Dua orang yang trauma.

89 6 0
                                    






Suga pov

Hari semakin panas ketika jam menunjukan pukul 13.00 siang. Sialnya aku malah terjebak di penjara yang sengaja ku masuki sendiri. Banyak peralatan yang harus ku tata siang ini.

Biiippp..

Pintu terbuka memperlihatkan perempuan yang satu minggu ini menyempatkan dirinya untuk memberiku makan. "Oppa.. mau ice cream? Hari ini sangat panas bukan?" Fifi melepas sweater nya dan menyisakan kaos tipis berwarna putih miliknya. "Kemari" kedua tanganku meraih pinggangnya hingga dia terduduk di pahaku. "Aku membawakan mu air dingin, americano ice dan beberapa makanan."

"Aku akan memakannya nanti." Kataku. Fifi hanya tersenyum, sesekali jemarinya bergerak memainkan rambut berantakan ku. Jika di lihat dari dekat, dia sangat pandai membuatku secara tidak sadar menciumnya. Ciuman lembut. "Ada apa? Ada yang mengganggu pikiranmu? Kenapa tiba-tiba menciumku?"

"Tidak" aku menyandarkan punggungku pada sofa karena lelah. Satu tanganku masih menumpang pada paha fifi. "Oppa? Kau lelah? Mau aku pijit?"

"Tidak usah" tanganku menarik fifi untuk lebih memelukku. Dia hanya diam dan sesekali memasukkan tangannya pada lengan kaos oversize hitam yang ku kenakan. Hal lucu yang membuat lelahku seketika hilang sekarang. "Bagaimana hari ini?" Tanya ku. Jemariku mengusap surai hitam panjang miliknya.

Tatapan fifi mulai sendu seolah-olah ada segunung perasaan sedih yang tak berani untuk ia ledakan. "Biasa saja. Apa oppa lelah? Hm?"

"Iya, sedikit."

"Biar ku peluk" dia memelukku erat kemudian mendorongku untuk membuat jarak, lalu melihatku dengan teliti. "Aku akan ke itaewon besok, ada pekerjaan yang harus ku urus.. kemungkinan aku akan libur selama beberapa hari."

"Pekerjaan? Kenapa tiba-tiba?"

"A-aku harus mengerjakan sesuatu yang tak bisa jiwon lakukan, dia bilang dia butuh bantuan ku" fifi tersenyum ke arahku. Satu kebohongan lagi yang ia ucapkan sejauh ini. "Hm.. jangan mabuk dan merepotkan orang lain" kataku.

"Ya! Meskipun aku mabuk aku selalu pulang dengan selamat." Tangan kecilnya memukul dadaku pelan. Membuatku tertawa lucu melihatnya. "Baiklah aku harus pergi sekarang, jangan lupa makan dan jangan sampai sakit. Jika oppa sakit aku akan khawatir!" Lanjutnya tegas. Kedua tanganku masih enggan melepaskan fifi, namun aku tak bisa mencegahnya dan dia selalu saja pergi tanpa menoleh kebelakang.

"Kebohongan itu tidak bisa di bilang cinta fifi.. apa kau sedang mempermainkan ku?" Aku hanya melihat saat pintu studio itu kembali tertutup rapat. "Padahal aku sudah tau semuanya" gumam ku.

Bahkan satu minggu yang lalu aku melihat fifi yang dengan santainya merokok di balkon penthouse sembari memukul keras kepalanya sendiri hingga berkali-kali. Bukankah CCTV tak pernah berbohong? Fifi bahkan menenggelamkan dirinya sendiri di kolam renang, jika tidak ada maid yang melihatnya aku yakin akan terjadi hal yang berbeda. "Kenapa dia seolah bertindak baik-baik saja" gumam ku kemudian

Ada cukup ruang untuk menaruh beberapa makanan di meja besar di samping komputer ku. Berapa hari aku tak pulang? Lima hari? Satu minggu? Aku bahkan tak bisa membedakan pagi dan malam jika sudah berada di studio ini. "Aku sangat lelah" mataku terus melirik makanan yang fifi siapkan. Dia bahkan menaruh obat nafsu makan di makananku, itu tercium dari baunya. Beberapa botol kosong itu juga seolah berbicara "pulanglah kau terlalu lama disini."

Drrtttttt.. drtttt

"Halo?" Kataku.

"Tuan aku mengirim file yang kau minta kemarin." Ucap salah satu maid itu lembut.

I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang