09.14

106 6 0
                                    

Mata fifi membulat sempurna ketika dia mendapati suga kembali menang dalam permainan kartu malam ini. Dia berdencih kesal dan senang. Suga tertawa riang sembari menuangkan whisky ke gelas fifi. Meski dia sudah cukup mabuk hari ini. Namun dia tidak bisa menolak hukuman yang dia sendiri tetapkan sedari awal.

"Sayang sekali aku terlalu hebat. Kau salah memilih lawan.. fifi-ya"

"Sungguh? Ayo sekali lagi aku akan membuat mu mabuk kali ini, aku akan menyeret mu sampai depan apartemen dan meninggalkanmu."

"Bicara apa kau ini? Kau membicarakan diri sendiri rupanya" suga tertawa sumbang. Sedang fifi mulai geram melihat suga yang memandangnya dengan tatapan puas.
"Ayo kita pulang.. besok kau harus bekerja bukan?"

"Bekerja? Aku tidak peduli!! Aku akan mengalahkan mu kali ini" kedua tangan suga segera meraih pinggang ramping fifi kemudian memapahnya keluar dari ruang VVIP itu.
"Oppa.. kau tampan sekali"

"Aigoo.. berat badanmu naik? aku hampir tak kuat memapah mu seperti ini. Ayo turun."

"Kau jahat sekali tuan min.." kata fifi. Suga mengamati perempuan yang kedua matanya tertutup rapat. Sesekali dia tersenyum karena fifi seperti sedang berusaha untuk sadar sekarang ini. Kedua tangan suga masih berada di pinggang fifi untuk menjaga keseimbangan perempuan yang kini tersenyum padanya.
"Ahjushi bilang padaku untuk membawamu ke psikiater." Suga terdiam. "Untuk apa aku membawamu ke psikiater? Aku akan membuatmu sembuh kan?"

"Eoh.. kau adalah dokterku"

"Oppa.. aku akan membuatmu sembuh.. jangan bersedih. Aku akan menjagamu dan memperlakukanmu dengan baik" fifi dengan cepat memeluk suga. Dengan tanpa sadar air mata suga menetes. Fifi tidak tau mengenai kondisi mental suga yang semakin parah belakangan ini. Dia tak punya waktu untuk bercerita hal seperti itu. Suga akan lebih senang menghabiskan waktu dengan bermain bersama fifi dari pada bercerita tentang hal yang nantinya akan membuat perempuan yang sedang memeluknya ini khawatir.

"Fifi-ya.. ayo pulang"
.
.
.
.
.
.

Fifi menunduk lesu menutupi tubuh telanjangnya.

Bagaimana tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana tidak. Ruangan ini bukan milik suga atau fifi. Bukan hotel atau apartemennya. Mata fifi mencari suga yang tak ia temukan di ruangan besar bernuansa hitam itu. "OPPA!!!!"

Cekleek..

"Kau memanggil ku?" Fifi berlari ke arah suga dan memeluknya erat.
"Ya!! Kau ini kenapa?" Teriak suga bingung. "Apa aku di culik" kata fifi. Suga tertawa melihat raut bingung fifi. "Ah benar, kau belum pernah melihat penthouse ku kan.. ayo pakai bajumu terlebih dahulu"

"Tunggu? Penthouse? Punyamu? Kau serius?" Fifi benar-benar tak peduli dengan tubuh telanjangnya yang hanya di tutup selimut hingga tampak seperti memakai gaun dari belakang. Suga terus mengikuti fifi yang sudah berlari keluar untuk melihat lihat.
"Ini keren.. aku tidak tau oppa memiliki penthouse sebesar ini."

I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang