Sore ini Syam sudah berada di restoran untuk bekerja sebagai delivery. Saat ini Syam sedang bersama dengan Rani, seorang waiters yang biasanya menyuruh Syam untuk mengantar makanan.
"Kenapa Mbak, ada yang perlu saya anter?" Syam menatap Rani.
Sudah seminggu Syam bekerja sebagai delivery, tapi Rani merasa aneh saat Syam memanggilnya dengan sebutan Mbak.
"Masih belum ada Syam, kamu masuk dulu aja gih daripada nunggu di sini," ucap Rani.
Syam tersenyum tipis. "Nggak perlu Mbak, saya nunggu di sini aja."
"Udah masuk aja nggak papa." Rani merasa kasihan saat Syam selalu menunggu pesanan sambil duduk di atas motor.
"Nggak usah Mbak, lebih enakan di sini." Syam berusaha menolak secara halus.
"Jangan panggil aku mbak, panggil Rani aja Syam," ucap Rani.
Syam tertawa sejenak, ia bingung bagaimana cara menanggapi Rani. Dari mata Rani jelas sekali jika gadis itu menyukai Syam, tapi memang Syam nya saja yang tidak peka.
Dari kejauhan Syam bisa melihat Nasya bersama dengan Dino yang berjalan masuk ke dalam restoran. Tanpa sadar Syam memegang kedua bahu Rani dan menggesernya agar Nasya tidak melihatnya.
"Eh, maaf Mbak." Syam menatap Rani yang tepat di depannya.
Rani tampak gugup. "Ah iya, gapapa."
'Kenapa Nana sama Dino? Bukannya Nana bilang dia nggak kenal sama Dino.' Syam menatap Nasya yang sudah masuk ke dalam restoran.
"Aku masuk dulu ya Syam, nggak enak kalau ngobrol terus," pamit Rani kemudian melenggang pergi.
Sebenarnya Rani sangat ingin berlama-lama dengan Syam, hanya saja dirinya harus bekerja. Syam diam menahan gejolak di hatinya, pikirannya kini berkelana entah kemana.
'Kenapa lo bohongin gue Na?' batin Syam.
***
Keesokan harinya Syam ingin meminta penjelasan pada Nasya. Ia ingin tahu hubungan Dino dengan Nasya, ia juga ingin tahu alasan Nasya berbohong kepadanya.
"Kak ..." Nasya meneguk ludahnya kala raut wajah Syam terlihat dingin.
"Lo nggak mau jelasin sesuatu ke gue?" Syam memberikan kesempatan Nasya untuk menyadari kesalahannya sendiri.
"Jelasin apa kak?" Nasya sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Syam.
"Lo lagi nggak bohongin gue kan Na?" tanya Syam.
"Ng-gak kak." Nasya tampak gugup.
Syam tampak menghela nafas panjang. "Lo yakin nggak lagi nyembunyiin sesuatu? Gue tahu lo lagi bohong."
"Aku nggak ngerti apa yang kakak omongin." Nasya berusaha terlihat biasa saja.
"Kemaren gue ngelihat lo sama Dino, katanya nggak kenal. Ada ya orang nggak kenal tapi jalan bareng," ucap Syam.
Detik itu juga tubuh Nasya membeku, raut wajahnya mendadak berubah menjadi pucat. Nasya menunduk, ia tidak berani menatap Syam. Nasya belum siap untuk berkata jujur.
Tangan Nasya kini bertautan satu sama lain, rasa takut, gugup, merasa bersalah, kini bercampur menjadi satu. Melihat Nasya yang hanya diam membuat pikiran Syam semakin kalut.
"Dino siapa lo Na? Lo mau diem terus? Nggak mau jelasin ke gue?" Syam ingin marah, tapi ia tidak sanggup untuk memarahi Nasya.
"Aldi sahabat kecil aku kak." Suara Nasya sangat pelan namun dapat di dengar oleh Syam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Novela JuvenilDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...