Suga terdiam cukup lama membuat fifi kali ini yang kembali angkat bicara.
"Kapan kau ada waktu? Aku ingin mendengarkan lagu yang kau buat"
Kini suga melihatnya dengan teliti dan menghiraukan seokjin yang marah-marah dengan seseorang di telfon. "Kapanpun kau mau" singkatnya"Bagaimana jika malam ini?"
"Malam ini? (terdiam) biar kupikirkan aku akan menjemputmu selesai kerja"
Ini jawaban panjang suga beberapa hari terakhir ini. Fifi tersenyum lebar membuat senyum itu manis."Jangan, aku akan pergi sendiri"
"Kenapa?"
"Aku akan membawakan Americano kesukaan mu dan member jadi aku akan mampir agak lama"
"Baiklah"
Kini suga sedikit tersenyum, dia juga merindukan perempuan yang sibuk tersenyum tak jauh dari tempatnya duduk.Sampai akhirnya syuting berakhir jam 7 malam.
Mereka yang kewalahan karena jadwal padat kini sudah mandi dan bersiap untuk tidur. Sedang suga masih menunggu seseorang datang di ruang tunggu gedung Bighit.
"Jika ada yang menanyakan ku, suruh dia untuk menemui ku di studio" ucapnya pada seseorang yang menjaga pintu masuk gedung tersebut.Suga benar-benar lelah hari ini, dia memutuskan untuk menunggu fifi di studio miliknya dan merebahkan dirinya di sofa.
Bipp..
suara bel berbunyi nyaring.
"Kau sudah datang""Eoh.." angguk fifi kemudian meletakkan Americano kesukaan suga di atas meja. "Mereka bilang para member sudah tidur jadi aku memberikan kopi itu pada staf yang masih berjaga" jelas fifi.
"Terimakasih" suga segera meminum Americano ice yang fifi bawakan.
"Fifi-ya.. duduklah" suga memberikan earphone pada fifi dan memutarkan lagu yang sudah ia buat untuk mixtape miliknya. Fifi tak berhenti menutup mulut dan terkejut mendengar alunan musik yang suga buat. Itu terdengar sangat luar biasa.
"Kau produser yang hebat" katanya sesaat setelah lagu itu selesai.Fifi berkomentar sekaligus memberi masukan pada suga agar tanpa ragu mengeluarkan apa yang ia rasakan dalam lagunya meski bahasa yang ia gunakan sedikit kasar. "Mereka mungkin menganggap lagumu tidak sesuai karena terdengar sedikit kasar, tapi kau tau? Itu sangat luar biasa.. meski aku cukup terkejut mendengarnya. Tapi itu sangat-sangat menakjubkan!"
"Begitu?" Fifi mengangguk.
"Lagi pula itu lagumu, dan kau tak harus selalu berfikiran mengenai pandangan seseorang terhadap itu""Kau benar" suga segera menghampiri fifi yang duduk di kursi di depan komputer besarnya.
"Jam berapa ini aku harus pulang""Haruskah?"
"Eoh? Kau juga harus istirahat dan bekerja besok" tuturnya. Kini dia memeluk erat pinggang suga yang sudah berada di depannya.
"Kenapa kau selalu memelukku?""Kau yang kenapa, kau tak pernah membalas pelukanku. Apa kau tidak mencintaiku?" kini fifi berdiri dengan maksud ingin berpamitan.
"Apa boleh aku memelukmu?""Kau sungguh tidak mencintaiku? Kenapa kau bertanya? Hanya kau yang bisa memelukku tanpa ijin"
"Bagaimana jika aku melewati batas?" Suga maupun fifi sama sama terdiam.
Fifi juga ingin melewati batasan itu namun dia juga harus memegang janji bang shi hyuk karena dia sudah berjanji untuk tidak terjadi hubungan lebih yang akan membuat karir suga hancur."Maka jangan memelukku"
Suga segera memeluk fifi dan mencium nya tanpa ampun. kini tubuh mereka sudah saling menindih di sofa. Fifi mencoba mengimbangi ciuman suga yang mulai me liar. Kini dia merasa lidah suga sudah mulai berputar di rongga nya membuat fifi kehabisan nafas.
"Aku juga ingin merasa seperti kekasih normal pada umumnya" ucap suga sendu. Dia segera menarik fifi untuk duduk dan memeluknya erat.
"Aku tak keberatan jika tidak berpelukan atau berciuman.. kau sudah menjadi kekasih normal seperti pada umumnya, jangan menghawatirkan apapun"
Tak lama bel kembali berbunyi menampilkan sosok perempuan yang membicarakan mengenai benda yang entahlah, fifi pun tak mengetahuinya dengan pasti.
Tangan suga masih memegang jemari fifi di balik pintu. Fifi tau laki-laki itu tak akan mengijinkan sembarang orang masuk ke dalam studionya.
"Baiklah aku akan menemui mu setelah ini" ucap suga.Perempuan di luar studio itu hanya mengiyakan suga yang ada di ambang pintu, kemudian pergi.
"Siapa?"
"Adora." Jawabnya membuat raut wajah fifi tidak senang karena perempuan itu lah penyebab fifi dan suga sesekali bertengkar.
"Jangan memulainya" kata suga."Aku kekasihmu, untuk apa aku cemburu" jawab fifi tegas.
"Apa tadi aku mengatakan bahwa jangan cemburu?" Ejek suga yang kini memeluk fifi sebagai tanda perpisahan. "Kau harus mengingat kapan terakhir kali kita bertengkar karenanya."
"Aku mengingat saat itu kau sedang cemburu buta" suga masih tak melepaskan fifi.
"Aku? Cemburu? Tidak sama sekali. Untuk apa aku cemburu" tangan fifi mendorong suga berusaha menciptakan jarak agar fifi yang sekarang naik pitam harus segera pergi agar tak memicu pertengkaran baru mereka. Terlebih hari ini adalah hari pertama mereka berciuman."Aku milikmu"
"Aku tau, lepaskan aku" rengek fifi.Suga melepasnya, kemudian mencium fifi singkat berharap amarah perempuan di hadapannya ini mereda. Wajah semerah tomat itu tersenyum kemudian berlari menuju pintu. "Aku mencintaimu" teriaknya riang seraya menutup pintu itu dengan cepat. Membuat suga tertawa gemas dan meloncat kesana kemari meluapkan rasa senang karena kali ini rencananya untuk mencium fifi berhasil.
"AAAA!!!!!!" teriaknya senang membuat beberapa staf yang mendengar teriakan suga sedikit khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...