kehilangan

192 7 0
                                        

Di tengah malam saat lampu rumah sakit di matikan fifi masih terduduk lemah di depan ruang operasi suga.
Pintu terbuka. "Dokter, bagaimana keadaan suga?" Mimik wajah fifi panik sekaligus khawatir. "Tak ada yang perlu di khawatirkan nona. Operasi berjalan lancar."

"Bolehkah aku masuk?" fifi langsung menerobos masuk ketika si dokter menganggukkan kepala. Dia tampak sedikit berlari. Ketika ia dapati suga masih dalam keadaan belum sadar, fifi menangis. Sungguh. Dia sangat menyesal. "Maafkan aku" meski suga hanya operasi dan akan sembuh nantinya. Tapi fifi khawatir jika hal yang lain yang menimpa suga. Fifi menenggelamkan kepalanya di kasur suga, memegang erat jemari laki-laki yang sangat ia rindukan.

"Suga-ya dengarkan aku sayang.. kau mendengar ku kan? Aku merindukanmu.. cepatlah bangun. Aku janji akan mendengarkan mu. Aku tidak akan meninggalkan mu kumohon" dadanya naik turun. Tak ada yang bisa fifi lakukan selain menangis.

Sampai pada titik dimana dia merasa lelah karena bergulat dengan rasa khawatirnya seharian penuh. Seseorang dari balik pintu itu melihat fifi yang tertidur memeluk suga, mengisi ruang kosong di kasur besar milik suga. "Nona.. kau belum makan apapun, aku membawakan makan untukmu" fifi terbangun dan betapa terkejutnya dia saat yang ia temui adalah laki-laki bergigi kelinci di jam 04.00 pagi.
"Jungkook-shii.. kau datang? Maafkan aku." Fifi segera beranjak menyusul jungkook yang membawa dua tas besar di kedua tangannya menuju meja di pojok ruangan tak jauh dari kasur suga.

"Kau membawa banyak sekali makanan untuk apa?" Tanya fifi bingung. Pasalnya meja itu penuh oleh makanan yang jungkook bawa sekarang. "Tidak tau, tapi ayo kita makan." Jungkook tampak sangat bersemangat. Dia sudah tersenyum dengan mulut penuhnya ke arah fifi.
"Apa Kau tidak ada jadwal hari ini?" Tanya fifi

"Aku? tidak, tapi jimin hyung dan namjoon hyung ada pemotretan"
Fifi mengangguk jelas.

"Apa aku boleh bertanya?" Mata polos jungkook membuat hati fifi serasa meleleh gemas. Benar yang dikatakan army. Jungkook seperti bayi.
"Boleh." 

"Sebenarnya aku tidak ingin bertanya. Aku akan membuat pernyataan tiba-tiba"

"Pernyataan tiba-tiba? Apa itu?" Sekali lagi fifi bingung. Jungkook meletakan mangkuk dan supit nya di atas meja seolah membuat persiapan untuk pernyataan tiba-tiba itu. Fifi dengan spontan juga meletakan mangkuknya di atas meja dan menarik nafas.

Hening. Jungkook belum juga mengatakan apapun. "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan!" kesal fifi membuat nada tinggi. jungkook terkejut namun sekarang dia malah tertawa puas.
"Benar yang suga hyung katakan. Kau sangat agresif dan pemarah." Tawa jungkook meledak. Membuat fifi tertunduk malu. "Apa suga banyak bercerita tentangku?"

"Sebenarnya tidak. Dia lebih suka bercerita dengan jin hyung atau tidak namjoon hyung.." fifi kembali mengangguk paham dan tersenyum. Seokjin? Benar saja, hanya seokjin yang berani berbicara tidak formal padanya. Meski seokjin terpantau jauh lebih tua dari fifi namun fifi termasuk orang asing bagi seokjin. Entah mengapa suga yang bercerita mengenai fifi malam itu membuatnya merasa seperti sudah mengenal fifi.

"Apa dia masih tak menghubungimu?" Seokjin terduduk di sebelah suga dengan membawa dua americano kesukaannya dan suga. "Belum"
Suga tersenyum tipis. Tapi suga yakin fifi sedang tidak sendiri saat ini.
Karena mije bilang fifi berada di rumah bersama adiknya sekarang.

Itu membuat suga sedikit tenang.
"Kalau begitu hubungi dia terlebih dahulu dan katakan kau akan operasi besok."

"Sudah, tapi tidak di angkat, sebenarnya aku tau dia sedang ketakutan. Tapi aku yakin itu tidak akan lama hyung. Karena dia sangat pintar beradaptasi"

"Jangan bertengkar atas dasar cemburu, itu bisa di bicarakan baik-baik" tutur seokjin yang langsung di iyakan oleh suga. "Kemarin saat konser jakson mengirim bunga untuknya." Adu suga pada seokjin, suga menggeser tubuhnya menghadap seokjin. "Iya jimin juga menceritakannya padaku. Jika dia tidak datang kau akan membunuhnya" seokjin sedikit tertawa membuat suga juga tertawa.

"Ya! Jimin.." kesalnya.
"Jadi apa isi surat di bunga itu?"
Seokjin memandang lekat lekat mata suga yang sesekali mengalihkan pandangan itu.

"Dia bilang aku mengundangmu makan malam di rumahku. Aku akan mengenalkan mu pada seseorang bagaimana bisa hal seperti itu tidak membuatku ingin membunuhnya."

"Meski begitu berpikir untuk membunuh orang yang kita cintai akan membuat kita menyesal seumur hidup."

"Kau benar"

"Apa dia pernah bertemu jakson sebelumnya?" Suga terdiam lama pasalnya dia sendiri tidak tau.
"Dia bilang hanya beberapa menit" final suga.

.
.
.
.
.
.

Suara pintu terbuka. Membuat fifi terkejut. "Ahjushi.. " bang shi hyuk tampak terburu-buru membawa tas kecil hitam. "Ganti pakaian mu sekarang. Ayahmu menuju kemari." Fifi merasa di ambang jurang yang jika saja ia salah melangkah. Dia akan jatuh dalam jurang. Tanpa berpikir lama fifi segera mengambil tas yang bang shi hyuk bawa kemudian menuju kamar mandi. "Baju apa yang kau bawa"

"Entahlah pakai saja." Bang shi hyuk segera duduk di samping jungkook. Drama seperti ini sangat sering fifi lakukan bersama bang shi hyuk.
Sedang jungkook hanya terus makan tanpa memperdulikan apapun.

"Kau yakin ini baju untuk mengunjungi orang sakit?" Tunjuk nya pada bang shi hyuk setelah keluar dari kamar mandi.

"Kau yakin ini baju untuk mengunjungi orang sakit?" Tunjuk nya pada bang shi hyuk setelah keluar dari kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu tidak penting sekarang."
Jungkook bertepuk tangan tanpa suara saat melihat fifi yang tampak seperti orang penting. "Itu terlihat berlebihan. Tapi kau terlihat luar biasa" ucap jungkook membuat fifi sedikit malu.

Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki dengan setelan jas rapi dan perempuan yang sekarang menggandeng laki-laki itu mesra.
"Aigooo.. hyung kau sudah datang" sapa bang shi hyuk. "Eoh shi hyuak-aa apa kabarmu?"

"Aku baik" bang shi hyuk kini juga sedikit membungkuk, menyapa perempuan itu.
"Bagaimana keadaannya" fifi menoleh, tanpa sedikitpun tersenyum ataupun menyapa pada ayahnya.
"Dia baik-baik saja." Fifi meraih tangan suga dan mengusapnya lembut.
"Kenalkan, dia ibumu" perempuan itu tersenyum ke arah fifi. "Aku tidak peduli, maafkan aku nona" meski fifi terlihat membalas senyuman perempuan itu namun matanya mengisyaratkan kebencian.
Meski dia lebih membenci ibu nya dari pada ayahnya tapi bukan berarti fifi mau mempunyai ibu baru.

"Jaga bicaramu fifi!" Rahang tegas ayah fifi terlihat jelas kemudian dia mengepalkan tangannya siap.
"Nona duduklah kau pasti lelah" sela bang shi hyuk mencairkan suasana.
"Terimakasih.." balas perempuan itu lembut.

Fifi sangat benci suasana seperti ini.
"Pergilah jika hanya ingin membuat keributan disini."

"Jangan menikahinya." Ucap ayah fifi tiba-tiba. "Sampai kau memohon pun aku aku akan tetap menikahinya" fifi menggenggam erat tangan suga.
"Kenapa kau selalu membantahku!"
"Karena kau bukan ayahku!"

Plakkk!!

Satu tamparan mengenai pipi kiri fifi dengan sangat keras. "SUDAH KUBILANG JAGA BICARAMU DASAR JALANG!!" Tak ada air mata yang keluar dari mata fifi. Yang ada malah dia merasa semakin benci laki-laki di depannya ini. "Kau pikir aku tidak tau kau selalu bermain dengan pria di bar?" Kini fifi mulai tersulut emosi.

"Hentikan." Ucap suga lirih masih dengan mata yang tertutup.

"Suga-ya.." fifi segera menghampiri suga. Memeluknya erat.



I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang