Ahhh..
Oppa!
"aarggh! Sial.. kau nikmat sayang"
Suga mencium dahi fifi dalam. Membiarkan perempuan itu sedikit kesakitan karena kelelahan. Kedua tangan suga memegang kaki jenjang fifi agar lebih membuka jalan untuk miliknya di bawah sana. "Kau lelah, huh?" Suga mulai mempercepat ritme maju mundurnya. "aaah! Aaa-hhh oppa! H-hentikan" kedua tangan fifi menahan berat suga yang semakin menindihnya."AARHHH! Aahh! Emmphh" Suga memeluk fifi erat. Cairan putih itu mulai mengalir keluar dari lubang fifi. Napas mereka naik turun membuat suga menyeka rambut berantakan fifi kemudian memberi ruang untuknya bernapas. Bagaimana tidak, suga memangsanya hampir tiga jam. Area sensitif fifi sudah sangat nyeri sekarang. Satu tangan suga mengusap perut fifi pelan. "Ayo buat suga kecil disini" suga tersenyum riang sembari sesekali mengusik fifi manja. "Tidak!" Singkat fifi. "Kalau begitu berhentilah bekerja dan biarkan aku yang bekerja!" Satu tangan suga yang masih berada di atas perut fifi itu kini mulai naik. Fifi menahan napasnya, berusaha untuk tetap tenang meski suga meremas dada penuh miliknya. "a-akan ku pikirkan" gugupnya. Suga semakin menarik tubuh fifi untuk merapat padanya. "aku tidak suka jika kekasihku jauh dari pengawasanku. Maka dari itu jadilah asistenku saja"
Seketika tawa fifi meledak. "Jangan bicara yang tidak-tidak.. tidak ada idol yang punya asisten" mata mereka bertemu kali ini. "Kalau begitu aku akan benar-benar membuatmu hamil agar PD-nim memecat mu"
.
.
.
.
.
.BTS kembali beraktifitas seperti biasa. Hari ini pembuatan MV hari ketiga untuk lagu baru mereka Butter.
Fifi tampak sibuk dengan baju suga.
"Pakai masker mu!" Ketus seokjin padanya. Dia baru saja datang bersama member yang lain. Fifi hanya melihatnya bingung dan kembali memakai maskernya. "Aku rasa aku menamai bajunya SUGAR. dimana aku menaruhnya. "Kau mencari baju suga? Aku menaruhnya di samping meja rias, maafkan aku tadi ada properti yang harus ku ambil di sini" ucap namja itu sopan."Eoh.. kukira aku lupa menaruhnya. Terimakasih" fifi sedikit membungkuk dan berlalu begitu saja. Mata suga sedikit mengintimidasi fifi ketika fifi mengambil tas baju di depan laki-laki itu. "Tadi ada yang menaruhnya disini" ucap suga. "Syukurlah, aku kira aku menghilangkannya."
"Kau mengenal orang itu?"
"Aku selalu melihatnya, tapi aku tak mengenalinya." Ucap fifi. Kedua tangannya sibuk menggantung baju suga. Beberapa staf mulai berdatangan untuk merias para member. "Hoseok-aa.. mije nuna menyuruhku untuk memberikan ini." Hoseok mengambil buku itu dari tangan fifi. "Wah.. nuna, tidakkah dia itu keterlaluan? Bagaimana bisa dia memberiku novel bahasa inggris untuk di terjemahkan" hoseok membolak-balik halaman itu selama beberapa kali kemudian melempar buku itu ke sembarang tempat. Fifi menahan tawanya. "Aku hampir gila" singkat hoseok.
"Fifi, bisa kau menata rambut suga sebentar, aku harus ke kamar mandi.. maafkan aku" ucap staf itu. Fifi hanya tersenyum ke arah suga kemudian menata rambutnya perlahan. "Bagaimana penampilanku?"
"Tampan" ucapnya. Suga tertawa masih dalam posisi menunduk.
"Hyung! Nanti kita makan apa?" Tanya jungkook. "Kenapa kau bertanya padaku?""Hyung sudah janji membuat makan malam"
"Tanya seokjin hyung, dia janji padaku akan menggantikan ku memasak malam ini" jungkook segera pergi menuju seokjin yang tengah duduk di samping namjoon sembari memakan beberapa snack yang staf siapkan.
"Dia akan kemari." Suga segera mengambil posisi tidurnya berharap jungkook berhenti merengek padanya. "Yoongi-yaa.. kau membohongi jungkook.. mana ada aku membuat janji seperti itu" seokjin yang berdiri di samping suga kini mulai geram karena suga tak meresponnya. Dia masih menunduk dan pura pura untuk tidur. "jin hyung! Boleh kumakan?" Teriak namjoon.
"TIDAAAKK!!!!" seokjin segera berlari meraih snack itu dari tangan namjoon.
.
.
.
.
.
."Akhirnya dia memasak untuk kita, ending yang menyenangkan." Ucap namjoon sembari menata beberapa mangkuk. "Akhir-akhir ini dia sangat aneh"
"Aku bisa mendengarnya." Suga kembali membawa satu mangkuk besar berisi sup. "Itu karena fifi akan berhenti bekerja" sela seokjin. "Bagaimana bisa hyung tau?"
"PD-nim menceritakannya padaku. Fifi akan menjadi asistennya mulai besok, bukan begitu?" Suga mengangguk dan tertawa. "aku dengar kita juga punya translator baru, mije bilang dia juga akan mulai bekerja besok" ucap hoseok. Meja makan itu penuh tawa saat ini. Tawa suga semakin lepas ketika jungkook merebut makanan jimin yang hanya diam pasrah.
"Apa yuri juga baik-baik saja?" Tanya taehyung. "Eoh.. dia sudah mulai berani sekarang." Jawabnya malu. Sedang para member yang tau itu hanya membalas jimin dengan tertawa."PD-nim bilang sebentar lagi kita akan konser dan bertemu army kan? Siapa yang akan kau ajak hyung" tanya jungkook pada namjoon. "Tidak ada yang istimewa. Aku tidak akan mengajak siapapun"
"Bagus. Kau hanya akan repot jika mengajak seseorang" sahut seokjin.
"Apa kalian berkencan? Kenapa kalian selalu sependapat!" Jerit taehyung sedang seokjin hanya tertawa. "Itu namanya telepati taehyung-aa.. lihatlah dari sisi lain.. kita sudah tinggal bersama selama bertahun-tahun" jawab namjoon.
Sedang suga hanya tersenyum tipis, masih fokus pada makanannya.
"Apa seiyeon akan ikut hyung?" Tanya jungkook gugup. "tidak tau" singkat seokjin. Para member melihat ke arah seokjin. Mereka saling menatap bingung. "Ada apa? Kau bertengkar dengan seiyeon?" Tanya suga. "Berhenti bertanya hal yang tidak penting, ayo makan dan istirahat dengan cepat. Jadwal kita sangat padat." Jawab seokjin panjang.Jimin mendobrak pintu kamar suga kasar. Tak ada siapapun yang ia temukan.
"YOONGI-AAAA" teriak jimin."Tutup mulutmu itu!" Sahutnya ketus. Suga keluar dari kamar mandi kamarnya dengan telanjang dada sehabis mandi. "Oh. hyung.." jimin menutup mulutnya. Sedang suga menepis tangan jimin yang menyentuh punggungnya berkali-kali.
"Keluar" sinis suga. Langkah kaki jimin mulai menjauh. Namun yang suga temukan malah sebaliknya. Jimin tampak tersenyum miring di belakang pintu. "Kenapa? Hyung mau ganti baju.. ganti saja, aku sama sekali tidak terganggu. Aku tidak keberatan."Jimin mulai diam ketika suga mulai berjalan ke arahnya. "aku akan membunuhmu jika kau tidak keluar dalam hitungan ke tiga. Satu!" Ucapnya sembari mengurung jimin. Sedang laki-laki itu terus tersenyum lebar mengamati suga dari atas sampai bawah. "mana bisa aku pergi jika hyung mengurungku"
"DUA" suga semakin mendekat.
*Kiss*
Suga terdiam. Matanya membulat ketika bibir jimin nempel singkat pada bibir tipisnya. "Hyung! Aku hanya bercanda.. Bernapas lah!"
Jimin mendorong suga pelan ketika suga masih diam tanpa bergerak sedikitpun. "Beraninya kau mencium ku! Dasar sialan!" Wajah datar suga membuat jimin memundurkan badannya perlahan. Tangannya sibuk mencari gagang pintu. Percayalah Suga sangat berbahaya jika sudah seperti ini.
"Ya! Hyung.. aku bercanda.. aku pergi, aku akan pergi sekarang." Wajah ketakutan jimin kini menghilang setelah ia keluar dari ruangan itu."Itu lelucon yang berbahaya. Park jimin!" Gumam suga yang masih diam di posisi yang sama. Dia antara sadar dan tidak sadar karena jujur saja dia sangat terkejut saat jimin menciumnya tadi. Meski jimin hanya menempelkan bibirnya tapi itu bukan hal sederhana yang bisa suga sepelekan begitu saja.
"Apa dia pikir dua orang dewasa yang berciuman itu hal yang lucu? Bodoh sekali." Jangan di tanya. Suga tampak tersenyum sekarang.
"Bagaimana bisa kau bilang hanya bercanda. Kau benar-benar bodoh park jimin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...