24.Tidak mampu jujur

3.8K 726 29
                                    

Pagi ini Syam pergi ke alun-alun bersama dengan Chiko, Jey, dan Evin, mereka pergi tanpa Altair. Altair tidak mau ikut, tentu saja cowok itu lebih memilih menghabiskan waktu liburan dengan istrinya.

"Enak ya pak bos, liburan ada yang nemenin di rumah." Chiko memegang handuk kecil yang mengalung di lehernya.

"Kenapa iri? Nikah aja sama Chika biar kalau liburan ada yang nemenin di rumah," ujar Syam.

Chiko menatap ke arah lain. "Kejauhan pak wakil, pacaran aja belum kesampean."

Jey terbahak. "Gebetan lo lemot sih, nyari yang peka dong."

Chiko berdecak pelan. "Kalau di pikir-pikir Bebby nggak lemot ... Pacarin ah!"

Jey melotot, ia tidak tahu kenapa dirinya kesal. "Jihan, panggil dia Jihan! Lo nggak cocok pacaran sama dia, dia itu berisik."

"Gue suka yang berisik." Chiko semakin gencar menjaili Jey.

Evin mengipasi Jey menggunakan tangannya. "Demi oreo, hareudang hareudang hareudang, panas panas panas."

Chiko tertawa kencang, sementara Syam terkekeh pelan. Jey menepis tangan Evin dengan raut wajah yang tertekuk kesal. Jey si penyuka tiktok yang biasanya bertingkah gila, ternyata bisa kesal juga.

Evin kembali mengipasi wajah Jey dengan tangannya, bukannya dingin hatinya justru terasa semakin panas. Evin memang pintar sekali memancing huru-hara dengan memasang wajah sok polosnya.

"Btw, lo punya nomornya Bebby nggak. Boleh dong bagi ke gue." Tingkah Chiko kini semakin menjadi.

"Adanya nomor sedot wc! Mau?" Nada suara Jey terdengar sewot.

"Ceilah, gue tahu lo nggak terima Bebby lo gue embat. Eh, Jihan maksudnya ... Yang boleh manggil Bebby kan cuma lo doang," sindir Chiko.

Syam tersenyum dan menepuk pelan bahu Chiko. "Udah, lo nggak lihat kepala dia udah berasap. Entar dia ngambek nggak nafsu goyang tiktok tiga minggu."

"Syam Syam, lo belain gue kek malah ikut-ikutan," kesal Jey.

"Lo nggak jalan sama gebetan lo? Itu loh temennya Ajwa." Evin merangkul Syam.

Syam menatap lurus ke depan. "Gue udah ajak dia kemarin buat jalan, tapi dia nggak bisa."

Evin mengangguk mengerti, salah satu tangan Evin kini memegang tali tas selempang kecil yang ia bawa. Tas kecil itu berisi oreo lima ratusan, Evin memang tidak pernah bisa jauh dari oreo.

"Lo kapan?" Jey menatap Evin.

Kening Evin berkerut. "Kapan apa?"

"Kapan punya cewek?" Jey memperjelas pertanyaannya.

"Oh, nggak tahu. Nggak kepikiran buat nyari." Raut wajah Evin tampak santai.

"Sekali-kali pikirin cewek, jangan oreo mulu." Chiko benar-benar tak habis pikir.

"Ngapain? Ribet mikirin cewek, enakan mikirin oreo bikin kenyang," ujar Evin.

"Semoga cepet dapet jodoh ya Vin, ayo lari lagi." Syam berlari duluan meninggalkan ketiga sahabatnya.

"Mau di kenalin sama janda nggak Vin?" tawar Chiko.

"Ogah, Syam tungguin!" Evin langsung berlari menyusul Syam.

"Lo sih sesat, kabur kan dia. Sama perawan aja dia belum tentu mau, apalagi janda. Kalau sama oreo yang masih ting-ting, kayaknya tuh anak mau deh," ucap Jey.

***

Di tempat lain Nasya sedang bersama dengan Aldi. Nama cowok itu adalah Dino Renaldi, dia adalah sahabat kecil Nasya. Orang tua Nasya dan Aldi bersahabat membuat orang tua Nasya juga mengenal Aldi.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang