3.Kasmaran

5.3K 892 90
                                    

Nasya duduk di samping Ajwa dengan tatapan yang tertuju pada uang dua ribu yang ada di tangannya. Nasya bingung, entah apa alasan Syam memberinya kembalian uang dua ribu. Nasya bahkan tak tahu untuk apa uang dua ribu itu.

"Aneh, tapi nggak papa sih. Di simpen buat kenang-kenangan." Nasya mencium pelan uang itu.

Ajwa menatap aneh Nasya. "Kenapa sih Na? Kesambet?"

Nasya tersenyum lebar. "Gue seneng banget Wa, habis dapet nafkah dari jodoh gue."

"Cuma dua ribu dapet apa Na? Jangan-jangan itu uang dari kak Syam ya," tebak Ajwa.

Nasya mengangguk cepat. "Iya, jodoh gue itu Wa."

"Lihat coba Na." Ajwa mengambil uang itu.

"Hati-hati Wa, duit dari cogan itu." Nasya menatap uang itu.

Ajwa tersenyum di balik cadarnya. "Eh lihat deh Na, ada nomer whatsapp. Terus bawahnya ada tulisan Syam Kavalen."

Nasya langsung merebut uang dua ribu itu, matanya membulat tak percaya kala di sana benar-benar tertulis nomor whatsapp Syam. Tidak sia-sia Nasya menerima uang itu, padahal kemarin Syam menolak untuk memberikan nomornya. Tapi sekarang cowok itu sendiri yang memberikan nomornya.

"Ya Allah, sumpah demi apa? Gue nggak mimpi kan Wa?" Ingin rasanya Nasya menjerit.

"Baper ya Na?" Ajwa menatap Nasya yang terlihat begitu senang.

"Baper banget lah Wa." Nasya memeluk uang dua ribu itu.

Pandangan Ajwa berganti pada Adam yang baru saja datang, cowok itu juga terlihat bahagia. "Kenapa Dam?"

"Nggak papa." Adam senyum-senyum tidak jelas.

Ajwa menatap Adam dan Nasya secara bergantian. "Aneh semua, kayak orang lagi kasmaran."

***

Sedaritadi Syam senyum-senyum tidak jelas, entah apa yang sedang cowok itu pikirkan. Evin saja yang sedang memakan oreo sampai melongo sekaligus tak habis pikir. Pasalnya Syam tidak pernah senyum dengan waktu yang lama, biasanya cowok itu tersenyum di waktu tertentu saja.

"Pak wakil lo kenapa, sawan kah?" Tatapan Chiko tertuju pada Syam.

"Jangan-jangan Syam udah tertular virusnya Al. Al biasanya kan senyum-senyum sendiri kayak orang kesurupan," celetuk Jey.

Altair melotot. "Heh ngomong apa lo?!"

Jey menyengir lebar. "Bercanda Al, jangan marah gitu entar Ajwa nggak suka loh."

Evin menggebrak pelan meja. "Demi oreo, kalau orang senyum-senyum biasanya itu lagi kasmaran."

"Siapa yang kasmaran?" Kini senyum Syam tidak selebar tadi.

"Ya lo lah," balas Evin.

"Emang lo mikirin apa Syam?" tanya Altair.

"Mikirin rasanya bedah otak orang, pasti seru deh," balas Syam.

Jey mengerjap tak percaya. "Buset, psychopath."

Chiko tertawa dan menggeleng pelan, ia tahu betul jika Syam sedang berbohong. Kemarin saat pulang Chiko tidak sengaja melihat Syam yang sedang membantu seorang gadis, sepertinya motor gadis itu mogok.

Sebenarnya rasanya tidak mungkin, rasanya sulit di percaya jika seorang Syam membantu orang asing. Syam memang baik, tapi dia jarang sekali membantu seorang wanita kecuali jika wanita itu adalah orang terdekatnya.

"Ya kalik pak wakil lo mikirin bedah otak orang sambil senyum-senyum," ujar Chiko.

"Emang itu yang gue pikirin," balas Syam.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang