home

152 7 0
                                    

Suara berisik terdengar saat suga perlahan membuka mata. Seperti suara tamparan keras. Suga masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Hentikan!" Ucapnya masih dengan mata tertutup. Sungguh. Badannya masih lemas. Fifi yang sudah memeluk suga erat kini mulai menangis. Membuat jungkook membuang kasar supit yang ia pegang. Bang shi hyuk yang sudah ikut bergabung itu langsung membuat suga terduduk. "Bagaimana perasaanmu"

"Aku mengantuk" jawab suga singkat. Dia masih berusaha membuka mata dengan sisa energinya. "Jangan! Jangan jangan.." jungkook dengan sigap menahan punggung suga yang hendak kembali tidur untuk tetap duduk. Fifi tertawa. "Jangan sentuh bahuku!"

"Aku tau, aku akan berhati-hati" jungkook menatap lama bahu suga yang di perban. "Kau ingin minum?" Fifi membawa satu gelas air putih dan mengarahkan pada suga. Suga meneguk air itu sedikit demi sedikit. Karena  adannya sangat susah untuk di gerakkan. "Ada tamu" suga melihat dua orang tengah berdiri berdampingan tak jauh dari ranjangnya.
"Eoh.. aku datang menjenguk mu" ayah fifi mendekat membuat suga tersenyum miring. "Jangan berani menyentuh fifi" suga menatap laki-laki tua itu dengan mata sayu. Dia sedikit tertawa sumbang. Sedang ayah fifi hanya diam dan menahan amarahnya. "Sudahlah.. jangan memulainya. Hyung kau pulanglah aku akan mengunjungi mu setelah ini" ayah fifi tertunduk. Kemudian menghela nafas panjang. "Fifi-ya.. jaga dirimu" ucap ayah fifi kemudian berjalan pergi.

"Ahjushi!" Jungkook yang awalnya hanya diam kini di kejutkan oleh teriakan suga. Ayah fifi menoleh. Fifi sedikit mengangkat kepalanya sombong karena suga sudah berada di pihaknya setelah sekian lama hanya diam jika tau ayah fifi sesekali menamparnya. "Fifi milikku. Aku tak akan pernah menyerahkannya pada siapapun" entah mengapa fifi sangat ingin menangis. Laki-laki yang terduduk lemas di atas kasur adalah laki-laki yang selama satu bulan lebih ia abaikan. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut ayah fifi.
Jungkook tersenyum haru melihat suga yang kini memejamkan matanya kembali.

"Aku akan mendengarkan mu dan berhenti minum mulai hari ini." Jelas fifi membuat suga kembali membuka matanya. "Kenapa"
"Kau tau, dia tidak berhenti berdoa saat kau belum sadar, dia bahkan masih membawa baju tidur saat kemari" adu bang shi hyuk pada suga.

"Juga tidak makan selama sehari" timpal jungkook membuat suga tertawa.
"Hyung kapan kau akan pulang?"

"Itu pasti akan lama"

"Aku akan sering mengunjungimu" ucap jungkook.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Telfon fifi berdering nyaring. Tidak terasa matahari sudah di atas kepala dan fifi masih setia duduk di samping suga selama berjam-jam mengawasi suga jika kesulitan untuk bergerak. Meski suga tertidur karena dosis obat. Namun fifi tetap mengawasi suga.

Telfon kembali berdering nyaring.
"Sialan!! Berisik sekali" fifi nekan tombol dan menempelkan handphone itu lekat pada telinganya. "Kenapa?"

"Ya! Kemana saja kau. Jakson hyung mencari mu"

"Sejak kapan kau memanggilnya hyung"

"Mulai hari ini"

"Fifi-ya" suara jakson terdengar keras membuat fifi kembali mengingat kejadian saat suga hampir membunuhnya.
"Jungwo kata kau pergi keluar, kita belum bertukar nomor jadi aku meminta jungwo menelfon mu.. apa aku mengganggu?" Ucap jakson panjang membuat fifi berkaca-kaca.
"Maafkan aku, aku akan menghubungimu lain kali."

"Apa kau sibuk?"

"Eoh" angguk fifi meskipun jakson tidak melihatnya namun ia tau fifi mengiyakan pertanyaannya.
"Yasudah tolong hubungi aku lain kali" telfon tertutup sepihak.
Lutut fifi merasa sangat lemas.
Apa masalah ini tidak akan berhenti? Kenapa dia datang lagi?

Fifi melihat suga yang kini bergerak seolah tidak nyaman dengan posisi tidurnya. "Apa tidak nyaman?" Fifi memberi bantal di kanan dan kiri tubuh suga. Supaya dia tidak banyak bergerak. "Fifi apa itu kau?" Fifi sedikit tertawa. "Iya ini aku."
"Kau tidak pulang?" Fifi menggeleng.

Dia mengelus kepala suga pelan.
"Bang shi hyuk bilang dia meminta orang tuaku kemari.. apa mereka disini?" Tanya suga.

"Buka lah matamu terlebih dahulu" jawab fifi tertawa. Suga mencoba membuka matanya yang masih terasa berat. Tatapan pertama saat suga membuka mata adalah fifi. Suga tersenyum kemudian meraih pipi fifi, mengusapnya lembut.
"Kau menangis"

"Tidak"

"Apa kau bosan?"

"Tidak"

Suga terdiam begitupula dengan fifi.

"Apa masih sakit?" Tanya fifi

"Eoh"

"Apa sangat sakit?"

"Eoh"

Kemudian hening. Mereka hanya saling menatap dan menggenggam tangan. Suga sangat suka suasana ini. Beberapa menit setelah itu telfon fifi berdering. Membuat suga terkejut dan menyuruh fifi mengangkatnya.
Jakson? Kenapa dia menelfon ku? Apa yang harus ku katakan! Matilah aku.

"Halo"

"     ...    "

"Aku akan kesana, tapi tidak sekarang." Fifi melihat suga sekilas
"Siapa?" Tanya suga tanpa suara.
Fifi hanya diam tanpa menjawab pertanyaan suga.

"Orang tuamu? Sekarang?" Jawab fifi terkejut. Jakson yang kini menelfon fifi memintanya untuk ke itaewon karena jakson bilang akan dia akan mengenalkan fifi pada orang tua nya.
"Fifi-yaa!!" Teriak suga. Seketika tubuhnya bergetar, dia terkejut dan juga takut.
"Berikan padaku!" Satu tangan suga menengadah seolah menagih sesuatu. Sedang fifi tak punya pilihan lain selain memberikan handphone itu pada suga.

"Kau bisa kan?" Tanya jakson.

"Wang jakson." Jakson terdiam mendengar suara seorang laki-laki yang tak lain adalah suga.

"Suga? Apa itu kau?"

"Jangan berani mendekatinya atau ku sebarkan vidio menangis mu saat mabuk bersama namjoon!" Ancam suga. Fifi merasa bingung dengan ancaman tak masuk akalnya. Vidio? Namjoon? Aarrghh sudahlah. Kini fifi mendekati suga dan memasang wajah memelas agar suga merasa iba.

"Ya! Min suga.. kau bersama fifi? Berikan telfonnya pada fifi"

"Sudah ku bilang jangan mendekatinya dasar brengsek kau!!"
Jakson tertawa terbahak-bahak pasalnya dia juga belum mengerti mengenai ancaman suga kali ini.

"Jangan bercanda kau! Berikan padanya sekarang" ketus jakson.

"Kau sedang berbicara dengan kekasihnya sekarang" kata suga sinis sembari melihat wajah fifi yang mulai pucat ketakutan.

"Sungguh?"

"Kita harus bertemu lain kali, setelah aku sembuh.. kemudian kita minum" suga mematikan telfon sepihak. Tubuh fifi melemas. Dia mulai menunduk dan memeluk suga pelan.

"Aku tidak marah." Suga menepuk lengan fifi. "Jungwo memberinya nomorku. Bukan aku yang memintanya. Kau percaya padaku?"

"Iya." Singkatnya

Di sisi lain suga sangat ingin membunuh jakson yang saat ini tengah berpikir keras mengenai hubungan fifi dan suga. Namun suga tidak akan mengulang kesalahan kedua seperti kemarin. Dia akan mengontrol emosinya mulai sekarang.

Suga menghela napas "aku ingin cepat pulang ke rumah"

I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang