CEMBURU 3

110 6 0
                                    


00.45
00.44
00.43
00.42
00.41
00.30
.
.
.
.

  
Fifi menangis takut. Tangannya bergetar hebat ketika dia memegang delapan kabel berwarna sama. Dia tidak tau harus memotong bagian mana. Sampai.


00.12
00.11
00.10
00.09
00.08
.
.
.
.
.

      
"Eonni.." fifi memeluk kepala perempuan yang sekarang menangis.
"Maafkan aku, aku melibatkan mu." Lanjutnya.

"Maafkan aku!" Dengan nafas yang tidak beraturan, hwan segera memotong dua kabel bagian kiri dan kanan. Fifi terkejut karena bunyi boom itu belum juga hilang setelah hwan memotongnya.

"Hwan! Kenapa?"

Tiiiiiiiiiiiiittt..

00.03
00.02
00.01
.
.
00.00
.
.
.

  "Berhasil?." Hwan memeluk fifi erat kemudian menariknya untuk menjauhi perempuan itu. Dia sangat khawatir sekarang. Kaki fifi mendadak melemas ketika boom itu berhasil mati. "Aku.. takut.." tangisnya pecah. Tangan hwan dengan cekatan memapah fifi keluar dari ruangan luas itu. Fifi memeluknya erat. "Aku harap ini hanya mimpi.. oppa. Aku takut..."
Tangis fifi tak kunjung reda saat tim medis dan beberapa polisi menghampirinya. Dia juga masih tidak melepaskan pelukannya pada hwan.
"Fifi-yaa.. tidak apa-apa.. aku disini. Jangan takut. Lihat aku, aku disini" hwan terus mengusap lembut kepala fifi. Laki-laki itu tersenyum saat fifi kembali memeluknya. "Harusnya kau datang lebih cepat"

"Maafkan aku.. aku terjebak macet"

Fifi tau. Hwan adalah orang yang paling bisa di andalkan saat-saat seperti ini. Rasanya aneh jika fifi menganggap hwan hanya partner kerjanya. Para staf bahkan mulai saling berbisik ketika fifi mulai melepaskan pelukannya. Fifi merasa sepertinya dia akan dijauhi mulai sekarang. "Sial" batinnya.

Suga berdiri meremas tas yang ia pegang. Di samping itu taehyung berdiri di depan suga agar laki-laki itu tidak melihat saat dimana fifi memeluk hwan dengan erat.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku menghawatirkan mu hyung" taehyung tersenyum ke arah suga.

"Ini gila! Sepertinya ancamannya tidak main-main" hoseok menutup mulutnya terkejut saat polisi keluar dengan perempuan berbaju lusuh. "YA! YANG BENAR SAJA.. PEREMPUAN?" lanjutnya.

"Wah dia sangat berani" namjoon tersenyum miring.

"Eonni..." Dua polisi itu berhenti saat fifi mulai menghampiri perempuan yang kini di borgol. "Apa kau terluka?" Lanjutnya. "Tolong obati tangannya terlebih dahulu. Pastikan dia makan dan tolong perlakukan dengan baik. Pelakunya bukan dia"

"Siapa namamu?" Tanya perempuan itu. "Namaku fifi.. eonni aku akan mengunjungimu, jadi jangan terlalu khawatir"

"Namaku sunjhe.. park sunjhe" perempuan itu tersenyum. Meski fifi sedikit merasa lega. Tapi ia tetap khawatir karena luka sayatan perempuan itu terbuka dan masih mengeluarkan darah.

"Kau yakin bukan dia pelakunya?" Hwan sedikit menarik fifi saat sunjhe kembali dibawa polisi menuju kantor polisi. "Aku sangat yakin." Jawabnya pelan. Seluruh staf di pulangkan hari ini. Fifi melihat para member dan sepuluh bodyguard sedang menunggu antrian staf yang keluar dari gedung. Mereka tampak gelisah dan juga khawatir. Mata suga tak henti-hentinya melihat ke arah hwan dan fifi. Dia sangat benci laki-laki itu mulai sekarang. Namun disisi lain. Dia tak bisa menutupi rasa khawatirnya pada fifi. Perempuan itu berlari ke arahnya. Rambutnya terurai dan agak sedikit berantakan. Kemeja yang ia kenakan bahkan seperti memakan seluruh badannya. Suga benar-benar ingin memeluk fifi sekarang.

I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang