Fifi menjerit keras. Kini dia hanya bisa mengamati suga yang belum juga bangun selama dua jam lebih dari CCTV rumah sakit yang berhasil ia retas. Bang shi hyuk benar-benar tidak mengizinkan fifi untuk menemani atau bahkan melihat suga sekalipun. Sedang konser akan di mulai dua minggu dari sekarang.
"Sial! Ini semua terjadi karenaku!!" Fifi membuang kasar tumpukan kertas di mejanya.Beberapa kali fifi menjerit frustasi sampai akhirnya minji datang berusaha menenangkan perempuan yang hanya menggunakan pakaian dalam berwarna hitam itu. "Eonni.."
"KELUAR!!" teriak fifi. Minji tak bisa melawan jika fifi sudah seperti ini. Dia hanya bisa mengamati dari luar ruangan yang hanya terhalang kaca bersama tiga puluh perempuan yang lain. "Apa eonni baik-baik saja?" Tanya perempuan bergaun merah padam itu khawatir.
"Aku akan mengakhirinya sekarang!" Fifi tampak mengikat beberapa pisau di kaki kirinya. Kini dia mulai bersiap dengan setelan hitam dan membiarkan rambut berantakannya terurai begitu saja.
"Maaf membuat kalian khawatir. Minji! Kita bergerak malam ini.." ucapnya sedetik setelah keluar dari ruangan itu. Fifi tampak duduk di kursi sembari mengeluarkan Bom dari kopernya. "Dengarkan aku. Jika sampai terjadi sesuatu padaku, kalian harus pulang ke panti asuhan"
"Eonni.."
"Eonni.. kenapa berbicara seperti itu, kami tidak akan pergi"
"Benar.. eonni kita sudah berjanji akan bersamamu"
"Eonni kumohon jangan seperti ini."
Tiga puluh perempuan itu kini mulai mendekat ke arah fifi. Sorot mata mereka sendu. "Jangan tatap aku seperti itu!" Fifi sedikit tertawa lucu.
"Kalian bersiaplah.. ledakan ini ke sebelas titik seperti yang ku bicarakan kemarin. Minji.. kau dan yang lain hanya perlu mengawasi rencana adik-adikmu supaya berjalan lancar.. selain itu. Jangan takut, aku melatih kalian selama dua tahun penuh untuk bersenang senang.. begitu bom ini meledak, itu akan terlihat seperti kembang api." Sebagian dari mereka tertawa. Tapi tidak dengan minji yang sekarang menunduk gelisah."YA! ANGKAT KEPALAMU SEON MINJI" teriak fifi. Dia menampar pipi kiri minji keras membuat perempuan itu menangis. Sedang yang lain hanya diam. "Eonni.. ini tidak benar! Tolong hentikan" mohon nya. "Berhenti? Aku hampir kehilangan satu orang lagi malam ini kau tau? dan kau bilang kau menyuruhku berhenti?" Dengan cepat minji memeluk fifi yang tubuhnya bergetar hebat. "Eonni maafkan aku.."
"Seokjin bilang.. kau adalah perempuan berhati tulus yang pernah ia temui.. ternyata benar, aku terlalu memaksamu selama ini. Maka dari itu tetaplah disini. Aku tak akan memaksamu lagi kali ini" fifi mendorong minji untuk membuat jarak. "Maafkan eonni.. kau pasti sangat menderita"
"Aku akan ikut bersamamu eonni.. aku lebih takut kehilanganmu" minji menatap fifi dalam. Kali ini matanya sama sekali tak bisa berbohong.
"Bersiaplah. Aku akan memberi tau seokjin untuk menjemputmu setelah ini" langkah kaki fifi mulai menjauh. Kini dia berjalan keluar dari kerumunan itaewon dengan mobil hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...