Kini Syam dan Nasya sudah berada di warung nasi bebek milik Bu Siti. Syam dan Nasya saat ini sedang mencuci piring bersama, Nasya yang mencuci piring dan Syam yang mengelap-nya.
"Kalau kayak gini caranya, apa gue harus bagi gaji gue sama lo?" Syam fokus mengelap piring yang ada di tangannya.
Nasya tertawa pelan. "Ya nggak perlu lah kak, aku ikhlas kok."
"Kalau kayak gini kita mirip suami istri yang lagi ngerjain pekerjaan rumah tangga kan," ucap Syam yang terdengar asal.
"Iya kalik." Nasya terkekeh.
"Na, lo suka anak kecil?" Tidak ada angin tidak ada hujan, Syam tiba-tiba menanyakan hal itu.
Nasya terdiam sejenak. "Suka kok kak, suka banget malahan."
Syam mengangguk pelan. "Berarti udah cocok."
Nasya berhenti mencuci piring dan menoleh. "Udah cocok apa?"
"Udah cocok jadi ibu dari anak-anak gue nanti," ucap Syam santai.
Detik itu juga kedua pipi Nasya memerah, mungkin kalimat Syam terdengar sederhana dan sering di ucapkan banyak para lelaki. Tapi kali ini beda, yang bicara hal itu adalah Syam Kavalen.
Syam yang biasanya terlihat kalem ternyata bisa menggombal, Nasya adalah orang pertama yang beruntung yang bisa di gombali oleh seorang Syam. Nasya berusaha untuk terlihat biasa saja dan kembali mencuci piring.
"Ngomong-ngomong kakak belajar gombal darimana?" tanya Nasya.
"Dari Jey ... Les privat gue sama dia. Biar tahu caranya gombalin cewek," balas Syam kelewat jujur.
Nasya tidak bisa menahan tawanya. "Gratis kak?"
Syam terdiam sejenak. "Gratis, dia malahan yang maksa. Biar gue jadi cowok pro katanya."
Nasya menggigit bibir bawahnya agar tidak tertawa kencang, Syam benar-benar sangat lucu. "Udah kak jangan ngelawak."
"Serius gue, jangan di ketawain." Syam menatap Nasya yang berusaha untuk menahan tawanya.
"Lucu kak, nggak nyangka kakak bisa ngomong kayak gitu. Tapi masa kakak belajar sama jomblo," ucap Nasya.
"Jangan salah, gitu-gitu Jey punya mantan. Sampek sekarang dia masih gamon, makannya ngejomblo," jelas Syam.
Nasya mengangguk mengerti, pantas saja sampai sekarang Jey masih belum punya pawang. Tapi dengar-dengar ada junior yang sedang mendekati Jey saat ini. Hanya itu yang Nasya tahu, Nasya tidak mau ambil pusing karena itu bukan urusannya.
"Kenapa kakak nggak belajar sama kak Chiko atau kak Evin?" Nasya menyerahkan piring terakhir yang telah ia cuci.
"Gue takut kalau belajar sama Chiko bukannya jadi cowok pro gue malah jadi minus akhlak," ucap Syam seadanya.
Nasya terkekeh. "Kalau kak Evin?"
Syam meletakkan piring pada rak. "Yang ada gue malah di kasih oreo buat nyogok cewek."
"Ya kalik kak." Nasya menjeda ucapannya. "Temennya kak Syam lucu-lucu ya."
"Iya, gue beruntung punya mereka." Syam tersenyum tipis. "Dan sekarang gue makin beruntung karena udah kenal lo."
"Kok gitu?" tanya Nasya tidak mengerti.
"Karena lo adalah sumber kebahagian gue," balas Syam.
***
Tepat pukul 19:00, Syam mengantar Nasya pulang. Tadi, mereka berdua sudah shalat maghrib di musholla terdekat. Di tengah perjalanan hujan turun membuat mereka harus berteduh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Fiksi RemajaDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...