"kau hutang penjelasan padaku"
Kini fifi terdiam sembari menyandarkan punggungnya pada kursi mobil suga. Selama perjalanan ke apartemen fifi yang jaraknya 30 menit dari itaewon, suga hanya terdiam. Membiarkan fifi sedikit tenang. Selain fifi si pemberani yang suga kenal, sifat fifi yang lain adalah manipulatif. Suga tau memiliki pasangan seperti itu adalah hal terburuk baginya. Namun, perempuan yang sempat bang shi hyuk bawa tiga hari sebelum BTS debut adalah perempuan yang sangat suga cintai.
"Apa ini baju ku?"
"Eoh" angguk fifi.
"Apa itu milikku?" Tunjuk suga pada bandana yang sudah fifi siapkan di atas meja. "Eoh, itu milikmu"
"Jangan beri aku warna cerah, kepribadianku tidak cocok dengan itu." Suga mulai protes karena baju yang akan ia kenakan untuk syuting hari ini adalah kuning.
"Itu adalah konsep"
"Tapi aku tidak suka, bisakah kau beri aku warna hitam saja? Aku suka warna hitam"
"Tidak" harus suga akui. Fifi di umur 18 tahun di 2013 adalah fifi yang apatis, dan dingin. Menurut pandangan suga.
"Fifi-shi bajuku robek, bisakah kau menjahitnya sebentar?" Adu suga pada fifi. Fifi yang tadinya sibuk melihat para member yang sedang pemotretan di kejutkan oleh ujung baju suga yang kini robek.
"Bagaimana bisa kau merobek kan nya? Kemari lah" kini fifi menarik ujung baju suga menuju ruangan tempat para member berganti baju.
"Dimana aku meletakkan jarum ku?"Suga terdiam melihat fifi yang berjalan kesana kemari. "Kau bisa mengganti bajuku saja"
Sejenak fifi melihat ke arah suga bingung. "Maksudku haruskah aku berganti baju saja?"
"Tidak. Itu adalah konsep.. aku hanya harus menjahitnya sedikit."
"Fifi-shi.."
"Iya"
"Mau berkencan?"
Hal itu langsung di tolak mentah-mentah oleh fifi. Dia tidak menyukai suga. Atau mungkin fifi tidak tau apa itu berkencan?
Namun di 2014 fifi mulai menyukai suga seiring berjalannya waktu.
Di tanggal yang sama dan hari yang sama suga kembali mengatakan kepada fifi.
"Mau berkencan?""Kau masih menyukaiku?"
"Eoh.."
"Kenapa?"
"Tidak tau, aku tidak punya alasan"
Fifi mengangguk. Meski dia tau resiko apa yang menunggu di depan sana. Namun fifi tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia sangat mencintai suga.
Setiap hari fifi menghabiskan waktu untuk selalu menyadari bahwa dia hanya seorang stylish dari seorang idol. Hal itu selalu ia lakukan. Maka dari itu tidak apa-apa jika suga tidak memberinya kabar.
"Fifi-ya.. turunlah kita sudah sampai."
Fifi yang termenung kini kembali sadar. "Maafkan aku, ayo masuk"Sesaat setelah suga memakai masker kini dia tidak menemukan fifi karena sudah jalan terlebih dahulu. Suga sedikit berlari melewati lorong panjang. Apartemen fifi benar-benar besar. "Duduklah aku harus mengganti pakaianku."
**********************
"Kau tak ingin berbicara? Aku salah? Maafkan aku" kata fifi. Tangannya sudah menggenggam erat tangan suga yang kini hanya menyandarkan punggung di sofa sembari menonton tv. "Setidaknya Katakan sesuatu"
Fifi mencium pipi suga lembut, dia pikir jurus satu ini akan meluluhkan suga. Namun tidak. Suga tak berkutik sedikitpun. "Oppa!!" Suga menoleh.
"Ada apa?"
"Maafkan aku"
"Sekarang jelaskan"
"Apa yang harus aku jelaskan?"
"Mengenai indonesia. Apa kau benar-benar pergi?"
Fifi kini pasrah. Big Hit tidak pernah membuatnya istirahat membuat fifi tidak punya waktu untuk berpergian.
"Tidak.. hanya saja aku menyuruh orang untuk kesana. Tapi sungguh ke sana untuk mengajak bekerja sama""Fifi-ya jujurlah padaku lain kali"
Kini suga memeluk fifi singkat. Sebenarnya tidak masalah bagi suga jika fifi yang pergi ke indonesia. Namun dia harus tau untuk apa fifi kesana.
"Selain itu maafkan sikapku hari ini.""Apa kau sungguh tulus meminta maaf?"
"Tidak kah kau lihat mataku?"
"Mengetahui kau berbohong membuatku tak mempercayai mu dangan mudah."
Fifi terdiam. Dia menyesal tidak memberi tau suga mengenai bar yang dia kelola selama ini.
"Dan jangan minum tanpaku mulai sekarang"
"Jangan mencoba mengaturku"
Fifi menatap tajam mata suga. Suga yang bingung hanya diam. Tatapan fifi seperti predator yang akan siap memangsa jika ada yang berani mengganggu nya. "Kau tidak ingin di atur? Untuk apa kau hidup. Bahkan hidupmu saja tuhan yang mengatur."Fifi diam seribu bahasa setelah mendapat tusukan tajam dari suga.
Kini dia menutup rapat matanya.
"Istirahatlah. Aku akan pulang sekarang" suga beranjak dari duduknya. "Pulang? Kemana?"Tak ada yang suga katakan. Dia berjalan menuju pintu. "Kau marah?"
Suga masih tak menghiraukan fifi yang menarik-narik kemejanya. Dia mulai memakai sepatunya. "Kau marah? Maafkan aku. Aku akan berhenti minum mulai sekarang""Ya! Min yoongi!"
"Jangan membuatku membencimu fifi. Dan jangan pernah meneriaki ku.. aku sangat membencinya".
Suga melesat pergi. Meninggalkan fifi yang hanya diam sembari berkaca-kaca.merubah siapa dirinya juga suatu hal yang berat baginya. Namun dia segera tersadar setelah suga pergi.
"Harusnya aku tak mengatakannya. Fifi kau bodoh! Mengapa aku meneriakinya. Bagaimana bisa aku bersikap seperti ini."Berpikir membuat fifi tidak bisa tidur malam ini. Dia memutuskan untuk meminum susu hangat supaya membuatnya cepat tidur. Jam menunjukan pukul 02.45 malam. Sedang dia akan berangkat bekerja di jam 07.30 pagi. Mustahil untuknya tidur jika sudah jam tiga pagi.
"Memikirkannya membuatku gila. Aarrggg!! Bagaimana ini? Apa dia benar-benar marah?""Suga kau membuatku gila!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...