Sore itu anggota Jevins datang ke rumah Syam untuk menjenguk cowok itu. Satu-persatu anggota Jevins mulai pulang, dan saat ini hanya tersisa Altair, Chiko, Jey, dan Evin.
"Nih calon pak dokter, kali ini gue bawain lo permen milkita bukan permen kaki. Khusus buat lo, spesial pokoknya." Chiko menyodorkan lima permen gagang milkita kepada Syam.
Syam tersenyum dan menerima permen milkita itu. "Thanks."
"Nggak ada adab lo Chik, masa bawanya gituan." Jey mulai nyinyir.
Chiko menatap Jey sinis. "Emang lo bawa apaan?"
"Kali ini gue bawa wafello dong bukan nabati, lebih enak nih wafernya." Jey menyerahkan tiga wafer wafello kepada Syam.
"Thanks." Syam menerima wafer itu.
"Lo berdua bisa bener dikit nggak sih? Jangan bikin Syam makin pusing!" semprot Altair.
Syam terkekeh. "Gapapa Al, seenggaknya mereka udah punya niat buat bawa sesuatu."
Altair mendengus pelan, ia sangat hafal sifat Syam. Bahkan walaupun Syam di kasih permen kopiko satu, dia tetap akan menerima dan tidak protes. Syam memang sebaik itu, sampai Altair saja heran.
"Orang nggak mampu minggir, orang kaya mau lewat." Evin berdiri di tengah-tengah antara Jey dan Chiko.
"Yeee kampret!" Chiko menoyor kepala Evin.
"Songong lo!" Jey ikut menoyor kepala Evin.
Evin berdecak pelan. "Jangan toyor kepala gue dong, entar gue nggak bisa mikirin oreo lagi!"
"Oreo terus lo pikirin, habis ini gue nikahin lo sama oreo," celetuk Altair.
"Lo bawa oreo?" Syam menatap Evin.
Evin tersenyum lebar. "Kok tempe?"
"Kok tau kampret!" ralat Jey dengan nada tidak santai.
"Sssttt, rakyat jelata diem." Evin menempelkan jari telunjuknya ke bibir Jey.
Jey menepis tangan Evin. "Cuih, tangan lo bau terasi."
Evin mendekatkan tangannya ke hidung, bau nya wangi tidak seperti yang Jey bilang. Susah memang berhadapan dengan orang sirik, maklum saja Evin kan raja oreo. Semua orang pasti iri dan dengki dengan Evin.
"Gue yakin lo pasti bakal cepet sembuh calon pak dokter," ujar Chiko.
Syam mengangguk pelan. "Gue udah agak baikan, besok pasti gue udah bisa kuliah lagi."
"Harus itu, nongkrong rasanya ada yang kurang kalau nggak ada lo," ujar Jey.
"Iya, maklum lah nggak ada yang waras." Jiwa julit Altair mulai keluar.
"Elah, jangan jujur-jujur lah Bos." Chiko sedikit tidak terima dengan fakta yang ada.
"Tapi gue waras Al," protes Evin.
Altair menatap Evin dan terdiam sejenak. "Lo waras kalau lo nggak berhubungan lagi sama oreo."
"Ya nggak bisa lah, masa lo nyuruh gue ninggalin pujaan hati gue. Ngaco lo!" sergah Evin.
"Nah loh, sama oreo aja setia apalagi sama cewek," celetuk Chiko.
Syam tersenyum tipis, perlahan Syam mulai menerima kepergian Danita. Menganggap semua itu adalah takdir Tuhan yang sudah di rancang untuk dirinya.
Sejauh ini Syam bahagia karena ke-empat sahabatnya ada di dekatnya. Bahagia Syam itu sederhana, cukup melihat orang terdekatnya senang Syam sudah sangat bahagia.
"Lo semua pengen lihat gue bahagia nggak?" tanya Syam.
"Ya pasti mau lah," balas Jey.
Syam tersenyum tipis. "Cukup lihat lo semua seneng gue udah bahagia. Kalau ada masalah bilang ya, gue pasti bakal bantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Novela JuvenilDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...