Beberapa hari telah berlalu, tepatnya dua minggu. Selama itu Syam menjauh dari Nasya, gadis itu juga sama sekali tidak menghubunginya. Belakangan ini Syam sering tidak fokus.
"Jey, cariin buku panduan move-on dari benda mati." Chiko menatap Jey, saat ini mereka sedang berada di perpustakaan.
"Emang ada?" Jey melihat-lihat buku yang berjejer rapi di rak.
"Kagak tahu, makannya cari biar tahu," ucap Chiko.
Jey akhirnya menatap Chiko. "Emang buat apaan?"
"Buat nih bocah biar move-on dari oreo." Chiko memegang puncak kepala Evin, cowok itu sedang duduk anteng sambil makan oreo.
"Nggak usah pegang-pegang entar oreo gue cemburu." Evin menepis tangan Chiko.
"Eviiin, bocah ganteng, bocah pinter. Lo kagak tahu ya? Di perpustakaan nggak boleh makan." Chiko benar-benar gemas dengan Evin.
Evin tampak acuh dan kembali memakan oreo nya dengan penuh nikmat. Chiko yang sedang berdiri di samping Evin semakin merasa gemas saja.
"Udah Chik, hancurin aja oreo nya," kompor Jey.
Chiko tersenyum. "Siap, dengan senang hati hamba akan melaksanakan perintah baginda raja."
Evin melotot dan memeluk oreo nya. "Jangan macem-macem, mau gue sumpel mulut lo pakek oreo?"
"Udah jangan ribut, di perpustakaan harus tenang. Nggak pernah ke perpustakaan ya lo pada," ujar Altair.
"Sssttt." Chiko menempelkan jari telunjuknya pada bibir, lalu ia kembali menurunkan jarinya. "Jangan berisik, kita ributnya bisik-bisik aja biar nggak ketahuan sama penjaga perpus."
"Sinting," cibir Altair.
Chiko tertawa tanpa suara. "Udah ketemu belum Jey? Kalau nggak ketemu cari buku pelet ampuh."
Jey mengacungkan jempolnya. "Okey, nanti kita pelet si Evin biar dia kecantol sama cewek."
Altair menggeleng pelan, bahkan di perpustakaan pun Jey dan Chiko masih sempat berulah. Syam sedaritadi hanya diam, ia memperhatikan sekelilingnya.
Mendadak ia merindukan Nasya, ia sering bertemu dengan Nasya di perpustakaan. Syam rindu melihat Nasya yang begitu antusias saat membaca novel.
'Gue rindu lo Nana.' Syam memejamkan matanya sejenak.
"Gimana hubungan lo sama dia?" Altair menatap Syam.
Syam terdiam sejenak. "Masih sama, nggak baik-baik aja."
"Lo nggak mencoba untuk memperbaiki?" tanya Altair.
"Lo sendiri tahu, Nasya minta itu. Dan itu nggak bakal terjadi," balas Syam.
Altair mengangguk, yang di maksud itu adalah Nasya ingin Papa Syam masuk penjara. Tapi hal itu sangatlah mustahil, dan rasanya cukup sulit.
"Susah sih, selain nggak punya bukti ada uang sama jabatan." Altair mencoba untuk menimang-nimang.
"Ngomongin apa nih? Kok ada uang-uangnya?" Chiko mencondongkan tubuhnya.
"Halah, giliran duit aja cepet lo." Evin menyumpal mulut Chiko dengan oreo.
Chiko tidak marah, dengan senang hati dia mengunyah oreo tersebut. Bahkan dengan tidak tahu dirinya Chiko mengambil oreo milik Evin dan memakannya dengan sekali lahap.
"Eh emang iya lo lagi berantem sama Nasya calon pak dokter?" tanya Chiko.
"Iya," balas Syam seadanya.
Jey menatap Chiko. "Kagak ada Chik bukunya, tapi gue barusan nyari di google. Langsung ketemu, coba sini deh ajak tuh sekalian si raja oreo."
"Mana-mana gue mau lihat, ayo ikut." Chiko menarik tangan Evin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Ficção AdolescenteDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...