Jari terus berlalu tiba lah saatnya sidang di lakukan, menentukan Rafaizan yg bersalah atau tidak
"Bang" panggil Adzkiya
Rafaizan tersenyum tipis "doakan abang ya"
"Pasti bang, kiya akan selalu doakan yang terbaik untuk abang"
Persidangan di mulai
"Dari semua bukti yang ada, terbukti jika pak rakhan bersalah, namun kami akan mendengar kesaksian dari saudara keano"
Keano di persilahkan untuk menjadi saksi
"Tuan Rakhan tidak bersalah sama sekali beliau di fitnah, di jadikan kambing hitam karna mereka ingin menguasai perusahaan tuan Abian, saya mendengar sendiri bahwasanya tuan rakhan telah di fitnah, dan semua bukti itu palsu"
"Bohong" gertak ilham tak terima atas penuturan dari keano
Suasana mulai menegang, Adzkiya takut dan cemas jika semua bukti malah memberatkan pada Rafaizan
"Tidak saya tida berbohong, sayang yg melihatnya jika anda tua ilham anda yg telah menggelapkan dana perusahaan dan anda juga yang telan memfitnah tuan rakhan"
Di sisi lain Fahreza sedang berada di kantor abian mencari bukti yg dapat membuktikan bahwa Rafaizan tidak bersalah sama sekali
"Pasti ada bukti yang membuktikan faiz ga salah"
Saat sedang sibuk mencari tiba tiba satu karyawan di sana menegur Fahreza
"Mohon maaf pak, sedang apa"
"Bukan urusan kamu!!" Gertaknya
"Jelas menjadi urusan saya ini tempat kerja saya pak"
"Ck, mending lo diem ya" kesalnya
"Ada apa ini ribut ribut" ucap salah satu petugas keamanan di sana
"Pak ada cctv kah di ruangan pak ilham"
"Ada pak mari ikut saya" ucapnya
Akhirnya Fahreza mengikuti nya menuju ruang rekam cctv
"Pak saya minta rekaman cctv di ruangan Pak ilham"
"Baik pak"
"Eum rekaman saat waktu kapan ya pak"
"Kemarin lusa"
Akhirnya mereka mencari rekaman cctv lusa kemarin dan untungnya ia menemukan nya
"Ini pak"
Setelah selesai mengambil rekaman cctv itu, ia bergegas menuju ke pengadilan dimana sidang di lakukan
Perjalanan hari itu begitu padat pengendara, hingga jalanan menjadi macet
____
"Omah, baba akan pulang kan?"
"Iya sayang sebentar lagi baba pulang haidar tunggu di sini ya"
Haidar bersama dengan omahnya di rumah karna Adzkiya tak mengizinkan dirinya ikut bersamanya
Haidar anak usia 4 tahun itu begitu menanti kepulangan sang ayah
"Oh iya omah, aidar lupa"
"Apa sayang?"
"Aidar mau sholat trus mau doa sama Allah biar baba bisa cepet pulang"
Sungguh mulianya haidar, anak kecil seusianya begitu sangat sholeh dan selalu melibatkan segala sesuatu bersama Allah
"Ma syaa Allah, yuk omah temenin"
"Oke omah"
Di sisi lain persidangan masih berlangsung
"Kamu jangan berbohong keano, sudah jelas-jelas tuan rakhan lah yang melakukan semuanya bukan saya!!"
"Jangan berbohong tuan, saya yg mendengar nya sendiri jika tuan ingin menguasai perusahaan tuan Abian dengan segala cara busuk anda!!"
Suasana semakin menegang kericuhan akibat keano dan ilham membuat semua tegang
"Apa buktinya jika saya yg Mengadu domba tuan rakhan"
Bungkam sudah keano tak mampu berbicara lagi
"Sudah cukup, pak keano jika tidak memiliki bukti itu sama saja seperti anda berdusta" ucap ilham lagi
"Cukup" ucap hakim
Sial, dia tau pasti akan kalah jika dirinya tidak membawa bukti satu pun untuk Rafaizan
Rafaizan hanya diam memperhatikan semua yg terjadi sembari menahan rasa sakit yg menyerangnya sejak tadi
"Ya Allah bukakanlah semua kebenaran nya" gumamnya dalam hati
Ia memejamkan mata nya sejenak guna menetralkan rasa sakitnya
"Ya Allah berilah kekuatan untuk hamba" batinya
Sungguh ia sudah tak kuat lagi sakit nya sangatlah luar biasa
"Baik saudara keano, anda tidak memiliki bukti"
"Baik tunggu kami para hakim memutuskan keputusan"
"Sidang di tunda"
Tok
Tok
Seara palu di ketuk
Aydan menghampiri Rafaizan, ia cemas melihat kondisi Rafaizan
"Bang?"
"Hm?"
Rafaizan hanya menjawab dengan deheman
"Lo oke?"
"Gue baik ko, ay lo janji sama gue jaga kiya dan Haidar ya"
"Maksudnya?"
"Semua bukti memberatkan bahwa gue bersalah"
"Gue yakin kebenaran akan terungkap"
"Ay gue sakit gue--"
"Udah stop bang jangan kayak gini lo bisa sembuh dan lo akan segera bebas yakin itu"
"Gue ga yakin"
"Sejak kapan abang gampang putus asa? Mana abang yg dulu mana bang?"
"Gue cape ay gue mau nyerah"
"Ga lo ga boleh nyerah, abang gue kuat jangan kayak gini lah bang"
"Abi udah kecewa sama gue, gue--"
"Udah lo tenang pasti semuanya baik baik aja"
"Semoga"
Selang beberapa menit sidang kembali di laksanakan dengan semua saksi dan yg lain sudah kembali berkumpul
"Umi, abang akan bebas kan?"
"Kita berdoa ya nak semoga faiz terbukti tidak bersalah"
"Baik kami sudah memutuskan keputusan nya"
Rafaizan terus berdoa ada keajaiban Allah yang membantu dirinya
"Dari semua bukti yg ada menyatakan jika saudara rakhan terbukti bers--"
"Tunggu" ucap Fahreza yg baru saja datang
Semua pasang mata memandang ke arahnya
"Izin kan saya menjadi saksi" ucapnya
______
Wayo lohh santai dong santai
Mau sad end or happy end?
Bantu follow ya gaes, jangan lupa vote coment nya
Dan maaf 1 chapter nya sedikit, sy kehabisan ide ygy
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAIZAN RAKHAN (END)
Teen Fiction⚠️tidak ada unsur menjiplak ini murni Karya saya, jika ada kesamaan nama, tempat itu adalah ketidak sengajaan⚠️ Rafaizan Rakhan Rasya dia adalah seorang ustadz sekaligus dokter muda, lelaki yg menjadi idaman para kaum wanita memiliki wajah tampan, b...