Selama satu minggu ini BTS kembali di sibukkan dengan jadwalnya dari jam 05.00 pagi hingga jam 08.00 malam. Belum lagi suga yang harus di sibukkan mengenai beberapa lagu artis lain yang harus ia produseri. Namjoon juga sesekali membantu suga, dia juga tau betapa sulitnya pekerjaannya saat ini. "Hyung cobalah mencari tau hal yang sedang tren belakangan ini."
"Aku sudah mencarinya, tapi tren itu terlihat bodoh.. haruskah aku yang membuat tren baru untuk mereka?" Katanya sombong. Suga tertawa sumbang. "itu ide bagus, bukankah group kita juga berperan penting dalam perkembangan dunia?" Baik suga dan namjoon menyetujui ide itu.
Tokk.. tok tok.
Kini wajah jungkook terlihat di balik pintu sembari memberi senyuman khas gigi kelincinya.
Kemudian masuk begitu saja. Duduk menyela di tengah namjoon dan suga.
"Hentikan dasar anak kecil" ucap suga."Suga hyung.. boleh aku berbicara sebentar dengan namjoon hyung?" Tanyanya dengan nada cepat. Namjoon hanya terdiam melihat ke arah mereka secara bergantian. "Apa sangat penting?" Jungkook mengangguk. "Pergilah" seketika jungkook menarik lengan namjoon, menggandengnya keluar dari studio suga. Suasana kembali sepi.
Setelah syuting lagu baru selesai. BTS akan comeback album baru berjudul Love yourself: Answer', bulan agustus mendatang. Suga tau ia akan semakin sibuk hampir 10 kali lipat dari biasanya. Promosi dan mendatangi acara dan masih banyak lagi. Belum lagi sistem kerja Big Hit yang selalu meringkas jadwal 1 minggu dalam 2-3 hari. Mungkin itu alasan mengapa BTS sangat sibuk akhir akhir ini.
Namun di sinilah suga. Ruang pribadi yang membuatnya lebih bisa menjadi diri sendiri. Dia bebas melakukan apapun. Mungkin jika seseorang mengetuk pintunya hanya ada 3 kemungkinan.
1. Member BTS.
2. Adora.
3. Fifi.
Staf juga tau jika suga sudah memasuki studio itu berarti waktu istirahat untuknya. Mereka akan memilih mengabari melalui room chat dari pada mengganggunya, mereka tak ingin mengambil resiko jika berani mengganggu suga.Bipppp..
Dua kemungkinan jika seseorang menekan bel studio suga.
1. Fifi.
2. Adora.
Bagaimana jika itu fifi. Bukankan jam 01.00 terlalu tidak mungkin untuknya kemari?. Suga berjalan cepat ke arah pintu menampilkan sosok perempuan yang memberinya secarik kertas dengan raut wajah lelah. "Masuklah fifi" sembari membuka pintu itu lebih lebar. Fifi tampak melihat ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada yang akan melihatnya masuk ke ruang pribadi suga. Seperti biasa fifi memasukan sepatu yang ia kenakan ke dalam, di samping tempat sampah.
Suga yang mengetahui itu segera mengambil sepatu fifi dan menaruhnya ke rak sepatu kecil yang ia buat beberapa hari lalu. "Kau tidak pulang?" Kini suga ikut duduk di sebelah fifi.
"Tidak, aku sudah tiga hari ini tidur bersama eonni di dorm nya. Apa kau sudah makan?""Kenapa tidak pulang saja?"
"Aku membantu eonni membereskan buku-buku yang akan di donasikan"
"Apa bukunya sebanyak itu sampai kau tiga hari tidak pulang?" Ke khawatiran suga kini mulai keluar.
"Lihat kantung matamu""Bukan begitu, selain itu aku malas pulang ke rumah." Suga meraih wajah fifi untuk menghadapnya.
"Kantung matamu sangat hitam. Pulanglah dan tidur.""Aku tau.. jangan membahasnya. Itu tidak penting"
"Bagiku hal yang menyangkut kesehatanmu sangat penting"
Fifi memeluk suga lama. Pelukan itu sedikit erat. Dia sangat rindu laki-laki yang hampir tidak pernah mengabarinya. Dia rindu laki-laki yang juga hampir tidak pernah mengajaknya bicara. Dia rindu memeluk suga. Dia juga rindu aroma suga saat ini. "Aku akan ke itaewon besok." Dorong fifi memberi jarak.
"Jangan terlalu banyak minum""Aku kesana tidak untuk minum. Tapi untuk bertemu seseorang" tutur fifi. Membuat suga mengerutkan dahinya bingung. "Seseorang yang aku maksud adalah ayahku. Dia memintaku untuk bertemu." Ekspresi suga kembali normal. Sesekali ia menganggukkan kepala.
"Biarkan aku ikut" kata suga."Tidak boleh"
"Kenapa?"
"Karena tempat itu itaewon. Aku menghawatirkan mu kau tau?"
"Berikan aku alamat rumah ayahmu"
Fifi terdiam lama melihat mata suga yang kini terlihat sangat serius. Dia memang serius dalam segala hal bahkan hidupnya sekalipun. Tapi tatapan ini berbeda. "Untuk apa? Apa kau akan mengatakan padanya bahwa kau pacarku dari kau debut dan akan menikahi ku? Kemudian mengatakan bahwa kau sudah tidur dengan ku dan juga-""Iya.. kau benar aku akan mengatakannya" suga memeluk fifi yang sudah mulai berkaca-kaca. "Yoongi-ya Jangan gila.. aku tak ingin karirmu hancur karena aku"
"Karirku tidak akan hancur dan semua akan baik-baik saja" nafas fifi mulai tercekat. Tak ada yang bisa suga lakukan kecuali hanya berusaha menenangkannya.
"Ayahmu selalu memaksamu untuk menikah. Katakan saja bahwa aku adalah pacarmu"
"Tetapi jangan menemuinya aku mohon"
"Tidak. Jika kau melarang ku aku tidak akan pergi"
"Aku akan mengatakannya"
***************************
"Hyung. Jimin terkunci di kamar mandi. Dia menangis padahal aku sudah mencoba mendobraknya namun belum berhasil" ucap taehyung pada suga.
"Benarkah?"
"Eoh.. kau harus membukanya. Aku harus pergi menemui jungkook. Dia tidak membawa uang ke supermarket" taehyung segera berlari."Kenapa anak kecil selalu merepotkan" gumam nya. Kini suga sudah berada di depan kamar mandi jimin. Dia sedikit tertawa karena terdengar jimin yang sudah sesenggukan. "Ya! Jimin-a apa kau di dalam?"
"S-sug-ga hyung.. tolong aku.. aku takut" jimin berhenti menangis dan mengetuk pintu itu pelan. "dimana kunci kamar mandinya?"
"Tidak ada kunci cadangan. Tiba tiba aku terkunci saat akan membenarkan lampu." Tutur jimin. Kini suga juga khawatir mengetahui di dalam tidak ada cahaya. Pantas saja jimin takut dan menangis. "Mundur lah aku akan mendobraknya. Entah beberapa kali suga mencoba mendobraknya namun tak kunjung terbuka membuat lengannya kini semakin sakit.
Dengan terpaksa suga merusak pintu itu menggunakan vas kayu yang cukup besar. Pintu terbuka. Suga cukup terkejut dengan kondisi jimin sekarang yang basah kuyup dan telanjang dada duduk di samping pintu. "Kau baik-baik saja?" Suga segera memeluk jimin. Dia sangat khawatir. Karena mungkin suga menganggap jimin yang terkunci di dalam kamar mandi akan menjadi hal paling lucu. Namun ia salah karena kondisi jimin saat ini sangat membuatnya prihatin.
"Aku takut"
"Bangunlah, kenapa kau basah seperti ini." Suga segera menuntun jimin dan memberinya handuk. "Hyung aku... eoh, lampunya mati saat aku sedang ingin mandi"
"Tapi kau sudah disini bersamaku. Jangan takut" kini jimin terbaring di atas ranjang miliknya. Sedang suga menyelimutinya. "Apa kau tidak ingin melepas celanamu?" Jimin tertawa.
"Haruskah?" Kini dia benar-benar merasa lebih baik. Alasan memperbaiki lampu adalah kebohongan. Kebenaran mengenai jimin yang basah kuyup adalah karena dia yang hampir 2 jam berdiri di bawah shower untuk menghilangkan rasa tekanan di kepalanya, itu cara paling efektif ketika sesekali dia merasa tertekan."Tidurlah" mata sembab jimin melihat suga yang sudan membuat dua bantal berada di kanan dan kiri jimin.
Dia ingin suga menemaninya tidur malam ini, sungguh dia tidak ingin kesepian. Namun ketika suga menaruh dua bantal itu jimin mulai mengerti. "Dengan begini suga hyung membuatku merasa tidak sendirian" batinnya.Suga keluar tanpa mematikan lampu. Perhatian kecil yang membuat jimin kini berkaca-kaca. Karena jimin mungkin akan merasa takut jika lampu itu di matikan.
"Selamat malam juga" monolog jimin pelan. Ketika dia mendengar suara suga mengucapkan selamat malam. Suara itu terdengar samar samar..
"Selamat malam jimin-aa" ucap suga masih terdiam dibalik pintu jimin yang tertutup. Dia tau kebohongan tidak masuk akal yang jimin buat hanya karena tidak mau membebani pikiran para member lain.
Karena seperti itulah jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...