15.Meresahkan

4.2K 821 103
                                        

Chiko menatap Syam yang sedang tersenyum sambil menatap lurus ke depan. Malam ini Syam dan ke-empat sahabatnya sedang berada di markas Jevins. Sedaritadi Syam terus saja tersenyum membuat Chiko bergidik ngeri.

"Lo kenapa senyum mulu dah pak wakil?" Chiko menatap heran Syam.

Syam menatap Chiko. "Nggak papa."

"Katanya senyum itu bisa bikin awet muda, tapi kalau senyum-senyum sendiri itu tandanya mentalnya terganggu kan," celetuk Jey.

Evin terbahak. "Demi oreo, itu secara nggak langsung lo ngatain Syam kena gangguan mental."

Syam menatap datar Jey. "Maksud lo gue gila?"

Jey menggeleng. "Nggak gitu elah, nggak suka nih gue kalau di fitnah kayak gini."

"Paling juga Syam lagi jatuh cinta, makannya senyum-senyum," ujar Altair.

"Asek yang udah berpengalaman, lo pas bucin sama Ajwa gitu juga kan bos," ledek Chiko.

Altair melotot. "Gue nggak bucin! Seorang Al itu anti yang namanya bucin, valid no debat."

Tawa Evin, Jey, dan Chiko langsung terdengar, lain dengan Syam yang hanya tersenyum. Altair tampak menghela nafas panjang, mungkin Altair terlihat galak dari luar. Tapi jauh di dalam hatinya dia sangat menyayangi Ajwa.

Syam tersenyum hangat dengan tatapan yang tertuju kepada ke-empat sahabatnya. Syam bisa merasakan kebersamaan karena adanya mereka, Syam sudah menganggap mereka seperti keluarga.

"Oh iya pak wakil, tadi sore gue ngelihat bokap lo sama cewek. Tapi kayaknya cewek itu bukan nyokap lo deh," ujar Chiko.

"Serius? Lo yakin itu bokapnya Syam?" Jey tampak penasaran.

Evin mengunyah oreo nya dan berusaha positif thinking. "Rekan kerjanya kalik."

"Nggak mungkin, orang mesra banget pakek ngrangkul segala ... Ups." Chiko menutup mulutnya, ia merasa tidak enak dengan Syam.

"Apa mungkin itu tante lo?" Altair menatap Syam.

Syam berusaha menahan gejolak di hatinya, ia tahu betul jika perempuan itu adalah selingkuhan papa-nya. "Mungkin aja."

***

Keesokan harinya Syam berjalan mencari keberadaan Nasya, ia ingin memberikan sebuah gelang kepada Nasya. Gelang itu adalah barang yang ia beli dari gaji pertamanya bekerja di warung nasi bebek.

"Nana!" Syam melambaikan tangannya.

Nasya perlahan berjalan ke arah Syam. "Hai kak."

"Hai ..." Syam tersenyum tipis. "Gue punya sesuatu buat lo."

Mata Nasya tampak berbinar. "Apa?"

Syam mengeluarkan gelang dari saku jaketnya. "Gue beli ini dari gaji pertama gue."

Untuk sejenak Nasya merasa seperti gadis yang di anggap spesial. "Dalam rangka apa kakak ngasih aku gelang?"

Syam terdiam sejenak. "Lo lihat gelang ini ... Ada huruf S nya. Lo tahu itu artinya apa?"

Nasya menggeleng pelan. "Apa artinya?"

"S itu inisial nama gue, kalau lo pakek gelang ini gue berharap suatu saat nanti lo bakal jadi jodoh gue," ujar Syam.

Detik itu juga jantung Nasya berdebar, bahkan kedua pipinya bersemu merah. Entah sejak kapan Syam menjadi terang-terangan, tapi yang jelas itu sangat meresahkan jantung Nasya.

Nasya menunduk, ia tampak gugup. Untuk sejenak ia berpikir, apa mungkin Syam menyukainya. Tapi setelah Nasya pikir-pikir rasanya sangat mustahil. Syam menyodorkan gelang dengan inisial S itu.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang