34.Tak sanggup

3.3K 800 116
                                    

Ternyata ucapan Theo benar, Syam tidak bisa membawa Mama-nya pulang. Kemarin Syam sudah berusaha untuk membawa Danita pulang, tapi pihak rumah sakit melarangnya.

'Gue harus apa? Gue nggak bisa bawa Mama pulang.' Syam mengusap pelan wajahnya.

"Mojok ae di kantin, tumben nggak sama doi pak wakil?" Chiko duduk di samping Syam.

Altair, Jey, dan Evin juga ikut duduk dan bergabung.

"Lo ada masalah?" Entah kenapa Altair merasa ada yang tidak beres dengan Syam.

Syam menatap Altair. "Nggak ada."

"Serius?" Altair masih tidak yakin.

"Iya, gimana kabar Ajwa? Jagain, dia lagi ngandung anak lo. Bentar lagi lo bakal jadi ayah dari dua anak." Syam terkekeh pelan.

Altair tersenyum tipis. "Iya."

"Si Al udah jadi bapak aja," celetuk Jey.

"Soal lepas jabatan, acaranya nanti sore. Bilangin ke semua anggota Jevins kalau mereka wajib dateng," ujar Altair.

Chiko mengeluarkan ponsel-nya dan mengirimkan pesan lewat grup whatsapp. Evin masih duduk diam sambil memakan oreo nya, cowok itu sibuk dengan dunianya sendiri seakan-akan oreo adalah segalanya.

"Makan oreo terus!" Jey merampas oreo milik Evin.

Kedua mata Evin melebar. "Heh! Balikin pujaan hati gue."

"Sadar Vin sadar, jangan oreo mulu. Lo nggak bosen tiap hari oreo mulu." Chiko benar-benar tak habis pikir.

"Ya nggak lah, masa bosen sama pujaan hati, aneh lo!" semprot Evin.

"Lo yang aneh, oreo kok di jadiin pujaan hati!" balas Chiko sewot.

"Biarin aja Chik, biar gue musnahin oreo nya si Evin," ucap Jey membuat Evin melotot.

"Udah Jey udah, anak orang nangis entar." Altair merampas oreo dari tangan Jey dan memberikannya pada Evin.

"Pujaan hati gue nih." Evin langsung memeluk erat oreo nya.

Syam menggeleng pelan dan tersenyum tipis, untuk sesaat ia lupa dengan masalahnya. Sebentar lagi Syam akan melepas jabatannya sebagai wakil Jevins.

Itu artinya Syam bisa fokus bekerja dan mencari uang untuk biaya kuliahnya. Syam juga lebih bisa fokus kepada Danita yang kini sangat membutuhkan dirinya.

'Gue bakal usaha buat bawa Mama pulang,' batin Syam.

***

Syam berjalan di lorong rumah sakit jiwa, di belakang Syam ada Nasya. Sebenarnya Nasya merasa bingung, sepanjang perjalanan Syam tidak mengatakan apapun kepadanya.

Syam kini berbicara dengan seorang perawat, setelah itu perawat tersebut pergi. Selang beberapa detik perawat tersebut kembali dengan membawa seorang wanita paruh baya.

"Apa Mama saya baik-baik saja selama berada di sini?" Syam menatap perawat tersebut.

"Pasien semakin drop, di tambah lagi penyakit jantung yang di derita oleh pasien terkadang kambuh," jelas perawat tersebut.

Tangan Syam mengepal, hatinya terasa seperti di remat. Syam berbincang sebentar dengan perawat tersebut, setelah itu perawat tersebut pergi.

"Ma ... Aku Syam Ma." Syam memegang kedua bahu Danita.

Tatapan Danita terlihat kosong. "Syam siapa?"

Dada Syam terasa sesak. "Aku Syam, anak Mama."

Danita langsung memeluk Syam. "Syam, Mama mau pulang. Mama nggak mau di sini."

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang