*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata*
Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia?
Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...
Baju yang fifi kenakan terlihat anggun. Meski bagian punggung itu terbuka hingga ke pinggang, namun suga akui. Fifi terlihat sangat cantik hari ini.
Makan malam di hotel mewah daerah daegu bukanlah hal yang buruk bagi fifi. Namun sepertinya menyewa satu lantai itu berlebihan.
Suga berjalan di depan fifi dengan setelan jas. Sedang dua kancing kemejanya di biarkan terbuka begitu saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bayangkan saja! Suga berjalan di depanmu di tengah lorong panjang dan sepi. Hanya suara sepatu kalian yang terdengar. Begitulah, tangan fifi sedikit bergetar. "Oppa.." fifi berlari untuk menyeimbangkan langkah kaki suga yang terkesan tergesa gesa. "Ada apa?" Sedang suga tersenyum miring ketika tau fifi merasa tidak nyaman. "Kau benar-benar menyewa tempat ini? Kau serius? Aku merasa tempat ini tidak berpenghuni"
"Masuklah." Satu langkah kaki fifi memasuki ruangan dengan lampu gantung di atasnya. Meski ruangan itu tak terlalu luas namun suasana ruangan itu tampak hangat. "Kau menyukainya?"
"Eoh" fifi tersenyum kagum pada suga. "Padahal aku hanya memintamu meluangkan waktu untuk makan malam" lanjut fifi. Suga memandang perempuan yang sibuk tersenyum dan melihat lihat isi ruangan yang suga persiapkan. "Ini untuk perayaan hari ke seratus yang aku janjikan." Meski itu sudah sangat lama. Suga belum lupa. "Kau mengingatnya? Itu lima tahun yang lalu" tawa fifi meledak.
"Duduklah" kata suga sembari menarik satu kursi untuk fifi. Menu yang suga pilih adalah steak, seperti makan malam mewah pada umumnya. Namun suga juga menyiapkan semangkuk besar teopoki pedas kesukaan fifi. "Kau ingat, kau ingin sekali makan teopoki waktu itu.. maafkan aku aku terlalu sibuk saat itu" ucap suga pelan. "Aku mengerti.. aku menyukainya, aku sangat senang"
"Kau menyukainya? Syukurlah" suga tersenyum lebar membuat laki laki yang di juluki gummy smile itu merasa kerja kerasnya untuk merencanakan makan malam untuk fifi satu bulan yang lalu tidak sia-sia.
"Oppa bagaimana pekerjaanmu?" Tanya fifi masih dengan mulut penuh. "Kau memanggilku oppa akhir-akhir ini.. kau menginginkan sesuatu?" Fifi terkejut, dan tersenyum. "Bukan begitu"
"Katakan saja.." mata suga masih fokus pada steak di depannya.
"Sudah ku bilang aku tidak menginginkan apapun"
"Kau mau mobil? Handphonemu rusak? Atau baju baru? Katakan saja.. kenapa malu seperti itu" suga menatap fifi singkat.
"Boleh?"
"Eoh" singkat suga.
"Baiklah.. aku akan memikirkannya." Fifi semakin tersenyum lebar. Ini malam paling menyenangkan yang pernah ia alami bersama suga sejauh ini. Meski mereka kerap berciuman atau bahkan melakukan sex sekalipun. Tapi bagi fifi malam ini tak akan pernah ia lupakan. Ini malam paling terbaik baginya. "Apa yang kita lakukan setelah ini?" Tanya fifi. "Kau ingin melakukan sesuatu?" "Kita sudah sering minum sampai larut malam.. itu hal biasa, kita harus mencoba bermain yang lain.." suga terdiam. Dia fokus menuangkan wine di gelasnya. "Oppa? Apa yang ingin kau lakukan?" Fifi melihat suga antusias. "Tidak banyak yang aku pikirkan. Minum, dan bermain sampai pagi denganmu. Itu saja"