10 menit waktu istirahat suga habis. Dia segera bergegas memenuhi panggilan bang shi hyuk untuk membahas berbagai hal. Satu jam setelah suga keluar dari ruangan itu dia segera berlari ke dorm untuk merebahkan badannya 4 menit sebelum ia memiliki jadwal lain. Suga kembali sibuk sekarang. "Ada apa?" Tanya suga pada seokjin yang sekarang sudah menutupi dirinya dengan selimut di kasur milik suga.
"Tidak.. aku hanya butuh ketenangan." Jawab seokjin singkat. Meski suga sedikit terkejut tapi dia kembali sadar dia tak punya banyak waktu untuk istirahat. Seokjin hanya memandang sayu suga yang sudah menutup matanya. Laki laki berkulit putih pucat itu segera bangun. "Aku tak melihat seiyeon akhir akhir ini" seokjin terdiam. "Kau bertengkar lagi dengannya?" Seokjin membalik badan membelakangi suga. "Sudah kuduga.. hyung! Pergilah dari kasurku!!" Kesalnya.Ini bukan pertama kali seokjin seperti ini. Seokjin akan lebih merepotkan jika sedang seperti ini. "Aigooo.. berapa umurnya". Suga berjalan keluar kamar untuk mengecek kamar para member sebelum pergi. Hanya ada hoseok yang sedang merapikan kamarnya. "Ya! hoba kemana yang lain?" Tanya suga. "Tidak tau.. aku akan pergi menemui nuna bersama jimin." Suga terdiam, masih berdiri di ambang pintu. "Fifi?"
"Iya.. dia mengundangku dan jimin makan malam" jelas hoseok. "Perempuan itu" gumamnya. Suga segera pergi."Ini melelahkan." Jadwal terakhir suga adalah terapi. Dia rajin terapi untuk bahunya sebulan sekali sekarang. Meski hal ini cukup merepotkan tapi mau tak mau suga harus melakukannya. "Haruskah aku menelponnya?"
"Kenapa tidak? Aku adalah kekasihnya" suga sedikit tersenyum. Sedetik setelah fifi mengangkat telfon itu raut wajah suga berubah.
"Jangan bicara hal yang tidak masuk akal. Pulang sekarang aku akan mengatakan pada j hope untuk tidak kesana.""Apa? Kenapa? Ini hanya makan malam."
"Makan malam bersama jakson? Aku yakin aku mendengar suaranya sekarang. Kau mengajak j hope untuk menutupi selingkuhan mu itu? Pulang sekarang." Fifi terdiam lama. Suga mematikan telpon itu sepihak kemudian mencegah jimin dan hoseok untuk pergi. "Kenapa hyung" tanya jimin. "Fifi akan makan malam bersamaku. Berdua!" Hoseok tertawa geli sedang jimin tertawa memukul mukul tembok. "Baiklah kami mengerti. selamat berkencan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bagaimana terapi mu?" Tanya fifi.
"Seperti biasa"
"Haruskah aku memesan makanan? Kau ingin makan sesuatu?""Tidak" suga menutup matanya dan membiarkan kedua kakinya naik di atas meja. "Jangan memulainya.. aku juga tidak suka melihatmu dengan rekan kerjamu itu" mata fifi fokus pada handphone yang ia pegang. Studio suga hening untuk beberapa saat. Tokk tokk. Tookkk.. fifi tampak berjalan santai menuju belakang pintu. Sedang suga membuka pintu studionya dan memastikan fifi tidak terlihat. "Aa yoongi-yaa..."
"Kenapa mengetuk pintu?" Tanya suga pada seokjin yang langsung menerobos masuk. "Aku lupa sandi studio mu." Saat pintu itu kembali di tutup seokjin melihat fifi masih di balik pintu masih dengan fokus pada handphonenya bahkan suga sedikit bingung. "Kenapa dia disini?" Tanya seokjin. "Tidak tau.. saat aku tiba dia sudah disini" tutur suga. "Hyung kenapa kemari?" Lanjutnya.
"Aku mencari ketenangan. Tolong bisa matikan lampunya?" Ucap seokjin pada fifi yang masih berdiri.
"Maafkan aku. Tidak bisa. Aku sedang bekerja" jelas fifi.
"Apa itu di sebut bekerja? Kau hanya sedang memilih menu" ketus suga. Tak lama fifi ikut duduk di sebelah suga menghadap pada seokjin. "Seokjin oppa aku memesan ayam pedas dan manis dan bir juga, aku juga memesan beberapa cemilan. Suga akan membayarnya"Mata suga membulat. "Apa? Kenapa? Kenapa aku yang membayarnya. Aku sudah bilang aku tidak ingin makan apapun"
"Yaaa.. kau pintar sekali memeras orang.. aku suka orang sepertimu" seokjin bertepuk tangan bangga pada fifi.
"Ya! Kau pacarku. Setidaknya lakukan itu atas dasar permintaan maaf mu padaku.. aku tau kau mengajak adora makan malam!" Suga terdiam.
"Benarkah?" Kata seokjin.
"Ya! Aku bersama produser yang lain juga.. kami hanya rekan kerja.. itu bukan kesalahanku."
"Tentu saja kau salah. Aku juga melihat adora duduk di sebelah mu dan kau juga menuangkan minuman untuknya." Suga benar-benar terdiam sekarang. Yang fifi katakan memanglah benar. "Apa kau menguntit?"
"Eoh.. aku menguntit mu sampai kau masuk rumah!!!" Teriak fifi.
"Suga-yaa.. sudahlah kau tak akan bisa menang.." seokjin mengajukan tos pada fifi yang dengan langsung meraih tangan seokjin. "Dimana adikmu?"
"Dia di rumah"
"Beberapa kali aku melihatnya dengan seragam sekolah saat menemui mu"
"Sebenarnya dia sudah kuliah sekarang. Eoh, ternyata Aku mengurus semua orang dengan sangat baik" seokjin tertawa sumbang.
"Seiyeon bukan adikmu hyung" fifi menyatukan alisnya bingung.
"Ya! Jangan terlalu keras padaku" seokjin mulai mengacak rambutnya frustasi..Tokk.. tokk tokk..
"Aku akan mengambilnya" kata seokjin yang langsung beranjak mengambil tiga bungkusan plastik. Suga segera mengeluarkan uang yang langsung membuat seokjin terkagum heboh. "Yonggiaa.. terimakasih kau membuatku sangat bahagia hari ini.."
"Itu berkat ku" sela fifi.
"Kalau begitu ku tarik ucapan ku yang tadi.. fifi-shi terimakasih kau membuatku sangat bahagia hari ini.
"Sungguh?." Seokjin mengangguk. Sedang suga sama sekali tak memakan atau meminum beberapa kaleng bir yang sudah hampir habis itu. Fifi dan seokjin sibuk bertukar pikiran dan menceritakan hal yang ia alami tahun lalu. tahun yang membuat fifi repot karena pada tahun itu seokjin hampir terkena skandal.
Hal yang membuat suga tertawa karena seluruh wajah seokjin memerah. Fifi dan suga sibuk mendengarkan seokjin yang sedang bercerita. Seokjin mabuk sekarang.
"Ya fifi-shi.. kau harusnya senang karena suga sangat perhatian padamu" kata seokjin. Udara di dalam studio suga seketika canggung. "Hentikan.. kau mabuk, aku akan menelfon jungkook untuk membawamu pergi"Fifi terdiam. "Apa kau belum mengatakannya?"
"Mengatakan apa?" Fifi melihat suga bingung. "Dia akan melamar mu dalam waktu dekat."
"Ya! Hyung!!" Teriak suga.
Fifi masih terdiam. Juga terkejut. "Kau sangat menyebalkan" suga melempar bantal pada seokjin yang duduk di depannya. "Yoongiaa.. aku sangat menyayangimu, jangan memaksakan dirimu sendiri.. sesekali kau harus menyerah." Suga tertunduk haru."Selain itu kau juga harus membiarkan ku bermain game sampai pagi" lanjut seokjin.
"Tidak akan" ketus suga. Jungkook datang dengan membawa susu pisang di tangannya. "Eoh kenapa kalian tidak mengajakku?" Jungkook memasang wajah kesal di ambang pintu. "Lain kali aku akan mengajakmu.. tolong bawa hyung pergi dari sini, dia sudah bicara melantur"
"Hyung bukankah kau besok pemotretan? Bukankah Kau harus bangun pagi" jungkook segera memapah seokjin keluar. "Eoh.. jungkoookaa.. aku mencintaimu"
"Baiklah aku juga.. ayooo"
Fifi mulai merapikan ruang berantakan suga. Mereka sama sama terdiam selama beberapa menit. "Apa yang seokjin oppa katakan benar?" Tanya fifi. "Eoh, aku sudah bicara pada PDnim. Dia belum menyetujuinya. Tapi aku akan tetap melamar mu."
"Kenapa?" Tanya fifi
"Kenapa?" Ulang suga, dia segera meraih tangan fifi dan memeluknya. "Karena aku tidak suka kau pergi dariku. Maka dari itu jangan pergi"
"Bagaimana jika aku menolaknya?"
"Aku benar-benar akan memaksamu jika itu terjadi"
"Suga kau terbang terlalu jauh" fifi menatap mata Suga lekat.
"Jangan seperti ini" lanjut nya."Fifi aku tau kau takut.. semua akan baik baik saja."
"Jangan seperti ini" raut wajah khawatir dan takut fifi semakin terlihat. Sesekali suga mengusap air mata perempuan itu.
"Kumohon menikahlah denganku, fifi"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...