil bingkisan di kursi belakang dan berbalik untuk membuka pintu.

Laki-laki dengan hoodie putih yang melekat ditubuhnya itu masih duduk, memperhatikan Gianna keluar dari mobilnya sampai perempuan itu menekan bel dan pagar dibuka oleh security yang berjaga. Agara merunduk sekilas, menghela napas pelan sebelum kembali mengemudikan mobil miliknya memasuki pekarangan rumah.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang