"Eomma?" Mata fifi membulat sempurna. Suga yang tau itu segera berlari mengambil tas belanjaan ibunya itu. Sedang Fifi sudah melesat berlari menuju dapur. "Kenapa tidak menelfon."
"Dimana handphonemu?" Pertanyaan perempuan yang sekarang duduk di depannya itu membuat suga kembali teringat bahwa dia juga tidak tau dimana handphonenya berada.
"Kau ini bodoh atau apa? Seokjin yang mengangkat telfon eomma! Kenapa kau sangat ceroboh"Suga menghela napas panjang. "Aku tidak tau jika hyung yang membawanya."
"Bagaimana keadaanmu? Apa yang mereka katakan? Seokjin bilang dia membawamu ke psikiater lagi kemarin."
Suga menggenggam jamari ibunya itu dengan erat sembari tersenyum lebar. "Hanya gangguan kecemasan. Eomma jangan khawatir"
"Maafkan eomaa" ucapnya haru. Suga segera memeluk ibunya dengan sisa keberanian yang ia punya. Pasalnya, sudah lama suga ingin melakukan hal seperti ini, tapi baik suga atau ibunya itu juga memiliki sifat apatis yang sama. Mereka benar-benar merasa canggung sekarang. Ibu suga sedikit tersenyum, begitu pula dengan laki-laki berkulit seputih susu di depannya itu.
.
.
.
.
.
."Eomma! Biarkan aku istirahat sebentar. Kenapa kau selalu memarahiku!"
"Eomma seperti ini karena kau itu sangat keras kepala yoongi-ya!!"
"Aaaa.. tapi bagaimana bisa eomma memarahi anaknya sendiri seperti itu. Hyung! Kau tak membelaku?" Adunya pada laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.
"KAU TAU? SEBENARNYA EOMMA MENEMUKANMU DI BAWAH JEMBATAN!" teriaknya keras.
"Bagaimana bisa dia tidak mengakui ku anaknya tapi tetap menyebut dirinya eomma?" Batin suga. Dia sedikit tertawa melihat ibunya yang pergi begitu saja.
Begitulah jika mereka bertengkar.
Ruangan ber AC itu sedikit gelap. Suga terdiam selama beberapa menit sampai akhirnya fifi kembali dengan tiga gelas teh. "Silahkan diminum."
"Siapa kau?" Tanyanya.
"Eomma." Panggil suga.
"Kenapa kau menyembunyikannya dari eomma?"
"Eomma, bukan begitu.. sebenarnya ak-"
"Berapa lama? Dua bulan? Lima bulan?"
"Lima tahun." Sela fifi.
"APA! YA! BERENGSEK!!" ibu suga memukul keras tangan anak kesayangannya itu kemudian duduk di samping fifi dan mengamati perempuan berambut panjang itu teliti. "Siapa namamu?"
"Nama saya fifi"
"Tak perlu formal. Panggil aku eomma mulai sekarang."
Fifi terkejut dengan tutur perempuan yang kini menggenggam tangannya. Fifi menoleh ke arah suga yang sekarang tersenyum. "Pasti sangat berat mengurus bayi eomma" sorot mata ibu suga itu sangat teduh. Fifi sangat merasa nyaman ketika ibu suga menepuk-nepuk tangannya pelan. "Sebenarnya bayi eomma ini sangat manis" fifi sedikit tertawa.
"Eomma jangan khawatir, aku akan menjaganya." Dua mata perempuan yang saling berhadapan itu bertemu.
"Tolong jaga yoongi dengan baik. Selain itu terimakasih sudah menjaga anak eomma yang keras kepala ini.""Eomma aku mendengarnya." Kesal suga.
"Eomma tak peduli" ketusnya. Matanya masih fokus pada fifi yang sekarang tertawa canggung. Fifi benar-benar merasa sedang menghadapi dua Suga yang berbeda gender. "Eomma sudah makan?" Tanya fifi yang hanya di balas ibu suga dengan anggukan. "Datanglah ke rumah lain kali. Eomma akan senang jika kau menyeret yoongi juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HER
Fanfiction*ini cerita imajinatif yang mungkin akan terlihat nyata* Manusia pada umumnya memiliki rasa bahagia, sedih, senang, khawatir, kecewa, dan juga cinta. Bukankan suga juga manusia? Seorang idol yang jatuh cinta pada staf yang ternyata bukan hanya sek...